Ragunan, 21 Mei 2011
Menghadapi Liga Indonesia 9, kita
tidak membuat kaos baru. Tapi kita menetapkan kalo setiap pendaftar baru
akan mendapatkan kaos Gue Anak Jakarta, sedang untuk perpanjang kartu
mendapatkan kaos Satu Jakarta Satu. Namun tema yang kita angkat adalah
FIGHT FOR GLORY yang menunjukkan keinginan kita tuk bersama-sama Tim
Persija berjuang lebih keras tuk mencapai sebuah kemenangan. Keinginan
itu kita wujudkan dengan membuat kaos bertuliskan Fight For Glory dan
kita bagikan ke seluruh anggota Tim Persija ketika mengawali kompetisi.
Periode ini gw memang lebih mengkonsentrasikan diri untuk penertiban
organisasi. Konsekwensi dalam penegakan aturan organisasi adalah kita
harus siap kehilangan rekan2 yg selama ini berjuang tapi ternyata tidak
bisa bertahan dengan aturan main organisasi. Satu persatu temen2 gw
mulai menghilang. Ada yg disibukkan dengan tugas kerjanya ke luar kota,
ada yg kawin hingga gw julukin 'Persija Sampe Kawin', ada juga yang
terkena dampak dari aturan ketat yang gw terapkan. Yang paling mencolok
adalah masalah Laporan Pertanggungjawaban. Setiap Divisi Organisasi
harus bisa membuat laporan yg bisa dipertanggungjawabkan. Kalo ga bisa,
silahkan out dan jadi anggota biasa. Biasanya yg begini karena malu
langsung hilang batang hidungnya. Tapi gw punya keyakinan yg kuat kalo
apa yg gw lakukan adalah untuk kebaikan organisasi. Dan gw yakin dari
sekian ribu orang the Jakmania, banyak yg bisa berperan mengisi
kekosongan jabatan di the Jakmania.
Panpel Persija waktu
itu sangat siap dan mengakomodir semua keinginan the Jakmania. Namun
justru dalam internal kita, gw mulai melihat ketidak disiplinan.
Utamanya Korwil ! Awalnya gw ngangkat Korwil itu untuk supaya kita bisa
mendapatkan ujung tombak dalam perekrutan anggota. Korwil juga
diharapkan bisa menggalang dan mengkoordinir masa di wilayahnya masing2.
Namun yang ada, mereka malah rame2 jual tiket di Stadion Lebak Bulus.
Hal ini sangat gw hindarin. Karena tindakan ini justru menimbulkan imej
negatif, terkesan pengurus the Jak itu seperti calo. Banyaknya Korwil yg
jual tiket di stadion juga membuat banyak anggota yg merasa tidak perlu
mencari tiket di wilayah masing2, toh di stadion juga ada. Hal ini
membuat terjadi penumpukan masa di sekitar stadion dimana mereka
mayoritas belum pegang tiket. Kondisi ini tentu tidak boleh dibiarkan,
karena bila sudah di stadion dan belum dapat tiket, sementara di dalam
stadion sudah banyak penonton, biasanya menimbulkan kepanikan dan mereka
akan coba cari jalan pintas dengan jebol pintu. Gw juga melihat korwil
banyak yg nonton tidak bersama-sama anggotanya, karena mereka sibuk jual
tiket di luar dan ketika akan masuk tribun Timur sudah penuh sehingga
mereka masuk di Tribun Barat. Lalu kalo anggotanya bentrok, siapa dong
yg bisa nenangin?
Meski dilanda beberapa masalah tapi
keakraban the Jakmania tetap semakin terjalin. Acara kumpul di Menteng
semakin heboh. Seperti yg gw bilang, saat itu siapapun yg absen dalam
sekali pertemuan sudah merasa ketinggalan pelajaran, ketinggalan info2
terbaru. Namun tidak hanya itu. Kumpul2 tsb ternyata berbuah
kreativitas2 positif dalam the Jakmania. Sekelompok orang norak tiba2
punya ide untuk membentuk grup band. Orang2 norak tsb adalah Leman, JM
dari Pasar Minggu yg penampilannya ga lebih baik dari gembel Pasar Raya,
Dao Korwil Jatinegara Kaum yg sangat yakin kalo suara emasnya harus
didengar khalayak ramai, Mario Perbanas anak Ambon yang paling norak yg
pernah gw kenal, Erwin Korwil Jatibaru yg bercita-cita punya usaha organ
tunggal biar bisa berkenalan dengan banyak biduanita, Kiki Kota Bambu
pemukul bedug mesjid yg pengen meningkatkan karir, serta Omay
Cengkareng, orang yang selalu merasa paling ganteng dibandingkan
rekan2nya. Mereka membentuk sebuah grup band yg kelak menjadi band
paling favorit dan banyak menghasilkan lagu2 the Jakmania. Band tsb
mereka namakan GONDAL GANDUL. Band ini punya motto 1% skill dan 99%
nekad. Kenekatan mereka tunjukkan dengan membentuk fans club khusus
meski manggung aja belon pernah. Nama fans mereka adalah BEGUNDAL.
Belakangan Omay yg terlalu asik menikmati gitarnya sehingga seringkali
lupa memetik digantikan oleh Anto Cengkareng. Mereka awalnya khusus
menyanyikan lagu2 ciptaan Benyamin Suaeb, tokoh Betawi yg legendaris.
Suatu
saat gw lagi maen ke Manggarai dan denger Wahyu maen gitar menyanyikan
lagu2 the Jakmania. Gw mikir... ternyata lagu the Jak enak juga kalo
diiringi musik. Timbullah ide untuk mengumpulkan lagu2 the Jakmania
dalam sebuah album. Gayung bersambut, Danang melanjutkan pemikiran tsb
dengan mengumpulkan band2 the Jakmania saat itu. Selain Penyot Sexi dan
Gondal Gandul, ada juga grup band beraliran rock dari Villa Pertiwi
Bogor, Korwil KM 37 yg bernama Hoolijak. Personil Hoolijak terdiri dari
Abet Vokalis, Ijul Gitar, Bani Bass, Kiki Drum dan Ncek Gitar. Jadilah
album pertama the Jakmania yg berjudul SATU JAKARTA SATU. Album itu
menampilkan banyak lagu2 yg sering dinyanyikan di Stadion. Diantaranya 2
lagu dari Sam Brindil yakni 'Tinggalkan Ras Tinggalkan Suku' dan
'Tentang Kemenangan'. Ada juga lagu dari Hoolijak yg diambil dari lagu
Go West namun diganti kata2nya 'Ayo Dukung Persija'. Gw juga iseng2
nyiptain lagu yg terinspirasi setelah mendengarkan lagu Lazio. Sebuah
lagu hymne yg kelak menjadi lagu wajib the Jakmania.... SATU JIWA.
Hingga kini album Satu Jakarta Satu masih menjadi album paling sukses yg
pernah kita keluarkan.
Eksistensi the Jakmania juga
semakin diakui. Sebuah stasiun Radio 68H mengikat kerjasama dengan the
Jakmania untuk membuat sebuah program acara baru 'Jakarta Ngumpul". Sam
Brindil yg kocak gw tunjuk sebagai pembawa acara ditemani oleh Chandra
yg saat itu masih menjabat sebagai Ketua 1 dan seorang crew dari R68H :
Chisya. Acara ini berlangsung setiap Senin malam 21.30 hingga 22.00 di
gelombang 89,35 FM atau 603 AM. Dalam acara ini dibicarakan info terkini
seputar Persija Jakarta dan suporternya the Jakmania. Dari cuma 30
menit, karena ratingnya melonjak, pihak R68H kemudian menambah jam
tayang menjadi 1 jam. Acara ini memang menjadi jembatan komunikasi
alternatif bagi para the Jakers yg tidak sempat menghadiri pertemuan di
Menteng, terutama yg bermukim jauh dari ibukota karena R68H juga bisa
direlay beberapa stasiun daerah bahkan hingga Papua. Selain R68H, anak2
Jakmania Pondok Gede juga menjalin kerjasama dengan Radio Sinthesa FM
99,15 untuk gawangin sebuah acara yg mereka namakan Jakmania On Air.
Meski jangkauan siarannya lebih terbatas, tapi tetap menunjukkan klo
saat itu the Jakmania benar2 jadi tuan rumah di kampung masing2.
Persija
tahun itu mengangkat Bapak Aang Hamid Suganda sebagai Manajer.
Perekrutan pemain saat itu menimbulkan kecemasan dalam diri the Jakers.
Hadir pemain2 yg tidak dikenal masuk dalam tubuh Tim Persija. Banyak
pertanyaan yg digeluti rasa penasaran dari anggota atas pergerakan
Persija dalam merekrut Pemain. Sebagai Ketua, gw wajib tuk menjadi
penyambung lidah aspirasi anggota tuk disampaikan ke Manajemen. Saat itu
gw sering banget diskusi dengan Pak Aang dan mempertanyakan masalah
perekrutan pemain. Pak Aang tetap meyakinkan gw kalo materi pemain yang
diambil memang sesuai jalur dan dibutuhkan oleh tim. Meski masih
penasaran, tapi gw coba menenangkan anggota karena pada prinsipnya kita
adalah suporter. Gw ga mau kita terlalu jauh mencampuri urusan
manajemen. Persija juga memutuskan untuk tidak mengikuti turnamen di
Brunei. Sebagai juara bertahan Persija memang mendapat undangan lagi.
Namun waktunya yg mepet dengan persiapan kompetisi membuat Persija
terpaksa melepaskan Piala yang sudah 2 kali direbut.
Persija
mengawali kompetisi dengan kekalahan 1-2 di kandang melawan Persijatim
yg sudah pindah ke Solo. Partai berikutnya giliran PSS Sleman yang
berhasil menahan seri Persija di Lebak Bulus, 1-1. Kemudian bertandang
ke Tangerang melawan Persita, kita kalah 0-2. Itulah puncak dari
kekesalan. Gw merasa sudah berdialog dengan Manajemen dalam hal materi
pemain, dan ternyata kekawatiran the Jakmania terbukti. Ketika itu
posisi Persija berada di urutan paling buncit. Disitulah secara spontan
kita menyanyikan lagu.... Dua Kosong, Aang Boong, Dua Kosong, Aang
Boong, Ayo Turun, Ayo Turun...... Kita cuma nyanyi di Tribun setelah
pertandingan selesai. Bahkan hampir semua anggota mengeluarkan uang
kertas dan nempelin di jidad sebagai tanda kekecewaan karena sudah
mengeluarkan dana besar tapi materi yang didapat tidak sepadan. Tidak
tahan dengan kritikan tsb, Pak Aang secara gentle mengajukan pengunduran
diri ke Bang Yos selaku Pembina Persija. Gw sempat dipanggil ke rumah
Bang Yos dan dipertanyakan masalah ini, ditegur dengan keras. Rupanya
ketika kita demo damai, di tribun VIP justru ada seorang oknum suporter
Persija yg turun ke lapangan dan memberikan bogem mentah pada Pak Aang.
Semua itu diluar dari kendali the Jakmania. Beberapa hari kemudian
seorang wartawan senior nelpon gw di kantor dan minta untuk ketemu. Di
Plaza Senayan, gw ketemu dengan Ropan wartawan senior tsb dan beliau
mohon dukungannya karena ditunjuk Bang Yos menjadi Manajer pengganti Pak
Aang. Pada prinsipnya gw selalu mendukung siapapun yang jadi manajer,
pelatih, atau pemain Persija.
Partai tandang the Jakmania
ke Tangerang berikutnya melawan Persikota juga tidak berjalan mulus.
Diawali dengan sambutan dari Benteng Mania dan acara tukar kaos sebelum
Pertandingan. Semuanya terlihat damai, sampai Benteng Mania menyanyikan
lagu ...."Macannya Jadi Kucing" ... yg menimbulkan amarah di kalangan
the Jakmania, sesuatu yg sebetulnya ga perlu kita tanggapin. Partai ini
berakhir seri 1-1. Pulang dari stadion gw sendirian masih sempat
berpamitan ke sekretariat Benteng Mania. Pulangnya gw ngawal bis
rombongan the Jakmania dengan menggunakan kijang bak terbuka milik Ewin
Jatipadang. Bayu Cengkareng yg bersama gw di mobil tiba2 mendapat kabar
kalo anggotanya yg pulang ke lain arah mendapat serangan dari Benteng
Mania. Mobil langsung gw suruh putar balik menuju lokasi kejadian. Tiba
disana, gw sudah tidak melihat lagi anggota the Jakmania, tapi masih
terlihat bekas2 terjadi keributan dengan adanya batu dan pecahan botol
berserakan. Benteng Mania yg berjumlah ratusan masih berada disana dan
begitu melihat gw, mereka langsung mencoba menyerang. Emosi meledak,
bertiga dengan Bayu Cengkareng dan Adi Pamulang gw mengejar mereka yang
langsung kocar kacir ke berbagai arah. Tidak ada korban dalam keributan
itu. Rombongan utama juga akhirnya mengalihkan jalur pulang menjadi ke
arah Kali Deres tuk mengawal rekan2 kita yg ke arah sana.
Partai
berikutnya Persija bertandang ke kandang Persib Bandung. Gw sempat
mengirim surat ke Panpel Persib tuk mohon diperkenankan membawa the
Jakmania kesana. Jawabannya sudah kita ketahui, demi menghindari
terjadinya kerusuhan, the Jak diharapkan tidak datang. Persija berhasil
mengalahkan Persib di kandangnya dengan skor 2-1 lewat Gol Antonio
Claudio dan Emanuel Ayuk. Sebuah pembalasan yg setimpal, karena selama
di Bandung, Persija kerap kali menerima teror dari para bobotoh. Teror
mereka lakukan hingga ke hotel tempat penginapan Tim Persija seperti
yang mereka biasa lakukan pada tim-tim laen. Selesai pertandingan
terjadi aksi sweeping pada mobil2 berplat nomor Jakarta. RASIS ! Surat
protes gw layangkan ke PSSI. Harus ada pembelajaran dengan kejadian ini.
Gw juga nulis surat ke Bang Yos dan minta tuk melakukan perlindungan
pada warga Jakarta yg sedang bermukim di Bandung. Di sisi lain, gw juga
nerima ucapan salut dari suporter2 lain melihat the Jakmania tidak
memaksakan hadir di Bandung. Mulai dari Panser Biru Semarang, Pasoepati
Solo, Benteng Viola Tangerang, Aremania Malang dan Bomber Bandung.
Ucapan yg menyejukkan hati yg sedang penasaran ini.
Perjalanan
Persija berlanjut di Jakarta melawan Pelita Krakatau Steel. Pada partai
ini, Korwil Garis Keras bikin kejutan dengan membentangkan bendera
merah putih raksasa di Tribun Timur. Irlan sebelumnya datang ke rumah gw
dan bilang kalo dia punya bahan besar berwarna merah dan putih cuma ga
punya dana tuk jahit. Tanpa ragu, gw dukung kreativitas kaya gini dan
Bendahara Hendri langsung siap mengeluarkan uang kas tuk jahit sebuah
bendera merah putih raksasa yg hingga kini tetap menjadi ciri khas the
Jakmania. Ketika bendera merah putih terlipat, nongol lagi spanduk dari
Pengurus the Jakmania bertuliskan STOP WAR ! Bentuk himbauan pada Viking
tuk tidak terus mengumbar kebencian. Munculnya spanduk ini langsung
mendapat applaus dari penonton di Tribun VIP Barat dan Volcano Mania
yang hadir. Persija menang telak 4-0 lewat hattrick Bepe dan satu gol
lagi dari Ayuk. Perjalanan berikutnya 100 orang the Jakers berangkat
naek kereta menuju Gresik. Dalam partai inilah kita pertama kali
berkenalan dengan seorang petinggi suporter yang simpatik, pemimpin
suporter sejati dari Lamongan, Mas Dayat. Beliau sengaja datang untuk
menyaksikan partai ini. Hadir juga rekan-rekan dari Pasoepati. Betul2
pertemuan yg berkesan. Kita ditampung di Sekretariat Ultras Mania
suporter setia Petrokimia Gresik.
Tapi disisi lain dengan
materi pemain yang memang kurang baik, Persija hanya bisa menduduki
posisi ke 10 di putaran pertama. Memang jarak nilai dengan peringkat
pertama hanya 6 poin tapi hasil itu tetap membuat Pengelola Persija
melakukan keputusan drastis. Manajer Roni Pangemanan atau Ropan
digantikan oleh Bapak IGK Manila. Konon perubahan ini karena Ropan
mundur akibat merasa terus mendapatkan tekanan. Masuknya IGK Manila
dibarengi dengan perekrutan pemain asing baru. Sandro Riva dan Fabio
Figo yg kurang kontribusinya digantikan oleh muka lama Luciano Leandro.
Pemain idola the Jakmania ini ternyata tidak tampil sesuai yang
diharapkan. Penampilannya sudah jauh menurun. Persija akhirnya hanya
bisa menduduki posisi ke 7 di akhir klasemen. Juara saat itu adalah
Persik Kediri yang berhasil menyingkirkan pesaing kuatnya Persikota
Tangerang.
Saat jeda putaran pertama, gw berinisiatif
untuk membuat sebuah kegiatan yg lebih mengutamakan pembelajaran
organisasi pada para pengurus. Sebuah kegiatan yg kemudian dinamakan
Latihan Dasar Kepemimpinan, kita selenggarakan di salah satu villa di
wilayah puncak. Acara berlangsung 3 hari dan bertemakan POWER OF THE
JAKMANIA, sebuah tema dari Mas Edi Supadmo. Gw sendiri sebetulnya
awalnya ingin menggunakan tema "Cermin". Karena dalam kegiatan ini, gw
pengen kita semua seperti berkaca tuk mengevaluasi diri. Selama ini
mungkin kita menganggap kita sudah berada di jalur yang benar, tapi kita
harus bisa mendengarkan tokoh2 lain tentang kita sendiri. Dalam acara
itu kita menghadirkan pembicara Kyai Jenggot Naga, Ketua Komdis PSSI
Togar Manahan Nero dan wakil dari Polda Metro Bapak Yusuf Sitompul.
Setiap peserta LDK ini mendapat hadiah berupa Jaket bertuliskan OREN
SEJATI, sebagai bentuk penghargaan gw sekaligus rasa terima kasih pada
para pengurus yang selama ini membantu tanpa pamrih.
the
Jak Angel juga makin eksis. Sekitar 20an the jak Angel mewakili kita
untuk tampil di acara Kuis Kocok Kocok yang diselenggarakan oleh SCTV.
Peserta lain juga berasal dari suporter seperti Pasoepati, dan Aremania.
Tidak percuma para angel kita rajin berlatih. Dalam acara itu mereka
keluar sebagai peserta dengan yel-yel terbaik. Bukan cuma SCTV. Lativi
mengundang the Jakmania tuk ikut acara 'PANJAT PINANG PANJAT REJEKI' di
GOR Bekasi. Gw tunjuk korwil Kali Malang dan Pondok Gede tuk mewakili
the Jakmania. Saat itu gw selalu melibatkan korwil terdekat dalam setiap
even kegiatan sehingga gw berharap korwil tsb akan semakin eksis di
wilayahnya. Keluar sebagai pemenang adalah Korwil Pondok Gede. Kegiatan
lain yg kita ikuti adalah Mini Soccer Kontes Bechkam Mania di Lapangan
Panahan Senayan. Sepakbola mini soccer hanya dimainkan oleh 6 orang dan
the Jakmania berhasil lolos ke semifinal. Sayang kita kalah adu penalti
dengan Selebritis Football Club yg dipimpin Gugun Gondrong. Namun Anto
Gondal Gandul memberikan hadiah hiburan ketika berhasil keluar sebagai
pemenang dalam kontes adu penalti. Anto menjadi manusia paling beruntung
karena mendapat kesempatan tuk berangkat ke Bangkok dan berfoto bareng
dengan David Beckham.
Kita juga diminta untuk
mengkoordinasikan Suporter Merah Putih untuk mendukung Tim Nasional
dalam Piala Tiger. Awalnya memang the Jakmania hanya berkoordinasi
dengan Panitia untuk kebutuhan tiket anggota kita sendiri. Namun
banyaknya animo dari daerah, dan sikap Pengurus PSSI yg sudah percaya
100% pada kita, akhirnya semua suporter yang hadir diminta tuk
berkoordinasi dengan kita. Terjalinlah hubungan yang makin erat dengan
Aremania (yg diwakili oleh Sdr Dani), Pasoepati (Ryan), Benteng Viola
(Adam), Bomber (Endar), Ganesha (Slemania), Macz Man (Indra) dan Bonek
(Eko). Namun yang paling berkesan dari kumpul2 suporter ini adalah
ketika gw melihat seorang Aremania pamit pulang bawa koper digeret
layaknya seorang turis. Aremania ini dikemudian hari menjadi sosok yang
paling dekat dengan the Jakmania. Rumahnya menjadi tempat penampungan
orang oren bila hadir di Malang meski Persija tidak bertanding. Aremania
itu bernama Handoko.
Indonesia berhasil masuk ke Final
Piala Tiger. 110 ribu orang tumplek blek disana. Gw masuk terakhir
karena sibuk ngurusin suporter daerah masuk duluan. Ga kebagian tempat
akhirnya gw nonton di tribun atas. Namun ga lama karena gw takut dengan
kondisi saat itu dimana ketika suporter Indonesia serentak menyanyikan
lagu Garuda Di Dadaku, tribun atas bergoyang keras seperti akan rubuh.
Turun lagi gw nonton di kantor PSSI melalui layar TV. Sayang kita kalah,
tapi yg membanggakan tidak terjadi kerusuhan disana. Memang ada
penonton di beberapa titik yg mencoba melakukan aksi bakar, tapi dengan
cepat diperingatkan oleh the Jakmania yang berada disekitarnya. Saat itu
the Jakmania memang mendominasi Stadion Gelora Bung Karno. Ketika itu
kita masih menggunakan kaos oren dalam mendukung Tim Nasional. Tim-tim
tamu sampai heran kenapa suporter Indonesia menggunakan kaos oren.
Melihat atraksi the Jakmania yang kompak dan diikuti oleh penonton lain,
dalam sebuah siaran di Star Sport sempat tercetus sebuah julukan tuk
the Jakmania... FOOTBALL CRAZY FANS.
sumber: http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150192277589326
No comments:
Post a Comment