Monday, December 19, 2011

MENEMBUS TRADISI (Liga Indonesia 8 : selebritis ibukota)

Ragunan, 20 Mei 2011



Liga Indonesia 7 memang penuh kenangan. Selesai merayakan euphoria juara, dalam keadaan rambut masih berwarna oren, gw masuk kantor. Di kantor bos narik tangan gw dan ngajak ke suatu ruangan. Ruangan lux ber AC dengan meja besar dan lemari es disampingnya. Ruangan yg juga dilengkapi dengan fax, tivi, dan telpon. Itu adalah ruang wakil direksi yang seharusnya menjadi milik gw. Memang ketika itu gw ambil resiko ga naek jabatan demi mendukung Persija sekian hari di Makasar. Jujur, tidak ada sedikitpun terpikir penyesalan dalam diri gw. Yang ada kebanggaan karena Persija juara. Tanpa sadar tangan kanan gw bergerak memegang tangan kiri gw yang sudah dihiasi sebuah jam tangan berwarna hijau oren. Sebuah jam tangan pemberian Lurah Menteng Bapak Datuk saat acara perayaan Persija Juara.

Kaulan gw ketika Persija menjadi Juara bukan hanya jalan kaki ke Bunderan HI. Saat itu gw bertekad akan naek gunung sendirian untuk mensyukuri kemenangan ini. Sasarannya adalah Gunung Gede. Tapi ketika beberapa anggota tau niat gw, mereka langsung menyatakan untuk ikut. Karena banyak yg mau ikut, sasaran gw rubah menjadi Gunung tertinggi di Jawa Barat, Gunung Ciremai. Jadilah 18 orang the Jakers berangkat menuju Cirebon. Salah satu the Jakers KM37, Pampam, kebetulan juga berasal dari Cirebon. Saat perjalanan kesana, kita ketemu Mantan Manajer Persija Bapak Aang Hamid Suganda. Beliau langsung menawarkan tuk mampir ke rumahnya. Disana kita dijamu makan enak, serta pulangnya diberi sangu gopeceng alias 500 rebu perak. Uang itu langsung kita belanjakan makanan untuk bekal mendaki. Doel Korwil Cikini Menteng beli teko listrik untuk masak kopi. Dia bilang kalo dia sering bikin kopi di Sekret dan alat ini bisa mempermudah pekerjaannya.


Tidak semua rombongan ikut naek gunung. Hanya 13 orang. 5 orang lainnya jaga Villa tempat kita nginep. Belakangan ketauan itu cuma alasan mereka doang. Kebetulan disana ada tempat pemandian air hangat dan mereka melihat ibu2 muda yang cantik2 sering berenang disana. Dari situlah muncul istilah Jak Mesum yang dikomandoi oleh Lani the Jakers dari Warung Buncit. 13 orang manjat gunung. Untuk supaya tidak hilang karena kita ndakinya malam hari, gw ngajarin semua tuk senantiasa mengucapkan yel bila barisan terputus. Yel the jaaaaak... yang disambut barisan depannya dengan  ... maniaaa. Suatu saat gw yang menjadi tim sweeper alias paling belakang, merasa rombongan sudah terputus. Gw langsung meneriakkan yel, tapi anehnya yel itu disambut dari beberapa arah. Malam itu kita memutuskan tuk istirahat dulu di tenda sambil nunggu terang. Esoknya barulah kita menyadari kalo para pendaki gunung lainnya juga banyak the Jakmania. Pantes aja yel yang nyaut dari segala arah. Tiba di puncak kita langsung mengibarkan bendera the Jakmania. Tapi kita ternyata bukan the Jakmania pertama yang ngibarin bendera. Nun jauh di sebrang sana juga ada the Jakers yang punya niat sama.

Menjelang musim kompetisi berikutnya, the Jakmania terus berkreasi. Seperti tahun sebelumnya, kita bikin Liga the Jakmania 2. Kalo dulu partai dilakukan home and away, kali ini semua pertandingan diselenggarakan di 2 tempat : Lapangan Tebet dan Karet Tengsin. Sebanyak 24 korwil ikut dalam kegiatan ini. Mereka semua terbagi dalam 8 grup. Grup 1 Cengkareng, Angke, Manggarai, Grup 2 Kali Deres, Warung Buncit, Jatinegara Kaum, Grup 3 Jatipadang, Kalibata, KM37, Grup 4 Depok, Kali Malang, Pondok Labu, Grup 5 Otista, Cipinang, Kebon Jeruk, Grup 6 Rawajati, Kelapa Gading Timur, Pondok Aren, Grup 7 Pondok Pinang, Jatibaru, Lenteng Agung, Grup 8 Karet Tengsin, Kelapa Gading, Bekasi. Pertandingan dilaksanakan di 2 tempat yakni PSPT Tebet dan Karet Tengsin. Akhirnya keluar sebagai juara adalah Tim Karet Tengsin. Korwil Karet Tengsin diketuai oleh orang yang pernah mencoba merebut Kaos Mbeng Jean, pemuda bertubuh besar yang ternyata bernama Bowie. Hal yang paling gw suka dengan kegiatan ini adalah antusias semua peserta tuk hadir dan aktif menjalankan pertandingan meski mereka harus mengeluarkan kocek lebih tuk ongkos dan konsumsi. Dengan kegiatan ini kita semakin merasa dekat, semakin kompak, dan semakin berpengalaman dalam menjalankan roda organisasi ini.

Dari Liga Indonesia 1 hingga 7, juaranya selalu bergantian. Belum pernah ada satupun tim yang berhasil menjadi juara untuk kedua kalinya. Itu sebabnya kita membuat slogan baru di kaos anggota kita 'Menembus Tradisi'. Slogan yg mencerminkan keinginan kita tuk melihat Persija menjadi tim yang pertama bisa menembus tradisi menjadi juara yg kedua kalinya. Bejo atau biasa dipanggil Mat Solar, langsung nangkep maksud hati gw tsb dan menciptakan sebuah lagu berjudul sama dengan slogan tsb....... Ayo Persija Macan Kemayoran, Pantang Menyerah Jadilah Juara, Ini Saatnya Menembus Tradisi, Juara Lagi Yang Kedua Kali..... Lagu ini jelas menunjukkan jiwa seni yg dimiliki Bejo. Sejak juara, ada keyakinan angka 7 adalah angka spesial buat the Jakmania dan Persija. Kita juara di Liga Indonesia 7, pemain idola kita waktu itu adalah Widodo CP yang bernomor punggung 7, sementara salam tangan kita bila dibalik membentuk angka 7.

Persija = Sampdoria. Itu yg gw pikirkan ketika melihat materi tim Persija di Liga Indonesia 8. Sampdoria waktu itu menjelma menjadi tim impian dan menjuarai Seri A Italia. Setelah itu mereka melakukan blunder dengan merombak total personilnya. Pertama dia buang pemain senior yang jadi panutan tim, Roberto Mancini. Kemudian dia menjual pengatur serangan Juan Sebastian Veron. Terakhir dia juga melepas sayap potensial Sergio Concecao. Nah Persija melakukan hal yang sama dengan Sampdoria. Melepas pemain berpengalaman Widodo CP yang jadi panutan bahkan oleh seorang striker muda potensial Bambang Pamungkas. Kemudian Kapten Persija sekaligus sayap produktif yang rajin memberikan umpan matang, Budiman. Dan terakhir pengatur serangan terbaik yang pernah dimilik Persija juga dilepas, Luciano Leandro. the Jakmania sampai hadir di acara penyambutan Widodo CP di Petrokimia Gresik atas undangan Ultras Gresik, suporter Petrokimia. Mardan, Rudi dan Chandra hadir mewakili. Pulang dari Gresik, mereka bertiga diundang lagi sama Aremania tuk menghadiri acara salah satu korwil disana.

Bagi the Jak, Widodo memang spesial. Dialah satu-satunya pemain yg nyumbang lagu buat the Jakmania. Satu waktu Widodo sempat menyatakan kekagumannya sama kreativitas the Jakmania. Dia juga ingin menyumbang lagu untuk dinyanyikan the Jakmania. Lewat rundingan dengan Ikbal, akhirnya lahir sebuah lagu yg hingga kini tetap dinyanyikan oleh kita, lagu yg waktu itu diikuti oleh hampir semua suporter di Indonesia... "Ayo the Jak, Kita bergembira, Ayo the Jak tunjukan aksimu, Kita dulung Persija Jakarta, Sekarang dan selamanya, Ayo the Jak, Kita beratraksi".......

Musim itu Persija merekrut Ritham Madubun, mantan pemain Persipura, PSM dan terakhir Persikota untuk menggantikan Budiman. Ngadiono, kiper alumnus PSSI Bareti juga datang menjadi pesaing Mbeng Jean. Masuk juga anak betawi asli binaan Diklat Pelita Sawangan, Maman. Sebagai juara liga, Persija untuk kedua kalinya tampil di Brunei mewakili Indonesia. Tampil tanpa dua bombernya Bepe dan Budi yang mengikuti Pelatnas SEA Games XXI, Persija meminjam Bako Sadissou (striker Barito Putra) dan Eko Pujianto (Libero Pelita Jaya). Di babak penyisihan Persija mengalahkan Song Lam 2-1, Pahang 1-0 serta BAFA XI 1-0. Di semifinal Persija ketemu Happy Valley Hongkong yg diperkuat Rocky Putiray. Tim inipun dikalahkan dengan skor 2-1. Persija akhirnya berhasil mempertahankan gelar setelah di final menyikat wakil Thailand BEC Tero dengan skor 2-1. Hal yang membanggakan adalah, stadion di Brunei dipadati ribuan tenaga kerja Indonesia yang setia menjadi pendukung Persija. Pak Ahmadin selaku manajer sampai membawa kaos oren 1 karung tuk dibagikan disana.

Pulang dari Brunei, Persija merekrut bek muda dari Persijatim Jakarta Timur, Ismed Sofyan. Sebagai juara bertahan, Persija berhak juga mewakili Indonesia di Piala Champion Asia melawan Kashima Antler Jepang. Sayang, jauh sebelum pertandingan dilaksanakan, Persija sudah memenuhi tawaran Kashima tuk hanya melakukan satu pertandingan di Jepang saja. Pertimbangan waktu itu adalah kekhawatiran akan kondisi keamanan di Indonesia. Jadilah kita hanya sekali bertanding disana dan kalah 4-2. Suporter Kashima Antler yang menantikan the Jakmania karena mereka sudah mendengar akan aksi atraktif suporter di Jakarta, terpaksa kecewa. Mereka tau semua itu setelah membaca website the Jakmania yg dilengkapi dengan foto2. Namun mereka sempat menghampiri perwakilan the Jakmania disana dan memberikan kenang-kenangan berupa syal. Syal tsb akhirnya hilang berbarengan dengan penggusuran Stadion Menteng.

Sebelum mengakhiri jabatan sebagai Ketua Umum di periode 1999-2001, gw sempat melakukan angket the Jakmania. Angket itu berisi biodata anggota dan keinginannya tentang kinerja Panpel dan materi Tim Persija. Hasil angket ini langsung kita berikan pada Manajemen Persija. Kita sama sekali tidak mempublikasikan hasil angket tersebut ke media manapun, karena pada dasarnya kita hanya ingin memberikan masukan pada Manajemen & Panpel Persija. Hasil tersebut sebagai gambaran kecintaan kita pada Persija tanpa ada sedikitpun unsur pemaksaan kehendak. Selain ingin memberi masukan, dengan angket kita juga ingin melakukan evaluasi terhadap organisasi kita, mayoritas anggota berumur berapa, apa yang kurang dari Pengurus selama ini, serta harapan anggota terhadap organisasi ini.

Masa jabatan Pengurus the Jakmania adalah 2 tahun. Oleh karena itu, setelah menjabat Ketua Umum sejak tahun 1999, di tahun 2001 berakhirlah masa jabatan gw. Saat itu sebetulnya gw berharap Sekum Faisal Riza mau menggantikan gw. Tapi seperti yang sudah gw ceritakan sebelumnya, Faisal menolak karena melihat besarnya resiko yang harus dihadapi. Akhirnya dari hasil angket, hanya 2 calon ketua umum periode berikutnya yakni Gw dan Rudi Kabid Keanggotaan. Setelah diadakan Pemilu, gw terpilih kembali menjabat Ketua Umum the Jakmania periode 2001-2003. Rudi gw angkat menjadi Sekum the Jakmania. Bendahara Umum adalah Phei dari Kebon Jeruk. Sekretariat diganti menjadi Humas dan dikepalai oleh QQ KM37 yg belakangan sibuk dan digantikan oleh Rico. Merchandise Aji Kemayoran. Perlengkapan Bayu Genk2 yang tetap dibantu Ikbal dan Fals. Namun muncul lagi seorang dirijen baru yg kocak Sam Brindil dari Perbanas. Keamanan gw hapus dan diganti Litbang dikepalai oleh Budi Pal Merah. Budi dibantu oleh Ramdani, Bapuk, Rifan, Abet, dan Mario. Terakhir Bang Oni dari Kali Pasir sebagai Ketua Bidang Keanggotaan. Jabatan Korwil Kali Pasir dipegang oleh Mpok Yanti.

Banyaknya kegiatan membuat pertemuan Selasa - Jumat makin berwarna. Semakin hari semakin banyak anggota yg berdatangan ke Menteng. Suasana waktu itu memang sangat kompak, semua ingin ikut kumpul di Menteng sampai muncul istilah 'ketinggalan pelajaran'. Jadi kalo ada yg lama ga ke Menteng biasanya dia jadi merasa ketinggalan berita atau kegiatan the Jakmania. Kalo di liga sebelumnya, Aji Kemayoran rajin mengajak cewe2 Kemayoran datang ke Sekret. Gw sampe kasi julukan 'dayang2 si Aji', karena cewe2 tsb selalu datang bareng Aji, satu2nya cowo. Nah, di liga 8 ini, giliran Chandra sering bawa anak2 cewe Jatipadang. Cantik-cantik. Disitulah mulai keluar istilah Jak Angel. Sebuah kata spontan yang gw berikan ke mereka. Melihat mereka cantik2 yang ada dalam benak gw adalah Film Charlies Angel yang sedang diputar di bioskop2. Jak Angel bagi gw adalah julukan untuk menyemangati anggota wanita agar mereka lebih merasa diakui. Jak Angel juga sebagai tanda kepada seluruh anggota kalo mereka sama sekali tidak boleh diganggu. Hanya julukan pengakuan, bukan untuk dilembagakan.

Dalam periode ini the Jakmania mulai melakukan tur tandang yg menggunakan kereta api yakni ke Malang. Gw sendiri tidak bisa ikut karena kesibukan di kantor gw. Namun the Jakmania merasa terkesan sekali dengan sambutan Aremania disana. 58 orang the Jakers tiba di Stasiun langsung disambut Aremania dan disuguhi nasi bungkus serta minuman mineral. Pihak kepolisian sudah mengatur rute the Jakers agar bisa nyaman nonton di Stadion. Kala itu gw memang sudah mengirim Tim Advance berangkat duluan tuk berkoordinasi. the Jakers ditampung sementara di Kampus Widya Gama. Ketika pulang, mayoritas the Jakmania sudah berganti kaos karena kaos yang mereka pakai sudah menjadi rebutan Aremania.

Partai tandang lainnya yg cukup berkesan adalah ke Tangerang melawan Persita. Datang dalam jumlah cukup besar, the Jakmania disambut masyarakat Tangerang di sekitar stadion. Banyak diantara mereka yang mengenakan kaos oren kebanggaan kita. Di stadion gw jadi orang terakhir yang masuk karena menunggu sampai semua anggota masuk ke dalam stadion. Di luar stadion gw sempat menegur rombongan Manggarai yang masih nongkrong2 di luar padahal mereka sudah pegang tiket. Disitu gw ketemu sama seorang anak SMP dari Manggarai. Anak ini gw tegor karena kedapatan merokok. Gw memang paling ga suka liat anak masih SMP tapi sudah merokok. Manggarai gw giring masuk ke dalam stadion dan anak SMP tsb langsung membuang rokoknya. Suatu saat nanti, anak SMP itulah yang mendirikan the Jakmania Bandung.

Di Jakarta, the Jakmania juga banyak menerima suporter tamu. Yang terbesar adalah Aremania. Stadion Lebak Bulus berubah menjadi warna Oren dan Biru yang sama2 memadati tribun. Meski jumlah besar dan berdampingan, tidak ada gesekan antara kedua kelompok ini. Yang ada adalah tukaran kaos dan yel2 bersahutan. Selain itu kita juga menerima 200 orang anak Viola pendukung Persita. Antara Viola dan the Jakmania memang terjalin hubungan yang sangat harmonis saat itu. Ada lagi suporter baru The Volcano dari Pelita KS, klub reinkarnasi dari Pelita Solo yang kali ini pindah lagi ke Cilegon Krakatau Steel. Mereka kita sambut dan terjalin hubungan baik hingga kini, meski timnya sudah berpindah-pindah juga. Kemudian, meski kita sudah berseteru dengan Viking, kita tetap menerima Bomber Persib. Sebuah kelompok baru di Bandung yang terdiri dari banyak kelompok suporter disana. Namanya aja Bomber yang berarti Bobotoh Maung Bersatu. Mereka gabungan dari Stone Lover, Jurig, Balad dan masih banyak lagi. Kalo ga salah ada 16 unit suporter di Bandung yang bersatu. Disitu kita membuktikan kalo kita selalu membuka silaturahmi pada pihak2 yang memang ingin menjalin hubungan baik. Lahirlah sebuah lagu .... 'Jangan Usik the Jakmania, Jangan Usik Anak Jakarta, the Jak Slalu Terima Suporter Mana Saja, Tapi Viking Tetap Musuh Bangsa'......

Suatu waktu, selesai pertandingan Danang yang berulang tahun ngajak kita makan2 di Pondok Indah. Dari Lebak Bulus kita jalan kaki menuju Metro Pondok Indah tempat banyak sekali pedagang makanan di pelataran parkirnya. Pulangnya, gw tiba2 terbersit sebuah ide untuk bikin lagu baru. Ikbal yang berjalan di samping gw langsung gw ajarin saat itu juga. Lagu itu berasal dari daerah Papua yang berjudul Apuse. Kata2nya gw ganti menjadi ...."Persija Di Dadaku, Persija Kebanggaanku, Kuyakin Hari Ini Pasti Menang, Tunjukkan Semangatmu, Tunjukkan Sportivitasmu, Kuyakin Hari Ini Pasti Menang, Oooooooo, Oooooooo"... Ikbal kemudian menggantik satu kata 'tunjukkan' menjadi kobarkan. Sama sekali tidak menyangka kalo lagu itu akhirnya menjadi sebuah lagu paling fenomenal karena dinyanyikan seluruh Indonesia ketika mendukung Tim Nasional. Lagu itu juga menjadi lagu wajib di kegiatan olahraga apapun, baik tingkat nasional maupun acara 17Agustusan di kampung masing2.

Seperti yang gw sebut diatas, materi Pemain Persija memang sudah kita ragukan dari awal. Dan terbukti Persija kurang berprestasi di periode ini. Meski lolos ke babak 8 besar dan bermain di Padang, Persija gagal lolos ke semifinal yang dimainkan di Jakarta. Final Liga Indonesia melibatkan antara Petrokimia Gresik melawan Persita Tangerang. the Jakmania diminta tetap hadir dan berada di tengah-tengah kedua kubu. Sebanyak 2000 anggota the Jakmania diberikan kaos oleh PSSI bertulisan SATU INDONESIA SATU lengkap dengan syal merah dan putih. PSSI memang meminta the Jakmania untuk tetap hadir sebagai upaya meramaikan partai final yg mempertemukan 2 kesebelasan yg memiliki sedikit pendukung. Kebetulan kedua pendukung tsb baik Ultras Gresik maupun Laskar Benteng Viola adalah kelompok yang bersahabat dengan kita. Disitulah kita pertama kali berkenalan dengan dirijen Ultras Gresik yg bernama Pelos. the Jakmania sukses menjalankan tugasnya dan tampil dengan atraksi yang mengagumkan lewat permainan syal. Masyarakat menjadi saksi bagaimana sebuah syal dapat digunakan untuk berbagai variasi gerakan atraksi. Slogan Menembus Tradisi akhirnya diwujudkan oleh mantan pemain Persija ..... Widodo CP yang berhasil membawa Petrokimia keluar sebagai Juara Liga Indonesia 8.

Periode ini adalah periode dimana the Jakmania begitu dipercaya masyarakat ibukota tuk mengisi berbagai macam kegiatan di Jakarta. Gugun meski sudah tidak menjadi Ketua Umum tetap menunjukkan perhatiannya pada the Jakmania. Lewat Tallent Production miliknya, the Jak diminta untuk mendukung Bank Jatim dalam kejuaraan volley antar Bank Pembangunan Daerah serta mendukung Satria Muda dalam semifinal Kobatama. Kita juga diundang untuk menghadiri acara Pasar Malam Betawi di Taman Ria Senayan dalam rangka HUT Jakarta. Kemudian PSSI minta kita mendukung Tim Nasional Futsal indonesia dalam kejuaraan AFC Futsal Championship Indonesia 2002. Eksistensi the Jakmania tsb menarik para event organize lainnya tuk mengajak the Jakmania bekerja sama. Satu waktu sebuah EO lain menghubungi gw dan jadilah kita mengikat kerjasama. Pertama ikut dalam acara pembuatan iklan Extra Joss dan Joss Kid di Senayan. Kemudian acara Giring Bola Cocacola dari Bunderan HI menuju Senayan dalam rangka menyambut Piala Dunia 2002. Dalam kegiatan ini, the Jakmania diminta mengerahkan 2002 anggotanya untuk melakukan giring bola bareng. Subuh2 kita udah disana tuk mengambil jatah Kaos dan Bola yang akan digiring. Saat final Piala Dunia, kita juga diminta tuk hadir meramaikan acara nonton bareng di Stadion Lebak Bulus Jakarta Selatan. Sebagian dari kegiatan ini menguntungkan secara finansial bagi organisasi maupun anggota karena memang kita mengajukan syarat fee organisasi bagi setiap event kegiatan. Dengan demikian uang kas the Jakmania cukup terbantu sementara anggota juga mendapatkan modal untuk mengikuti partai tandang Persija. Disini kita coba mengajarkan anggota, bila ingin nonton Persija baik kandang maupun tandang, sementara kita tidak punya dana, kita harus bekerja dan berusaha tuk mendapatkan dana agar bisa menyaksikan pertandingan Persija. Tapi tentunya dengan pertimbangan yang kita dukung tidak punya 'conflict interest' dengan Persija.

Liga Indonesia 8 merupakan bukti kalo the Jakmania bisa menunjukkan eksistensi yang luar biasa. Pengakuan dari masyarakat kalo the Jakmania adalah sebuah kelompok suporter yang kreatif dan bersemangat. Saat itu keakraban di antara kita memang sangat kental. Tidak peduli kita berasal dari wilayah mana, semua nyatu di Menteng. Sampai2 muncul istilah 'Kotak Ajaib' yang diberikan pada Sekretariat kita karena dengan ruangan yang begitu kecil kita mampu mengelola anggota dan simpatisan yang jumlahnya sangat besar. Banyak kreativitas dan sedikit sekali kekerasan. Namun yang paling membanggakan, bila di liga sebelumnya cukup banyak kita berbenturan dengan suporter tamu, di liga ini kita bisa membuktikan kalo kita bisa menerima dan menjalin hubungan baik dengan suporter manapun yang mau menjalin hubungan baik dengan kita. Hingga muncul suatu jargon yang menunjukkan karakter anak Jakarta... sebuah jargon yg dipahami dengan baik oleh seluruh anggota the Jakmania saat itu... sebuah jargon yg berbunyi LU ASIK GUE SANTAI, LU USIK GUE BANTAI.

sumber: http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150186442389326

No comments:

Post a Comment