Ragunan, 20 Mei 2011
Liga Indonesia 7 memang penuh
kenangan. Selesai merayakan euphoria juara, dalam keadaan rambut masih
berwarna oren, gw masuk kantor. Di kantor bos narik tangan gw dan ngajak
ke suatu ruangan. Ruangan lux ber AC dengan meja besar dan lemari es
disampingnya. Ruangan yg juga dilengkapi dengan fax, tivi, dan telpon.
Itu adalah ruang wakil direksi yang seharusnya menjadi milik gw. Memang
ketika itu gw ambil resiko ga naek jabatan demi mendukung Persija sekian
hari di Makasar. Jujur, tidak ada sedikitpun terpikir penyesalan dalam
diri gw. Yang ada kebanggaan karena Persija juara. Tanpa sadar tangan
kanan gw bergerak memegang tangan kiri gw yang sudah dihiasi sebuah jam
tangan berwarna hijau oren. Sebuah jam tangan pemberian Lurah Menteng
Bapak Datuk saat acara perayaan Persija Juara.
Kaulan gw
ketika Persija menjadi Juara bukan hanya jalan kaki ke Bunderan HI. Saat
itu gw bertekad akan naek gunung sendirian untuk mensyukuri kemenangan
ini. Sasarannya adalah Gunung Gede. Tapi ketika beberapa anggota tau
niat gw, mereka langsung menyatakan untuk ikut. Karena banyak yg mau
ikut, sasaran gw rubah menjadi Gunung tertinggi di Jawa Barat, Gunung
Ciremai. Jadilah 18 orang the Jakers berangkat menuju Cirebon. Salah
satu the Jakers KM37, Pampam, kebetulan juga berasal dari Cirebon. Saat
perjalanan kesana, kita ketemu Mantan Manajer Persija Bapak Aang Hamid
Suganda. Beliau langsung menawarkan tuk mampir ke rumahnya. Disana kita
dijamu makan enak, serta pulangnya diberi sangu gopeceng alias 500 rebu
perak. Uang itu langsung kita belanjakan makanan untuk bekal mendaki.
Doel Korwil Cikini Menteng beli teko listrik untuk masak kopi. Dia
bilang kalo dia sering bikin kopi di Sekret dan alat ini bisa
mempermudah pekerjaannya.
Tidak semua rombongan ikut naek
gunung. Hanya 13 orang. 5 orang lainnya jaga Villa tempat kita nginep.
Belakangan ketauan itu cuma alasan mereka doang. Kebetulan disana ada
tempat pemandian air hangat dan mereka melihat ibu2 muda yang cantik2
sering berenang disana. Dari situlah muncul istilah Jak Mesum yang
dikomandoi oleh Lani the Jakers dari Warung Buncit. 13 orang manjat
gunung. Untuk supaya tidak hilang karena kita ndakinya malam hari, gw
ngajarin semua tuk senantiasa mengucapkan yel bila barisan terputus. Yel
the jaaaaak... yang disambut barisan depannya dengan ... maniaaa.
Suatu saat gw yang menjadi tim sweeper alias paling belakang, merasa
rombongan sudah terputus. Gw langsung meneriakkan yel, tapi anehnya yel
itu disambut dari beberapa arah. Malam itu kita memutuskan tuk istirahat
dulu di tenda sambil nunggu terang. Esoknya barulah kita menyadari kalo
para pendaki gunung lainnya juga banyak the Jakmania. Pantes aja yel
yang nyaut dari segala arah. Tiba di puncak kita langsung mengibarkan
bendera the Jakmania. Tapi kita ternyata bukan the Jakmania pertama yang
ngibarin bendera. Nun jauh di sebrang sana juga ada the Jakers yang
punya niat sama.
Menjelang musim kompetisi berikutnya, the
Jakmania terus berkreasi. Seperti tahun sebelumnya, kita bikin Liga the
Jakmania 2. Kalo dulu partai dilakukan home and away, kali ini semua
pertandingan diselenggarakan di 2 tempat : Lapangan Tebet dan Karet
Tengsin. Sebanyak 24 korwil ikut dalam kegiatan ini. Mereka semua
terbagi dalam 8 grup. Grup 1 Cengkareng, Angke, Manggarai, Grup 2 Kali
Deres, Warung Buncit, Jatinegara Kaum, Grup 3 Jatipadang, Kalibata,
KM37, Grup 4 Depok, Kali Malang, Pondok Labu, Grup 5 Otista, Cipinang,
Kebon Jeruk, Grup 6 Rawajati, Kelapa Gading Timur, Pondok Aren, Grup 7
Pondok Pinang, Jatibaru, Lenteng Agung, Grup 8 Karet Tengsin, Kelapa
Gading, Bekasi. Pertandingan dilaksanakan di 2 tempat yakni PSPT Tebet
dan Karet Tengsin. Akhirnya keluar sebagai juara adalah Tim Karet
Tengsin. Korwil Karet Tengsin diketuai oleh orang yang pernah mencoba
merebut Kaos Mbeng Jean, pemuda bertubuh besar yang ternyata bernama
Bowie. Hal yang paling gw suka dengan kegiatan ini adalah antusias semua
peserta tuk hadir dan aktif menjalankan pertandingan meski mereka harus
mengeluarkan kocek lebih tuk ongkos dan konsumsi. Dengan kegiatan ini
kita semakin merasa dekat, semakin kompak, dan semakin berpengalaman
dalam menjalankan roda organisasi ini.
Dari Liga Indonesia
1 hingga 7, juaranya selalu bergantian. Belum pernah ada satupun tim
yang berhasil menjadi juara untuk kedua kalinya. Itu sebabnya kita
membuat slogan baru di kaos anggota kita 'Menembus Tradisi'. Slogan yg
mencerminkan keinginan kita tuk melihat Persija menjadi tim yang pertama
bisa menembus tradisi menjadi juara yg kedua kalinya. Bejo atau biasa
dipanggil Mat Solar, langsung nangkep maksud hati gw tsb dan menciptakan
sebuah lagu berjudul sama dengan slogan tsb....... Ayo Persija Macan
Kemayoran, Pantang Menyerah Jadilah Juara, Ini Saatnya Menembus Tradisi,
Juara Lagi Yang Kedua Kali..... Lagu ini jelas menunjukkan jiwa seni yg
dimiliki Bejo. Sejak juara, ada keyakinan angka 7 adalah angka spesial
buat the Jakmania dan Persija. Kita juara di Liga Indonesia 7, pemain
idola kita waktu itu adalah Widodo CP yang bernomor punggung 7,
sementara salam tangan kita bila dibalik membentuk angka 7.
Persija
= Sampdoria. Itu yg gw pikirkan ketika melihat materi tim Persija di
Liga Indonesia 8. Sampdoria waktu itu menjelma menjadi tim impian dan
menjuarai Seri A Italia. Setelah itu mereka melakukan blunder dengan
merombak total personilnya. Pertama dia buang pemain senior yang jadi
panutan tim, Roberto Mancini. Kemudian dia menjual pengatur serangan
Juan Sebastian Veron. Terakhir dia juga melepas sayap potensial Sergio
Concecao. Nah Persija melakukan hal yang sama dengan Sampdoria. Melepas
pemain berpengalaman Widodo CP yang jadi panutan bahkan oleh seorang
striker muda potensial Bambang Pamungkas. Kemudian Kapten Persija
sekaligus sayap produktif yang rajin memberikan umpan matang, Budiman.
Dan terakhir pengatur serangan terbaik yang pernah dimilik Persija juga
dilepas, Luciano Leandro. the Jakmania sampai hadir di acara penyambutan
Widodo CP di Petrokimia Gresik atas undangan Ultras Gresik, suporter
Petrokimia. Mardan, Rudi dan Chandra hadir mewakili. Pulang dari Gresik,
mereka bertiga diundang lagi sama Aremania tuk menghadiri acara salah
satu korwil disana.
Bagi the Jak, Widodo memang spesial.
Dialah satu-satunya pemain yg nyumbang lagu buat the Jakmania. Satu
waktu Widodo sempat menyatakan kekagumannya sama kreativitas the
Jakmania. Dia juga ingin menyumbang lagu untuk dinyanyikan the Jakmania.
Lewat rundingan dengan Ikbal, akhirnya lahir sebuah lagu yg hingga kini
tetap dinyanyikan oleh kita, lagu yg waktu itu diikuti oleh hampir
semua suporter di Indonesia... "Ayo the Jak, Kita bergembira, Ayo the
Jak tunjukan aksimu, Kita dulung Persija Jakarta, Sekarang dan
selamanya, Ayo the Jak, Kita beratraksi".......
Musim itu
Persija merekrut Ritham Madubun, mantan pemain Persipura, PSM dan
terakhir Persikota untuk menggantikan Budiman. Ngadiono, kiper alumnus
PSSI Bareti juga datang menjadi pesaing Mbeng Jean. Masuk juga anak
betawi asli binaan Diklat Pelita Sawangan, Maman. Sebagai juara liga,
Persija untuk kedua kalinya tampil di Brunei mewakili Indonesia. Tampil
tanpa dua bombernya Bepe dan Budi yang mengikuti Pelatnas SEA Games XXI,
Persija meminjam Bako Sadissou (striker Barito Putra) dan Eko Pujianto
(Libero Pelita Jaya). Di babak penyisihan Persija mengalahkan Song Lam
2-1, Pahang 1-0 serta BAFA XI 1-0. Di semifinal Persija ketemu Happy
Valley Hongkong yg diperkuat Rocky Putiray. Tim inipun dikalahkan dengan
skor 2-1. Persija akhirnya berhasil mempertahankan gelar setelah di
final menyikat wakil Thailand BEC Tero dengan skor 2-1. Hal yang
membanggakan adalah, stadion di Brunei dipadati ribuan tenaga kerja
Indonesia yang setia menjadi pendukung Persija. Pak Ahmadin selaku
manajer sampai membawa kaos oren 1 karung tuk dibagikan disana.
Pulang
dari Brunei, Persija merekrut bek muda dari Persijatim Jakarta Timur,
Ismed Sofyan. Sebagai juara bertahan, Persija berhak juga mewakili
Indonesia di Piala Champion Asia melawan Kashima Antler Jepang. Sayang,
jauh sebelum pertandingan dilaksanakan, Persija sudah memenuhi tawaran
Kashima tuk hanya melakukan satu pertandingan di Jepang saja.
Pertimbangan waktu itu adalah kekhawatiran akan kondisi keamanan di
Indonesia. Jadilah kita hanya sekali bertanding disana dan kalah 4-2.
Suporter Kashima Antler yang menantikan the Jakmania karena mereka sudah
mendengar akan aksi atraktif suporter di Jakarta, terpaksa kecewa.
Mereka tau semua itu setelah membaca website the Jakmania yg dilengkapi
dengan foto2. Namun mereka sempat menghampiri perwakilan the Jakmania
disana dan memberikan kenang-kenangan berupa syal. Syal tsb akhirnya
hilang berbarengan dengan penggusuran Stadion Menteng.
Sebelum
mengakhiri jabatan sebagai Ketua Umum di periode 1999-2001, gw sempat
melakukan angket the Jakmania. Angket itu berisi biodata anggota dan
keinginannya tentang kinerja Panpel dan materi Tim Persija. Hasil angket
ini langsung kita berikan pada Manajemen Persija. Kita sama sekali
tidak mempublikasikan hasil angket tersebut ke media manapun, karena
pada dasarnya kita hanya ingin memberikan masukan pada Manajemen &
Panpel Persija. Hasil tersebut sebagai gambaran kecintaan kita pada
Persija tanpa ada sedikitpun unsur pemaksaan kehendak. Selain ingin
memberi masukan, dengan angket kita juga ingin melakukan evaluasi
terhadap organisasi kita, mayoritas anggota berumur berapa, apa yang
kurang dari Pengurus selama ini, serta harapan anggota terhadap
organisasi ini.
Masa jabatan Pengurus the Jakmania adalah 2
tahun. Oleh karena itu, setelah menjabat Ketua Umum sejak tahun 1999,
di tahun 2001 berakhirlah masa jabatan gw. Saat itu sebetulnya gw
berharap Sekum Faisal Riza mau menggantikan gw. Tapi seperti yang sudah
gw ceritakan sebelumnya, Faisal menolak karena melihat besarnya resiko
yang harus dihadapi. Akhirnya dari hasil angket, hanya 2 calon ketua
umum periode berikutnya yakni Gw dan Rudi Kabid Keanggotaan. Setelah
diadakan Pemilu, gw terpilih kembali menjabat Ketua Umum the Jakmania
periode 2001-2003. Rudi gw angkat menjadi Sekum the Jakmania. Bendahara
Umum adalah Phei dari Kebon Jeruk. Sekretariat diganti menjadi Humas dan
dikepalai oleh QQ KM37 yg belakangan sibuk dan digantikan oleh Rico.
Merchandise Aji Kemayoran. Perlengkapan Bayu Genk2 yang tetap dibantu
Ikbal dan Fals. Namun muncul lagi seorang dirijen baru yg kocak Sam
Brindil dari Perbanas. Keamanan gw hapus dan diganti Litbang dikepalai
oleh Budi Pal Merah. Budi dibantu oleh Ramdani, Bapuk, Rifan, Abet, dan
Mario. Terakhir Bang Oni dari Kali Pasir sebagai Ketua Bidang
Keanggotaan. Jabatan Korwil Kali Pasir dipegang oleh Mpok Yanti.
Banyaknya
kegiatan membuat pertemuan Selasa - Jumat makin berwarna. Semakin hari
semakin banyak anggota yg berdatangan ke Menteng. Suasana waktu itu
memang sangat kompak, semua ingin ikut kumpul di Menteng sampai muncul
istilah 'ketinggalan pelajaran'. Jadi kalo ada yg lama ga ke Menteng
biasanya dia jadi merasa ketinggalan berita atau kegiatan the Jakmania.
Kalo di liga sebelumnya, Aji Kemayoran rajin mengajak cewe2 Kemayoran
datang ke Sekret. Gw sampe kasi julukan 'dayang2 si Aji', karena cewe2
tsb selalu datang bareng Aji, satu2nya cowo. Nah, di liga 8 ini, giliran
Chandra sering bawa anak2 cewe Jatipadang. Cantik-cantik. Disitulah
mulai keluar istilah Jak Angel. Sebuah kata spontan yang gw berikan ke
mereka. Melihat mereka cantik2 yang ada dalam benak gw adalah Film
Charlies Angel yang sedang diputar di bioskop2. Jak Angel bagi gw adalah
julukan untuk menyemangati anggota wanita agar mereka lebih merasa
diakui. Jak Angel juga sebagai tanda kepada seluruh anggota kalo mereka
sama sekali tidak boleh diganggu. Hanya julukan pengakuan, bukan untuk
dilembagakan.
Dalam periode ini the Jakmania mulai
melakukan tur tandang yg menggunakan kereta api yakni ke Malang. Gw
sendiri tidak bisa ikut karena kesibukan di kantor gw. Namun the
Jakmania merasa terkesan sekali dengan sambutan Aremania disana. 58
orang the Jakers tiba di Stasiun langsung disambut Aremania dan disuguhi
nasi bungkus serta minuman mineral. Pihak kepolisian sudah mengatur
rute the Jakers agar bisa nyaman nonton di Stadion. Kala itu gw memang
sudah mengirim Tim Advance berangkat duluan tuk berkoordinasi. the
Jakers ditampung sementara di Kampus Widya Gama. Ketika pulang,
mayoritas the Jakmania sudah berganti kaos karena kaos yang mereka pakai
sudah menjadi rebutan Aremania.
Partai tandang lainnya yg
cukup berkesan adalah ke Tangerang melawan Persita. Datang dalam jumlah
cukup besar, the Jakmania disambut masyarakat Tangerang di sekitar
stadion. Banyak diantara mereka yang mengenakan kaos oren kebanggaan
kita. Di stadion gw jadi orang terakhir yang masuk karena menunggu
sampai semua anggota masuk ke dalam stadion. Di luar stadion gw sempat
menegur rombongan Manggarai yang masih nongkrong2 di luar padahal mereka
sudah pegang tiket. Disitu gw ketemu sama seorang anak SMP dari
Manggarai. Anak ini gw tegor karena kedapatan merokok. Gw memang paling
ga suka liat anak masih SMP tapi sudah merokok. Manggarai gw giring
masuk ke dalam stadion dan anak SMP tsb langsung membuang rokoknya.
Suatu saat nanti, anak SMP itulah yang mendirikan the Jakmania Bandung.
Di
Jakarta, the Jakmania juga banyak menerima suporter tamu. Yang terbesar
adalah Aremania. Stadion Lebak Bulus berubah menjadi warna Oren dan
Biru yang sama2 memadati tribun. Meski jumlah besar dan berdampingan,
tidak ada gesekan antara kedua kelompok ini. Yang ada adalah tukaran
kaos dan yel2 bersahutan. Selain itu kita juga menerima 200 orang anak
Viola pendukung Persita. Antara Viola dan the Jakmania memang terjalin
hubungan yang sangat harmonis saat itu. Ada lagi suporter baru The
Volcano dari Pelita KS, klub reinkarnasi dari Pelita Solo yang kali ini
pindah lagi ke Cilegon Krakatau Steel. Mereka kita sambut dan terjalin
hubungan baik hingga kini, meski timnya sudah berpindah-pindah
juga. Kemudian, meski kita sudah berseteru dengan Viking, kita tetap
menerima Bomber Persib. Sebuah kelompok baru di Bandung yang terdiri
dari banyak kelompok suporter disana. Namanya aja Bomber yang berarti
Bobotoh Maung Bersatu. Mereka gabungan dari Stone Lover, Jurig, Balad
dan masih banyak lagi. Kalo ga salah ada 16 unit suporter di Bandung
yang bersatu. Disitu kita membuktikan kalo kita selalu membuka
silaturahmi pada pihak2 yang memang ingin menjalin hubungan baik.
Lahirlah sebuah lagu .... 'Jangan Usik the Jakmania, Jangan Usik Anak
Jakarta, the Jak Slalu Terima Suporter Mana Saja, Tapi Viking Tetap
Musuh Bangsa'......
Suatu waktu, selesai pertandingan
Danang yang berulang tahun ngajak kita makan2 di Pondok Indah. Dari
Lebak Bulus kita jalan kaki menuju Metro Pondok Indah tempat banyak
sekali pedagang makanan di pelataran parkirnya. Pulangnya, gw tiba2
terbersit sebuah ide untuk bikin lagu baru. Ikbal yang berjalan di
samping gw langsung gw ajarin saat itu juga. Lagu itu berasal dari
daerah Papua yang berjudul Apuse. Kata2nya gw ganti menjadi ...."Persija
Di Dadaku, Persija Kebanggaanku, Kuyakin Hari Ini Pasti Menang,
Tunjukkan Semangatmu, Tunjukkan Sportivitasmu, Kuyakin Hari Ini Pasti
Menang, Oooooooo, Oooooooo"... Ikbal kemudian menggantik satu kata
'tunjukkan' menjadi kobarkan. Sama sekali tidak menyangka kalo lagu itu
akhirnya menjadi sebuah lagu paling fenomenal karena dinyanyikan seluruh
Indonesia ketika mendukung Tim Nasional. Lagu itu juga menjadi lagu
wajib di kegiatan olahraga apapun, baik tingkat nasional maupun acara
17Agustusan di kampung masing2.
Seperti yang gw sebut
diatas, materi Pemain Persija memang sudah kita ragukan dari awal. Dan
terbukti Persija kurang berprestasi di periode ini. Meski lolos ke babak
8 besar dan bermain di Padang, Persija gagal lolos ke semifinal yang
dimainkan di Jakarta. Final Liga Indonesia melibatkan antara Petrokimia
Gresik melawan Persita Tangerang. the Jakmania diminta tetap hadir dan
berada di tengah-tengah kedua kubu. Sebanyak 2000 anggota the Jakmania
diberikan kaos oleh PSSI bertulisan SATU INDONESIA SATU lengkap dengan
syal merah dan putih. PSSI memang meminta the Jakmania untuk tetap hadir
sebagai upaya meramaikan partai final yg mempertemukan 2 kesebelasan yg
memiliki sedikit pendukung. Kebetulan kedua pendukung tsb baik Ultras
Gresik maupun Laskar Benteng Viola adalah kelompok yang bersahabat
dengan kita. Disitulah kita pertama kali berkenalan dengan dirijen
Ultras Gresik yg bernama Pelos. the Jakmania sukses menjalankan tugasnya
dan tampil dengan atraksi yang mengagumkan lewat permainan syal.
Masyarakat menjadi saksi bagaimana sebuah syal dapat digunakan untuk
berbagai variasi gerakan atraksi. Slogan Menembus Tradisi akhirnya
diwujudkan oleh mantan pemain Persija ..... Widodo CP yang berhasil
membawa Petrokimia keluar sebagai Juara Liga Indonesia 8.
Periode
ini adalah periode dimana the Jakmania begitu dipercaya masyarakat
ibukota tuk mengisi berbagai macam kegiatan di Jakarta. Gugun meski
sudah tidak menjadi Ketua Umum tetap menunjukkan perhatiannya pada the
Jakmania. Lewat Tallent Production miliknya, the Jak diminta untuk
mendukung Bank Jatim dalam kejuaraan volley antar Bank Pembangunan
Daerah serta mendukung Satria Muda dalam semifinal Kobatama. Kita juga
diundang untuk menghadiri acara Pasar Malam Betawi di Taman Ria Senayan
dalam rangka HUT Jakarta. Kemudian PSSI minta kita mendukung Tim
Nasional Futsal indonesia dalam kejuaraan AFC Futsal Championship
Indonesia 2002. Eksistensi the Jakmania tsb menarik para event organize
lainnya tuk mengajak the Jakmania bekerja sama. Satu waktu sebuah EO
lain menghubungi gw dan jadilah kita mengikat kerjasama. Pertama ikut
dalam acara pembuatan iklan Extra Joss dan Joss Kid di Senayan. Kemudian
acara Giring Bola Cocacola dari Bunderan HI menuju Senayan dalam rangka
menyambut Piala Dunia 2002. Dalam kegiatan ini, the Jakmania diminta
mengerahkan 2002 anggotanya untuk melakukan giring bola bareng. Subuh2
kita udah disana tuk mengambil jatah Kaos dan Bola yang akan digiring.
Saat final Piala Dunia, kita juga diminta tuk hadir meramaikan acara
nonton bareng di Stadion Lebak Bulus Jakarta Selatan. Sebagian dari
kegiatan ini menguntungkan secara finansial bagi organisasi maupun
anggota karena memang kita mengajukan syarat fee organisasi bagi setiap
event kegiatan. Dengan demikian uang kas the Jakmania cukup terbantu
sementara anggota juga mendapatkan modal untuk mengikuti partai tandang
Persija. Disini kita coba mengajarkan anggota, bila ingin nonton Persija
baik kandang maupun tandang, sementara kita tidak punya dana, kita
harus bekerja dan berusaha tuk mendapatkan dana agar bisa menyaksikan
pertandingan Persija. Tapi tentunya dengan pertimbangan yang kita dukung
tidak punya 'conflict interest' dengan Persija.
Liga
Indonesia 8 merupakan bukti kalo the Jakmania bisa menunjukkan
eksistensi yang luar biasa. Pengakuan dari masyarakat kalo the Jakmania
adalah sebuah kelompok suporter yang kreatif dan bersemangat. Saat itu
keakraban di antara kita memang sangat kental. Tidak peduli kita berasal
dari wilayah mana, semua nyatu di Menteng. Sampai2 muncul istilah
'Kotak Ajaib' yang diberikan pada Sekretariat kita karena dengan ruangan
yang begitu kecil kita mampu mengelola anggota dan simpatisan yang
jumlahnya sangat besar. Banyak kreativitas dan sedikit sekali kekerasan.
Namun yang paling membanggakan, bila di liga sebelumnya cukup banyak
kita berbenturan dengan suporter tamu, di liga ini kita bisa membuktikan
kalo kita bisa menerima dan menjalin hubungan baik dengan suporter
manapun yang mau menjalin hubungan baik dengan kita. Hingga muncul suatu
jargon yang menunjukkan karakter anak Jakarta... sebuah jargon yg
dipahami dengan baik oleh seluruh anggota the Jakmania saat itu...
sebuah jargon yg berbunyi LU ASIK GUE SANTAI, LU USIK GUE BANTAI.
sumber: http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150186442389326
No comments:
Post a Comment