Monday, December 19, 2011

FIGHT FOR GLORY (Liga Indonesia 9 : patah tumbuh hilang berganti)

Ragunan, 21 Mei 2011



Menghadapi Liga Indonesia 9, kita tidak membuat kaos baru. Tapi kita menetapkan kalo setiap pendaftar baru akan mendapatkan kaos Gue Anak Jakarta, sedang untuk perpanjang kartu mendapatkan kaos Satu Jakarta Satu. Namun tema yang kita angkat adalah FIGHT FOR GLORY yang menunjukkan keinginan kita tuk bersama-sama Tim Persija berjuang lebih keras tuk mencapai sebuah kemenangan. Keinginan itu kita wujudkan dengan membuat kaos bertuliskan Fight For Glory dan kita bagikan ke seluruh anggota Tim Persija ketika mengawali kompetisi. Periode ini gw memang lebih mengkonsentrasikan diri untuk penertiban organisasi. Konsekwensi dalam penegakan aturan organisasi adalah kita harus siap kehilangan rekan2 yg selama ini berjuang tapi ternyata tidak bisa bertahan dengan aturan main organisasi. Satu persatu temen2 gw mulai menghilang. Ada yg disibukkan dengan tugas kerjanya ke luar kota, ada yg kawin hingga gw julukin 'Persija Sampe Kawin', ada juga yang terkena dampak dari aturan ketat yang gw terapkan. Yang paling mencolok adalah masalah Laporan Pertanggungjawaban. Setiap Divisi Organisasi harus bisa membuat laporan yg bisa dipertanggungjawabkan. Kalo ga bisa, silahkan out dan jadi anggota biasa. Biasanya yg begini karena malu langsung hilang batang hidungnya. Tapi gw punya keyakinan yg kuat kalo apa yg gw lakukan adalah untuk kebaikan organisasi. Dan gw yakin dari sekian ribu orang the Jakmania, banyak yg bisa berperan mengisi kekosongan jabatan di the Jakmania.

Panpel Persija waktu itu sangat siap dan mengakomodir semua keinginan the Jakmania. Namun justru dalam internal kita, gw mulai melihat ketidak disiplinan. Utamanya Korwil ! Awalnya gw ngangkat Korwil itu untuk supaya kita bisa mendapatkan ujung tombak dalam perekrutan anggota. Korwil juga diharapkan bisa menggalang dan mengkoordinir masa di wilayahnya masing2. Namun yang ada, mereka malah rame2 jual tiket di Stadion Lebak Bulus. Hal ini sangat gw hindarin. Karena tindakan ini justru menimbulkan imej negatif, terkesan pengurus the Jak itu seperti calo. Banyaknya Korwil yg jual tiket di stadion juga membuat banyak anggota yg merasa tidak perlu mencari tiket di wilayah masing2, toh di stadion juga ada. Hal ini membuat terjadi penumpukan masa di sekitar stadion dimana mereka mayoritas belum pegang tiket. Kondisi ini tentu tidak boleh dibiarkan, karena bila sudah di stadion dan belum dapat tiket, sementara di dalam stadion sudah banyak penonton, biasanya menimbulkan kepanikan dan mereka akan coba cari jalan pintas dengan jebol pintu. Gw juga melihat korwil banyak yg nonton tidak bersama-sama anggotanya, karena mereka sibuk jual tiket di luar dan ketika akan masuk tribun Timur sudah penuh sehingga mereka masuk di Tribun Barat. Lalu kalo anggotanya bentrok, siapa dong yg bisa nenangin?

MENEMBUS TRADISI (Liga Indonesia 8 : selebritis ibukota)

Ragunan, 20 Mei 2011



Liga Indonesia 7 memang penuh kenangan. Selesai merayakan euphoria juara, dalam keadaan rambut masih berwarna oren, gw masuk kantor. Di kantor bos narik tangan gw dan ngajak ke suatu ruangan. Ruangan lux ber AC dengan meja besar dan lemari es disampingnya. Ruangan yg juga dilengkapi dengan fax, tivi, dan telpon. Itu adalah ruang wakil direksi yang seharusnya menjadi milik gw. Memang ketika itu gw ambil resiko ga naek jabatan demi mendukung Persija sekian hari di Makasar. Jujur, tidak ada sedikitpun terpikir penyesalan dalam diri gw. Yang ada kebanggaan karena Persija juara. Tanpa sadar tangan kanan gw bergerak memegang tangan kiri gw yang sudah dihiasi sebuah jam tangan berwarna hijau oren. Sebuah jam tangan pemberian Lurah Menteng Bapak Datuk saat acara perayaan Persija Juara.

Kaulan gw ketika Persija menjadi Juara bukan hanya jalan kaki ke Bunderan HI. Saat itu gw bertekad akan naek gunung sendirian untuk mensyukuri kemenangan ini. Sasarannya adalah Gunung Gede. Tapi ketika beberapa anggota tau niat gw, mereka langsung menyatakan untuk ikut. Karena banyak yg mau ikut, sasaran gw rubah menjadi Gunung tertinggi di Jawa Barat, Gunung Ciremai. Jadilah 18 orang the Jakers berangkat menuju Cirebon. Salah satu the Jakers KM37, Pampam, kebetulan juga berasal dari Cirebon. Saat perjalanan kesana, kita ketemu Mantan Manajer Persija Bapak Aang Hamid Suganda. Beliau langsung menawarkan tuk mampir ke rumahnya. Disana kita dijamu makan enak, serta pulangnya diberi sangu gopeceng alias 500 rebu perak. Uang itu langsung kita belanjakan makanan untuk bekal mendaki. Doel Korwil Cikini Menteng beli teko listrik untuk masak kopi. Dia bilang kalo dia sering bikin kopi di Sekret dan alat ini bisa mempermudah pekerjaannya.

SATU JAKARTA SATU (Liga Indonesia 7 : Road to Champion)

RAGUNAN, 16 MEI 2011



Dari liga 6 ke liga 7 cukup banyak waktu kosong. Dulu kan belum ada yg namanya Piala atau Copa Indonesia. Beberapa korwil minta diadakan kegiatan, akhirnya timbulah ide untuk mengadakan Liga the Jakmania. Pesertanya adalah korwil yang masih nongol pada saat jeda kompetisi, 14 Korwil : Kebon Jeruk, Senen, Cengkareng, Ancol, Kemayoran, Sumur Batu, Pondok Pinang, Kali Deres, Manggarai, dll. Ada peribahasa mengatakan TAK KENAL MAKA TAK SAYANG. Itulah tujuan utama diadakannya kegiatan ini. Biar sesama anggota bisa lebih saling mengenal yg ujung2nya bisa meredam keributan antar anggota. Keluar sebagai Juara adalah Korwil Cengkareng yang mengalahkan Korwil Kali Malang di Lapangan Banteng. Selesai pertandingan ada sedikit insiden disana. Ada copet beraksi. Copet paling apes yang pernah gw liat. Entah karena gondok kalah atau karena kesel capek, anak2 Kali Malang jadi kelompok yang paling semangat gebukin tu copet.

Setelah berhasil kampanye kebanggaan menjadi Anak Jakarta, kaos anggota berikutnya bertuliskan SATU JAKARTA SATU. Dulu seringkali terjadi keributan sesama sekolah, antar kampung, atau di kampus-kampus. Gw coba dengan kampanye Satu Jakarta Satu yang bermakna meski kita dari kampung yg berbeda, sekolah yg beragam dan kampus yg berdampingan, kita tetap mempunyai kesamaan dalam mendukung Persija. Itu sebabnya gw haramkan semua anggota tuk ribut sesama angota. Kalo terjadi, ga segan2 gw hukum berat. Alhamdulillah, kampanye tsb berhasil Tawuran anak sekolah terhenti, brantem antar kampung hilang, paling tidak itu yg bisa kita liat di Manggarai, anak kampus juga adem adem aje. Selain itu, arti slogan tsb juga sebagai gambaran dari keinginan kita agar Persija menjadi no 1 di Indonesia. Sebuah keinginan yang kemudian diwujudkan dengan tekad tuk memberikan dukungan lebih pada tim kebanggaan.

Budaya malu tuk gratisan tiket terus kita kampanyekan. Tapi kita melihat ada ketimpangan di tubuh Panpel. Setiap anggota yg masuk stadion tiketnya diambil tanpa disobek, atau ada juga yg dibejek. Semuanya kemudian dimasukan kantong plastik tuk kemudian dijual lagi ke calo2 tiket. Melihat ini, gw langsung ambil sikap tegas, Panpel harus seleksi lagi anggotanya. Harus yg benar2 cinta sama Persija. Harus orang2 yg bisa memberikan keuntungan buat Persija bukan sebaliknya. Semua anggota juga kala itu kompak, setiap masuk ngotot sama petugas penjaga pintu tuk minta sobekan tiket. Kalo ga dikasih? Ribut ! Namun gw juga mendapatkan banyak sekali calo tiket yang jual tiket khusus the Jakmania yg masih terbundel rapi. Aksi sweeping terhadap calo ini langsung gw lakukan. Beberapa calo yg ngotot gw hajar. Intinya, tidak boleh ada satu pihakpun yg jual tiket the Jakmania kecuali Korwil dan Tiketing the Jakmania.

GUE ANAK JAKARTA (Liga Indonesia 6 : mulai keras, kreatif dan pembenahan organisasi)

RAGUNAN, 14 MEI 2011



Saat gw kuliah, gw aktif bersama-sama MANUNGGAL BHAWANA, nama pencinta alam di kampus gw. Dari mulai berorganisasi hingga pendidikan mendaki gunung banyak yg gw pelajarin disana. Tapi ada lagi yg secara ga sadar membentuk etos kerja gw.... GOTONG ROYONG. Setiap ada kegiatan, meski sudah ditunjuk Koordinatornya, tapi pelaksanaannya tetap dikerjakan rame-rame. Sampe ngebangun sekretnya aja juga rame-rame, mulai dari ngebangun kerangkanya dari kayu & bambu hingga nyemen dan ngecat. Semua seperti berlomba tuk bantu. Yg ga bantu ga pernah ditegor, tapi justru jadi malu sendiri dan berusaha ikut partisipasi. Kalo yg ga ikutan pasti merasa ketinggalan. Etos kerja inilah yang kemudian gw bawa ke the Jakmania ketika gw terpilih menjadi Ketua Umum the Jakmania menggantikan Gugun Gondrong.

Dalam laporan pertanggungjawabannya, Gugun dengan tegas menyatakan keinginannya tuk mendapatkan pengganti. Gugun, juga merasa sulit membagi waktu karena profesi artis adalah pekerjaan yg ga tentu waktunya. Ada 3 calon ketua berikutnya.... Gw, Mardan dan Danang. Gw pengen menciptakan suasana kebersamaan dari awal, makanya gw bikin kaos replika Persija saat itu untuk gw bagikan ke 2 orang calon lainnya. Jadilah kita tampil bertiga dengan kostum yang sama. Hasilnya? Semua juga tau kan, Alhamdulillah gw terpilih tuk mengemban tanggung jawab besar ini. Awalnya gw ragu. Siapalah gw ini? Gugun adalah seorang artis, seluruh Indonesia juga kenal dia, dan dengan predikatnya itu sedikit banyak memperlancar tugasnya sebagai Ketua Umum.

Gugun tetap gw angkat sebagai Ketua Kehormatan. Mardan jadi Wakil Ketua, Faisal Riza Sekretaris Umum dibantu Ferry Firmansyah (Tenabang), Danang Bendahara Umum dibantu Reynaldi. Nama2 lama masih menghiasi jajaran pengurus, terutama para JM. Gatot jadi Kepala Sekretariat, Chandra jadi Kabid Perlengkapan dibantu Mahasiswa Gunadharma yg bernama Iqbal, Erwan menjabat Kabid Merchandise, Budiarto Kabid Keamanan dan Rudi Tongkang Kabid Keanggotaan. Reynaldi adalah mantan temen gw di Commandos yg tetap menjabat dwi kewarganegaraan alias dukung Pelita tapi dukung Persija juga. Setelah Pelita memutuskan pindah ke Kota Solo, dia memantapkan dirinya menjadi the Jakmania. Dialah yg menciptakan yel .... ALE MACAN BATAVIA, VIVA THE JAK, VIVA THE JAKMANIA. Dia juga yang menggubah lagu Mars UI menjadi lagu the Jakmania : Kami adalah the Jakmania, smangat gembira jiwa kami, bernyanyi beratraksi menuju satu cita, maju kita maju, hidup Persija, hidup Persija, kesebelasan yang paling kubangga, hidup Persija hidup Persija kesebelasan yang paling kucinta. Rudi adalah Korwil Senen yg kemudian dipilih oleh para korwil yang laen tuk menjadi Kabid Keanggotaan.

MIMPI ITU MASIH BERKEPANJANGAN (Liga Indonesia 5 : ketika terusir dari Menteng)

RAGUNAN, 13 MEI 2011



the Jakmania tidak tinggal diam dengan dihentikannya kompetisi ini. Gugun dkk langsung melakukan demo di kantor PSSI yang dulu bermarkas di Gedung Menpora. Tuntutan dari kita waktu itu adalah bagaimana Sepakbola tidak dicampuradukan dengan Politik. PSSI harus bisa lebih berani tuk menjalankan roda kompetisi tanpa harus dibayangi ketakutan akan kerusuhan politik. Demo tidak berhenti hingga disitu. Kita melakukan aksi tempel di Mes Persija Graha Wisata Kuningan. Tuntutannya? Tuntaskan hak pemain. Itu kita lakukan karena beberapa pemain mengeluh nasib mereka belum jelas dan gajinya masih nyangkut. Akhirnya Manajemen Klub langsung mengumpulkan pemain dan menjelaskan semuanya. Meski masih ada beberapa yang tidak puas, tapi dalam pandangan kita semua sudah berjalan dengan adil. Resiko ini kan ga harus ditanggung oleh klub doang. Pemain dan Pelatih juga harus memahami situasi seperti ini yang disebut sebagai 'force majeur'.

Liga berhenti bulan Mei, tapi kegiatan the Jakmania tidak berhenti. Gugun ngajak gw sama Revi tuk melakukan negosiasi dengan pihak Televisi Pendidikan Indonesia. Gugun kan diminta menjadi pembawa acara disiaran langsung Piala Dunia 98 Perancis. TPI pengen ada penonton di studio yang atraktif dan pilihan jatuh pada the Jakmania. Nego berlangsung singkat dan cepat. the Jakmania berkewajiban tuk menyiapkan manusia2 kreatif yg siap begadang nonton di studio TPI di Pd Gede. TPI berkewajiban menyediakan konsumsi, peralatan kostum dan uang transport bagi pesertanya. Jadilah the Jakmania menjadi kelompok yang sebulan penuh ditonton seluruh Indonesia. 30 the Jakers dibagi jadi 2 kelompok. Masing2 kelompok mendukung tim yang berbeda. Adu yel dan lagu dilakukan demi timnya masing2. Dari situlah muncul ide-ide kreatif dalam mendukung sebuah tim sepakbola. Satu waktu gw kebagian dukung TIm Denmark. Gw pimpin kelompok gw tuk teriak yel-yel 234 Denmark. Teriakan itu begitu kompak dan seru. Yel tsb akhirnya kita gunakan tuk dukung Persija .... 234 the Jak.... duk duk, duk duk duk, duk duk duk duk, the Jak! Waktu kebagian tim Perancis... gw nyanyiin lagu batak tilo2 sitara tilo2... diganti dengan ...."Prancis Prancis juara dunia Prancis juara dunia Prancis Juara Dunia Prancis". Karena kita memang kreatif dan keliatan enjoy, makin lama makin banyak jumlah anggota yg TPI minta didatangkan. Karena setiap siaran langsung terlihat heboh, studio TPI kebanjiran orang yang ingin nonton disana. Konon ada yg sampe rela bayar ratusan ribu tuk bisa masuk ke studio TPI.

KEBANGKITAN YANG TERTUNDA (Liga Indonesia 4 : terhenti akibat situasi politik)

Ragunan, 12 Mei 2011



Sebelum menjadi Gubernur, Bang Yos pernah berkumpul dengan Lurah Menteng dan seorang wanita cantik yang penuh semangat Diza Rasyid Ali. Dalam percakapan itu Bang Yos mengutarakan keinginannya tuk memajukan Persija bila terpilih menjadi Gubernur. Kedepannya, Bang Yos benar2 menjadi Gubernur, dan Diza diangkat menjadi Manajer Persija di Liga Indonesia 4. Lurah Menteng yang kadang dipanggil Datuk, tetap menjadi pendukung setia. Setelah beliau wafat, keluarganya mendirikan Mesjid di Menteng yang sering kita pakai tuk sholat taraweh di jaman bulan puasa dulu.

Bang Yos mau Persija diperkuat pemain2 terbaik di tanah air. Dana ga usah jadi masalah. Para pengusaha di ibukota dikerahkan tuk rame2 bantu Persija. Materi pemain Persija saat itu diisi oleh gabungan pemain2 Arema, Bandung Raya dan Persija Jakarta. Masih ingat kan nama2 seperti : Joko Susilo, Kuncoro, Joko Kuspito, Putu Gede, Haryanto (Arema), Rehmalem Perangin-rangin, Dahiru Ibrahim, Olinga Atangana, Nuralim (Bandung Raya), serta Vennard Hutabarat, A. Yani, Zahlul Fadil, Mahruzar Nasution, Zaenal Jambak, Febriadi Bobihoe, Joseph Lewono (Persija). Belakangan Persija menambah lagi satu striker yang kemudian menjadi idola the Jakmania : Widodo C. Putro. Penyambutan terhadap Widodo juga menjadi pioner di Indonesia. Widodo kita daulat di Menteng tuk menerima kaos kebesaran Persija.

Warna kostum Persija berubah menjadi oren. Tidak pernah ada penjelasan kongkrit kenapa warna berubah jadi oren. Ada beberapa asumsi. Yang pertama, Diza yang kebetulan seorang desainer dan pengurus Persija lainnya berasal dari ormas Pemuda Pancasila. PP kan warna kebesarannya oren, jadi mungkin itu penyebabnya Persija berubah. Asumsi kedua, Bang Yos minta Mba Diza milih warna yang tidak sama dengan warna 3 Partai Politik kala itu.... Kuning, Hijau atau Merah. Asumsi ketiga, pada logo DKI Jaya terdapat 3 warna : Putih, Merah dan Biru. Bila ketiga warna tsb dicampur maka akan muncul warna oren. Entah benar atau tidak, bagi gw bomat... bodo amat. Gw dukung Persija, tim gw mau pake warna apa ya gw ikutin. Toh, pemilihan warna itu menurut gw tepat sekali. Oren menjadi warna khas dan identik dengan Persija bahkan dengan Jakarta. Meskipun belakangan muncul tim2 lain yang juga menggunakan oren, tapi tetap Persija yang disebut-sebut sebagai Tim Oren.

THE JAKMANIA (kontroversi berdirinya)

Ragunan, 11 Mei 2011



Tidak mudah melupakan sebuah tim yang gw dukung selama 10 tahun. Banyak yang gw dapat selama menjadi pendukung Pelita Jaya. Yang paling utama adalah PERTEMANAN. Dalam kondisi minoritas, persahabatan akan terasa lebih kental. Apalagi dalam perjalanannya, seringkali kita mengalami tekanan dari suporter2 lain. Perasaan senasib dan sependeritaan itulah yang menumbuhkan IKATAN BATIN yang kuat dengan beberapa teman di Commandos. Hal lain yang gw pelajari dari Commandos justru adalah KEKURANGAN. Organisasi suporter ini kurang mewakili aspirasi anggotanya. Para Pengurusnya tidak menunjukkan fanatisme yang luar biasa sehingga kita2 sebagai anggota merasa berada di jalur yang benar.

Pernah suatu saat gw mau berangkat nonton Tim Nasional main di Senayan. Ketika mampir sebentar di Sekretariat Commandos di Lebak Bulus, gw liat sedang terjadi perdebatan antara beberapa angota dengan Rusdi salah seorang Pengurus Commandos dari Lebak Bulus. Anggota Commandos itu ingin nonton timnas tapi bawa spanduk Pelita Jaya. Wajar kan? Mereka ingin menunjukkan identitas bahwa pendukung Pelita Jaya memang ADA, meski sedikit. Tapi justru Pengurus itu malah melarang dengan alasan siapa yang mau tanggung jawab bila spanduk ilang atau dirusak kelompok lain? Anak2 SMP disuruh bertanggung jawab mana mereka brani? Akhirnya gw ambil inisiatif biar gw yang tanggung jawab. Anak tsb girang dan terima kasih dan kemudian berangkat bersama-sama ke Senayan. Anak SMP itu adalah Mahdi dari Taman Kota, salah satu pendiri the Jakmania. Di Senayan begitu kita pasang, berdatanganlah satu persatu anggota Commandos dri tribun2 lain. Pertandingan hari itu adalah Tim Nasional melawan LAZIO.

Saat itu materi Pelita Jaya memang membuat kita semua jatuh cinta. Bayangkan nama2 yg bercokol disana : Kurniawan Dwi Julianto, Indrianto Nugroho, Eko Pujianto, Supriono, Gusnedi Adang, Alexander Pulalo, Ansyari Lubis, Maboang Kesack, Roger Milla, Frido Yuwanto, Tri Murvedayanto, Kurnia Sandi, Aples Gideon Tecuari, dan masih banyak lagi bintang2 sepakbola Indonesia. Masa ini, pendukung Pelita Jaya lumayan banyak, tapi bukan sebagai anggota Commandos. Mereka hadir sendiri karena mendengar nama2 tenar tsb. Ada juga yang dikerahkan dari karyawan2 perusahaan milik Keluarga Bakrie. Dimasa itu, Commandos mulai memperkenalkan bentuk dukungan dengan gerak dan lagu. Salah satu lagu yang paling sering dinyanyikan adalah lagu Jali2 yang liriknya diganti menjadi.... "Ini dia Pelita Jaya, maennya bagus, maennya bagus, .... dst dst. Lagu lain adalah.... "Kalo Pelita menang tepuk tangan, prok3x, .... dst dst.

COMMANDOS (klub kedua : Pelita Jaya Jakarta)

RAGUNAN, 10 MEI 2011

Episode berikutnya adalah munculnya klub2 baru di Galatama yang menarik perhatian masyarakat sepakbola Indonesia termasuk gw. Ada Krama Yudha Tiga Berlian, Pelita Jaya, BPD Jateng, Mitra Surabaya, Makasar Utama, dll. Di era ini Galatama memang menjadi primadona sepakbola Indonesia. Perhatian gw jadi terpecah. Antara Galatama dan Persija di kompetisi Perserikatan. Awalnya gw tertarik pada tim Krama Yudha meski tim ini tidak berdomisili di Jakarta. Materi pemainya yg bikin gw tertarik. Ada Sudana Sukri, Kashartadi, Bambang Sunarto, dll. Tapi gw juga ga pernah dukung mereka secara langsung di stadion. Tahun 1988 menjadi tolak balik semuanya. Gw pindah beserta keluarga ke Lebak Bulus jakarta Selatan. Kepindahan ini melulu karena nyokap gw ga bisa menyimpan banyak kenangan di rumah yg lama setelah bokap gw meninggal setahun sebelumnya. Ya, Bokap gw meninggal di pangkuan nyokap karena kena serangan jantung. Di Lebak Bulus inilah gw menjadi saksi hidup bagaimana sebuah stadion modern dibangun... Stadion Sanggraha Pelita Jaya Lebak Bulus. Setiap hari ketika akan berangkat kuliah atau pulang kuliah, gw selalu mengikuti perkembangan pembangunan stadion ini.

Setelah stadion ini jadi, gw ga ragu lagi tuk menetapkan Pelita Jaya sebagai pilihan gw. Menurut gw, inilah prototipe klub sepakbola profesional seharusnya. Memiliki stadion yang bergaya Inggris, jarak tribun dekat dengan lapangan, serta memiliki tribun berdiri di kedua sisi belakang gawang, serta mempunyai home ground di bilangan Sawangan Bogor yang lengkap dengan fasilitas rumah, kolam renang, lapangan latihan, dapur, ruang makan bersama, lapangan tenis, basket dll, membuat gw jatuh cinta pada Pelita Jaya. Materi pemain mereka banyak diambil dari jebolan SMU Ragunan. Nama2 seperti : Hermansyah, Listianto Raharjo, Bambang Nurdiansyah, Mustafa Umarela, Nanda Novelan, ALi Garwan, Ali Lisaholet, I Made Pasek Wijaya, Alesander Saununu, Theodorus Bitbit, Rully Nere, Elly Idris, Mundari Karya, Agus Suparman, Buyung Ismu, Maman Suryaman, dll menjadi jaminan akan prestasi Pelita Jaya. Gw juga tidak mempunyai kesulitan tuk memberikan dukungan karena jaraknya yang sangat dekat dengan rumah gw. Kira2 cuma 10 menit kalo jalan kaki dari rumah. Rasanya faktor jarak inilah yang membuat gw jadi rajin nonton Pelita Jaya.

AWAL MULANYA (klub pertama : Persija Jakarta)

RAGUNAN, 9 MEI 2011

Nama gw TAUHID INDRASJARIEF. Gw lahir di Bandung, 18 Februari 1965. Nama itu pemberian dari bokap gw. Cara ngasi namanya aneh banget. Bokap ambil Al Quran dan buka sembarangan. Persis di halaman yg kebuka, bokap cari sebuah kata yg dianggap pas tuk dijadikan nama. Dapatlah kata TAUHID, sebuah kata yg menurut gw terlalu tinggi. Tapi nama adalah doa dan harapan orang tua tentunya, dan gw bersyukur bokap ga kasi nama gw MALINGAYAM. Untuk melengkapi, bokap nambahin nama INDRASJARIEF di belakangnya, pake ejaan lama. Menurut nyokap gw, nama tersebut susah disebutnye, jadi nyokap ngasi nama lagi yg lebih gampang manggilnye.... FERRY. Pemberian nama itu bukan tanpa alasan. Konon di sekitar rumah, ada seorang anak Belanda usia belasan tahun bernama Ferry yang menurut pandangan nyokap sangat ganteng, gagah dan sehat selalu. Nyokap kasi nama bule itu ke gw dengan harapan gw bisa tumbuh seperti bule itu. Rasanya harapan nyokap lebih terbukti dari pada bokap, paling enggak hingga saat ini. Hehehehehe....

Bokap, nyokap, kakak dan ade-ade gw lahir di Jakarta, mungkin karena takut di kemudian hari ada masalah, bokap gw bikin akte kelahiran gw ampe 2 biji. Satu kelahiran Bandung, satu lagi kelahiran Jakarta. Dulu nyokap gw emang terpaksa ngungsi ke Bandung, tempat nenek gw, karena di Jakarta lagi heboh2nya G30S PKI. Setelah sempat merasakan hidup di Jakarta, atau tepatnya di Sawah Besar Jakarta Pusat, umur 3 tahun gw pindah dan tinggal sama nenek gw di Cigombong Jawa Barat. Ga lama gw disana, akhirnya kembali lagi ke pangkuan ibunda tercinta di Jakarta. Konon katanya di masa kecil, gw sempat bisa berbicara bahasa Sunda. Sayangnya udah gede gw sama sekali lupa dengan bahasa keluarga besar nenek dari ibu gw tersebut.

Umur 5 tahun, keluarga gw pindah lagi ke kompleks Garuda di Rajawali, masih di jakarta Pusat. Bokap memang Penerbang alias Pilot Garuda. Di Rajawali inilah gw mulai diperkenalkan sama sebuah olahraga permainan yg bernama SEPAKBOLA. Kakek dari Bokap gw memang orang Betawi Asli. Berasal dari Petojo di Jakarta Pusat. Beliaulah yg sering banget ngajak cucu2nya tuk nonton bola di Senayan. Memang kebanyakan gw diajak nonton Tim Nasional bertanding. Tapi karena materi pemain tim nasional itu dipenuhi oleh pemain2 Persija, otomatis gw dan sodara2 gw jadi jatuh cinta sama Tim Persija Jakarta. Setiap ada turnamen Suharto Cup, gw pasti menjagokan Persija jadi juaranya. Seinget gw, saingan Tim Persija saat itu adalah Persebaya Surabaya, PSMS Medan, Persipura dan PSM Ujungpandang. Nama2 yang masih melekat di ingatan gw adalah Yakob Sihasale, Abdul Kadir, Hadi Ismanto, Subodro, Waskito, Ngurah Rai (Persebaya), Jakobus Mobilala, Hengky Heipon, Hengky Rumere, Leo Kapisa, Timo Kapisa, Johanes Auri (Persipura), Nobon, Sunardi A, Sunardi B, Parlin Siagian (PSMS Medan) serta Dulah Rahim, Yusuf Male (PSM). Kalo dari Persija? Wah ini mah dream team masa itu.... Roni Pasla, Sutan Harhara, Oyong Lisa, Suaeb Rizal, Soyan Hadi, Junaedi Abdillah, Anjas Asmara, Iswadi Idris, Andi Lala, Risdianto, Taufik Saleh, Rahman Halim, dan Sudarno.