Monday, December 19, 2011

SATU JAKARTA SATU (Liga Indonesia 7 : Road to Champion)

RAGUNAN, 16 MEI 2011



Dari liga 6 ke liga 7 cukup banyak waktu kosong. Dulu kan belum ada yg namanya Piala atau Copa Indonesia. Beberapa korwil minta diadakan kegiatan, akhirnya timbulah ide untuk mengadakan Liga the Jakmania. Pesertanya adalah korwil yang masih nongol pada saat jeda kompetisi, 14 Korwil : Kebon Jeruk, Senen, Cengkareng, Ancol, Kemayoran, Sumur Batu, Pondok Pinang, Kali Deres, Manggarai, dll. Ada peribahasa mengatakan TAK KENAL MAKA TAK SAYANG. Itulah tujuan utama diadakannya kegiatan ini. Biar sesama anggota bisa lebih saling mengenal yg ujung2nya bisa meredam keributan antar anggota. Keluar sebagai Juara adalah Korwil Cengkareng yang mengalahkan Korwil Kali Malang di Lapangan Banteng. Selesai pertandingan ada sedikit insiden disana. Ada copet beraksi. Copet paling apes yang pernah gw liat. Entah karena gondok kalah atau karena kesel capek, anak2 Kali Malang jadi kelompok yang paling semangat gebukin tu copet.

Setelah berhasil kampanye kebanggaan menjadi Anak Jakarta, kaos anggota berikutnya bertuliskan SATU JAKARTA SATU. Dulu seringkali terjadi keributan sesama sekolah, antar kampung, atau di kampus-kampus. Gw coba dengan kampanye Satu Jakarta Satu yang bermakna meski kita dari kampung yg berbeda, sekolah yg beragam dan kampus yg berdampingan, kita tetap mempunyai kesamaan dalam mendukung Persija. Itu sebabnya gw haramkan semua anggota tuk ribut sesama angota. Kalo terjadi, ga segan2 gw hukum berat. Alhamdulillah, kampanye tsb berhasil Tawuran anak sekolah terhenti, brantem antar kampung hilang, paling tidak itu yg bisa kita liat di Manggarai, anak kampus juga adem adem aje. Selain itu, arti slogan tsb juga sebagai gambaran dari keinginan kita agar Persija menjadi no 1 di Indonesia. Sebuah keinginan yang kemudian diwujudkan dengan tekad tuk memberikan dukungan lebih pada tim kebanggaan.

Budaya malu tuk gratisan tiket terus kita kampanyekan. Tapi kita melihat ada ketimpangan di tubuh Panpel. Setiap anggota yg masuk stadion tiketnya diambil tanpa disobek, atau ada juga yg dibejek. Semuanya kemudian dimasukan kantong plastik tuk kemudian dijual lagi ke calo2 tiket. Melihat ini, gw langsung ambil sikap tegas, Panpel harus seleksi lagi anggotanya. Harus yg benar2 cinta sama Persija. Harus orang2 yg bisa memberikan keuntungan buat Persija bukan sebaliknya. Semua anggota juga kala itu kompak, setiap masuk ngotot sama petugas penjaga pintu tuk minta sobekan tiket. Kalo ga dikasih? Ribut ! Namun gw juga mendapatkan banyak sekali calo tiket yang jual tiket khusus the Jakmania yg masih terbundel rapi. Aksi sweeping terhadap calo ini langsung gw lakukan. Beberapa calo yg ngotot gw hajar. Intinya, tidak boleh ada satu pihakpun yg jual tiket the Jakmania kecuali Korwil dan Tiketing the Jakmania.


Aksi ini mau ga mau menimbulkan gesekan dengan mereka. Saat pengurus kembali dari jamuan makan siang bersama Pemda DKI dan Tim Persija, gw mendapatkan Temmy dalam kondisi shock berat di Sekretariat. Nangis dan cerita kejadian sebelumnya. Rupanya 2 orang preman ngamuk dan menghancurkan fasilitas sekret. Dulu Menteng memang diisi manusia2 preman yang mayoritas datang dari Medan. Salah satu dari mereka yg dituakan, Bang Udin Bule, langsung menemui gw dan minta maaf dengan kejadian ini. Tapi terlambat, ketika gw sedang berbicara dengan Bang Udin, anak2 the Jak sudah memburu pelaku pengrusakan sekret. Gw sama Bang Udin kemudian lari mengejar dan gw dapetin seorang preman yg sudah tergeletak berlumuran darah dihajar sama anak2. Preman inilah yg ngancam anak2 dengan membawa Samurai di tangan kiri dan Golok di tangan kanan. Racun semua, ga ada madunye.

Bang Toni Badak marah besar, dia langsung datang ke Menteng bersama Bang Mimi. Di depan Faisal Riza sekum gw, Bang Toni mengancam akan membunuh gw dan mengubur mayat gw di sebuah fondasi gedung sedang dibangun yang sekarang menjadi Plaza Indonesia. Gw minta maaf dan jelasin masalahnya. Kejadian inilah yang menyebabkan seorang Faisal di kemudian hari tidak bersedia menjadi Ketua Umum karena merasa tidak mampu menghadapi ancaman seperti itu. Memang periode ini kita lebih banyak gesekan dengan preman Menteng. Temmy mungkin jadi satu-satunya saksi ketika salah seorang dari mereka masuk sekret dan mengancam sambil menodongkan pistol ke arah gw. Hehehe, saat itu gw langsung ambil sejadah dan menyandangnya di bahu gw sambil berkata .... "Silahkan tembak bang, mati syahid saya" ... Saat itu emang gw abis wudhu dan mau sholat.

Selain aktif di sepakbola, gw juga aktif di bela diri Tae Kwon-do yg latiannya di Stadion Lebak Bulus. Klub Taek Kwon-do gw namanya Harries Club Tae Kwon-do. Sabeum Nim atau Guru Besarnya adalah Sabeum Hari. Ketika akan ujian kenaikan tingkat di Cibubur, gw baru engeh kalo klub itu bukan cuma di Lebak Bulus doang, tapi menyebar dan berpusat di Sukabumi Jawa Barat. Disitu ada timbul rasa kecewa, kenapa kalo kita memang hanya cabang, kok Pengurus Pusat nya ga pernah nengokin kita? Sukur-sukur bisa bantu pengadaan peralatan latian tapi minimal silaturahmi sebagai bentuk perhatian. Dan kekecewaan ini terus berlangsung hingga gw mencapai Sabuk Hitam. Perhatian dari Pengurus Pusat Sabeum Hari dkk sangat kurang. Karena kurang kompak, pernah suatu ketika terjadi keributan pada saat kenaikan tingkat di GOR Cisaat Sukabumi. Keributan antara Jakarta dengan Sukabumi. Jakarta yg merasa dianaktirikan berontak dan sebagian besar di antaranya membentuk klub baru.

Pengalaman itulah yang membekas di benak dan gw tidak ingin hal tsb terulang di the Jakmania. Gw harus memberikan perhatian lebih pada anggota di wilayah2 yg menjadi kantong pendukung Persija, the Jakmania. Mulailah perjalanan kunjungan ke korwil-korwil. Semua gw lakukan karena kesadaran untuk menyatukan mereka. Tapi lebih dari itu, emang karakter gw kalo kenal sama seseorang gw ga mau kenal begitu aje. Gw pengen kenal lebih jauh dan tau pengalaman mereka mengelola suporter Persija didaerahnya masing2. Boleh dibilang, semua korwil yang ada di the Jakmania sudah gw kunjungin. Misi utamanya sesuai dengan yg tertera di kaos... SATU JAKARTA SATU.

Seperti di Liga 6, di liga 7 juga terjadi booming penambahan anggota. Mungkin tidak banyak yg tau kalo anggota dimulai dengan no 101. No 1-40 itu JM. Sedangkan no 41-100 itu disiapkan tuk para Anggota Kehormatan. Anggota yang diangkat oleh Pengurus karena jasa2nya untuk perkembangan organisasi the Jakmania. Sampai gw terima jabatan dari Gugun, jumlah anggota baru 367 orang, atau hingga nomor 467. Di Liga Indonesia 6 mulai terjadi peningkatan pesat. Tercatat sebanyak 3000 orang daftar menjadi anggota. Di Liga Indonesia 7 malah sebanyak 7500 orang yg daftar. Paling banyak masuk adalah anggota dari Cengkareng dan Manggarai. Sistem pendaftaran juga dirubah. Jumat tuk pendaftaran dan Selasa tuk pembagian kartu dan kaos.

Lagu-lagu baru juga terus bermunculan. Gw ambil sebuah lagu anak2 tuk jadi lagu penyemangat Persija.... Ada Macan di Lebak Bulus, Mencari Mangsa, Jangan Diganggu. Kemudian muncul lagi lagu Anak Gembala yg dirubah kata-katanya : Kami adalah the Jakmania yang slalu setia dukung Persija, Karena aku anak jakarta yang slalu riang serta gembira, Lalalalalalalala. Anak2 KM37 juga menyumbang sebuah lagu yang diambil dari lagunya Liverpool .... Ooo Ooo Persija Persija, Kamu takkan pernah sendiri, the Jak slalu bersama.....Mu. Bagian Perlengkapan juga membuat sebuah spanduk warna oren hitam dengan tulisan putih SQUADRA ARANCIA NERO yang berarti Pasukan Oren Hitam sesuai kostum Persija saat itu. Sayang spanduk tsb hilang ketika 8 besar di Senayan. Gw juga bikin spanduk lain pas 8 besar : FOOTBALL WITHOUT VIOLENCE = Sepakbola Tanpa Kekerasan. Kreatitas the jakmania saat itu memang menjadi sebuah fenomena sendiri. Sebuah majalah khusus bola SPORTIF sampai memuat 6 FAKTA TENTANG PERSIJA dan salah satunya adalah THE JAKMANIA.

Dalam musim ini juga pertama kalinya muncul website the Jakmania. Yang buat adalah Rinaldi. Dari awal pendirian dia sering berkomunikasi di rumah gw setiap sebelum pertandingan. Dan dari awal pembuatan, dia juga sudah mengungkapkan keinginan website ini untuk bisa independen tidak di bawah organisasi the Jakmania. Saat itu yg ada di pikiran gw adalah, meskipun menggunakan nama the Jakmania, tapi sejauh itu membantu perkembangan organisasi dan tidak merugikan, gw pikir silahkan saja berjalan. Jadilah Rinaldi berjuang tuk membesarkan website yang dimasa awalnya bernama www.jakmania.net yang diluncurkan pada tgl 7 Juni 2001. Situs ini memuat info tentang Persija dan the Jakmania serta Galeri Foto. Hingga sekarang situs itu masih berjalan dengan mengalami beberapa kali estafet kepengurusan. Saat ini situs itu beralamat www.jakmania.org diketuai oleh Agung Oren Barat, anggota dari Korwil Tanjung Duren. Para pengurus situs ini seringkali dikenal dengan Jakonline.

Tim Persija kala itu sedang jadi sorotan publik. Mewakili Indonesia di Brunei, Persija keluar sebagai Juara dengan mengalahkan tim-tim Pahang FC 3-1, BAFA XI 4-3, di Semifinal mengalahkan Thai Farmers Bank 2-0 dan di Final mengalahkan Happy Valley Hongkong 4-3. Tidak hanya itu, Luciano Leandro keluar menjadi top skor dengan 4 gol. Tim Persija selama di Brunei mendapat dukungan penuh dari masyarakat Indonesia disana. Boleh dibilang 80% dari isi stadion adalah pendukung Persija. Seharusnya yg mewakili Indonesia di turnamen ini adalah PSIS Semarang sebagai Juara Liga, tapi karena PSIS sibuk mengikuti Liga Champion Asia, jadilah Persija yang ditunjuk. Runner up tahun lalu, Persebaya Surabaya, timnya sudah dibubarkan dan belum membentuk tim baru. Pulang dari Brunei, the Jakmania menyambut tim ini dari Bandara. Saat ini kita seperti raja jalanan. Motor pun bisa masuk ke dalam tol mengikuti iring2an mobil Persija.

Memasuki Liga Indonesia 7, Persija mengangkat Andi Lala sebagai Pelatih baru. Dalam perjalanannya, Alm Andi Lala dianggap gagal mengangkat performa tim. Kemudian beliau digantikan oleh Asistennya Sofyan Hadi. Dalam tubuh tim, masuk kiper baru dari Perbanas Hendra Nazir, Anang Maruf (Persebaya), seorang anak muda asli betawi dari Lebak Bulus, Washiyatul Akmal (Persikota), Antonio Claudio (Semen Padang), Ebanda Timothy (PSIS Semarang), dan Gendut Doni (Persijatim). Manajer dipegang langsung oleh Ketua Umum Persija saat itu, Bapak Ahmadin Ahmad.

the Jakmania mulai rajin mengawal Persija di partai tandang. Melawan Persikabo Bogor, kita hadir dengan 6 bis kesana. Pak Buyung Atang yang menawarkan tuk menyiapkan ke 6 bis tsb. Persija kalah 1-2 disana, tapi masyarakat Bogor mencatat, ada suporter kreatif yang patut dicontoh. Tidak lama setelah itu mereka mengundang anggota the jakmania di Bogor tuk sekedar tukar pikiran berbagi pengalaman. Akhirnya mereka membentuk Green Bat, nama resmi Suporter Persikabo saat itu. Pulang dari Bogor, beberapa the Jakmania sempat melakukan demo spontan di Mes Persija atas kegagalannya. Demo itu juga terjadi ketika pertandingan di Lebak Bulus. Ketika kalah sama Persikota, puluhan the Jakers dipimpin dirijen Banceng melakukan aksi nyanyi depan bis Persija karena tidak puas dengan kinerja tim. Esok paginya, gw dipanggil Bang Andi Lala. Percakapannya kurang lebih seperti ini :

Bang Andi : Fer, saya menjadi pelatih bola tu udah lama. Saya ga suka kamu demo saya kemarin.
Gw : maaf bang, bukan saya kan yg demo?
Bang Andi : ya memang, tapi saya liat kamu mendiamkan saja
Gw : maaf bang, saya memang mendiamkan karena toh mereka cuma menyampaikan aspirasi.
Bang Andi : keberadaan kamu di antara mereka sebagai bukti kalo kamu setuju dengan mereka
Gw : saya berada di antara mereka untuk mencegah bila mereka melakukan tindakan anarkis
Bang Andi : saya tidak perlu kamu fer, tidak perlu the Jakmania. saya punya masa 20 ribu orang yg akan hadir ketika saya minta. semua akan dukung Persija.
Gw : trima kasih bang. Saya bahagia sekali dengarnya. anggota saya sekarang paling cuma 5 ribu orang. kalo bang Andi bisa mendatangkan suporter Persija sebanyak itu, tentu saja saya akan senang sekali. Tapi saya dan the Jakmania tetap hadir bang di stadion. Karena itu adalah hak kami.

Demikian percakapan gw yg singkat di Menteng pagi hari. Kalo ga salah saat itu ada Mardan yg bersama-sama gw nginep di Sekret Menteng. Padahal pagi itu kita lagi seneng2 liat Ibu-ibu muda di Menteng lagi pada senam. Tak lama setelah itu, Andi Lala digantikan oleh asistennya Sofyan Hadi. Sebetulnya gw sama sekali tidak berharap ada pergantian, gw cuma berharap ada perbaikan. Tapi keputusan sudah dibuat dan ternyata Pengurus Persija melakukan keputusan tepat.

Bertandang ke kandang Persita, kita malah mendapat lemparan dan cercaan. Segala sampah dan rumput dilempar ke kita. Tapi sekitar 300 orang yang hadir saat itu dengan menggunakan 6 bis besar Mayarsari tidak memperdulikan. Yang ada dalam benak pikiran hanyalah bagaimana memberikan dukungan pada Persija. Disitulah kita pertama kali menyanyikan lagu Sawung Jabo tanpa kata2.... Eyao, eya eyo eya eyo, La la la, lala lala lala lala.... Lagu itu kita nyanyikan sambil duduk. 2x45 menit kita tak henti bernyanyi membuat suporter Persita lebih terfokus menyaksikan kita daripada melihat pertandingan. Ujungnya, pada partai Persikota vs Persita, the Jakmania diundang untuk berbagi pengalaman. Kebetulan Persija tidak bertanding, dan kita semua memenuhi undangan mereka. Saat itu mereka baru saja membentuk organisasi resmi bernama Laskar Benteng VIola. Beberapa lagu kita ajarkan ke mereka. Itu sebabnya lagu2 yg dinyanyikan mereka mayoritas sama dengan kita. Tandang melawan Persikota kita juga berangkat dan tidak terjadi gesekan sedikitpun.

Kita juga untuk pertama kalinya memberangkatkan anggota ke Bandung. Melihat penerimaan the Jakmania di Liga 6, Viking mencoba tuk menjamu the Jakmania di Bandung. Namun Viking dulu adalah suporter minoritas di Bandung, mereka tidak cukup kuat tuk menghalau serangan dari bobotoh lain terhadap the Jakmania. Salah satu penyerang sempat melontarkan kekesalannya karena mengalami perlakuan buruk ketika melawan Persijatim. Mereka tidak mau tau kalo suporter Persijatim beda dengan kita. Jadilah 1000 orang the Jakers pulang tanpa sempat menyaksikan pertandingan. Tercatat 2 korban jatuh di pihak the Jakmania : Ahmad Rizal dari Lagoa Jakarta Utara dan Ari dari Cikini. Keduanya bocor kepalanya karena terkenal lemparan batu. Bergerak pulang dari Stadion Siliwangi, kondisi emosi the Jakmania sudah tidak tertahankan. Beberapa kali terjadi bentrokan dengan bobotoh di Bandung dan Padalarang. Uang pendaftaran dikembalikan setelah dipotong tuk biaya makan di perjalanan pulang.

Meski mengalami kejadian yg pahit, tapi the Jakmania masih menunjukkan jiwa besarnya dengan tetap menerima Viking pada acara pembentukan Asosiasi Suporter Seluruh Indonesia. Acara ini diprakarsai oleh Pasoepati bekerja sama dengan Tabloid Bola. Jujur, gw sendiri gw kurang antusias dengan hal ini. Yang gw pikirin adalah bagaimana mengatur anggota masing2. Tanpa asosiasi kalo kita memang sudah dewasa dalam bersikap dan mampu menjaga anggota masing2, keributan tidak akan terjadi. Acara yg diselenggarakan di Cempaka Putih ini dihadiri oleh Pasoepati, Aremania, Panser Biru, Benteng VIola, Balad Persib, Viking, the Jakmania, Bonek 2000, The Khmers, Macz Man. Terpilih sebagai ketua ASSI adalah Sigit Nugroho wartawan Tabloid Bola.

Partai lainnya yg patut dicatat adalah melawan PSMS Medan. Suporter PSMS sudah memadati Tribun belakang gawang Utara. Tiba2 sebuah batu yang sudah dilibatkan dengan kawat berduri dilempar ke arah Mbeng Jean yg sedang pemanasan. Kepala Mbeng berdarah dan mendapat perawatan. Tindakan ini menyulut amarah besar dari the Jakers. Bambu dan kayu yang dipakai tuk mengibarkan bendera, kini diarahkan ke tribun mereka diringi lagu ..... Ini Lebak Bulus, Kandangnya Persija, Jangan Cari Mampus, Kalo Maen di Jakarta. Tindakan tidak selesai hingga disitu. Selesai pertandingan, the Jakers menyerbu ke suporter PSMS di luar stadion. Banyak korban berjatuhan. Serangan berlanjut menjadi aksi sweeping di Terminal Lebak Bulus. Hampir semua lapo tuak disana diserang the Jakers. Partai ini menjadi pembelajaran penting buat suporter PSMS karena di kemudian hari mereka selalu berkoordinasi dengan kita bila akan mendukung timnya di Jakarta. Perilaku mereka juga perlahan tapi pasti, berubah. Terutama sejak kelahiran organisasi suporter KAMPAK (Kesatuan Anak Medan Pecinta Ayam Kinantan). Persija keluar sebagai pemenang lewat gol tunggal Bambang Pamungkas.

Tandang terakhir adalah ke Cimahi lawan Persikab. Meski saat itu kita sudah bentrok dengan Viking, tapi kita tetap berangkat dengan menggunakan 6 buah bis. Untuk kedua kalinya kita maen disana mendapat perlakuan yg tidak simpatik. Kali ini anggota Viking sengaja datang menyaksikan pertandingan hanya tuk melakukan serangan ke kita. Selesai pertandingan penimpukan makin menjadi. Bis kita yg parkir di luar menjadi sasaran hingga hancur semua. Pak Yong Masri, anggota tertua the Jakmania yang tiba duluan di bis hanya bisa tiarap di bis dan melihat bagaimana Viking menjarah makanan yg dia beli tuk anak2 the jakmania. Gw telpon Heru Joko tuk pertanyakan sikap anggotanya. Heru Joko mengaku sedang di rumah dan akan berjalan kesana, tapi dari beberapa wartawan yang hadir di stadion bilang kalo Heru Joko sudah ada di stadion dari awal pertandingan. Sikap ini gw anggap sebagai kebijakan Viking yg tidak mau menjalin persahabatan dengan the Jakmania. Sejak itulah hubungan antara the Jakmania dengan Viking semakin memburuk.

Pada partai melawan Persib di Jakarta, Viking tetap hadir dengan pengawalan ketat dari kepolisian. Ketika RCTI akan melakukan wawancara di pinggir lapangan dengan Gw dan Teguh sebagai Ketua Balad Persib (suporter Persib yang bersahabat dengan kita), Heru Joko malah lompat dan merebut  microphone serta mengatakan kalo VIkinglah suporter asli Persib. Partai ini berakhir 3-0 untuk kemenangan Persija. Selesai pertandingan, the Jakmania langsung bergerak menghampiri Viking. Jarak masih jauh tapi polisi udah panik duluan dan melepaskan tembakan gas air mata dalam jumlah cukup banyak. Jadilah kita kocar kacir menahan pedih mata. Gugun dan sebagian lagi turun ke lapangan, tapi sebagian besar ke luar stadion termasuk gw. Di luar gw melihat bagaimana polisi terus melakukan serangan terhadap anggota the Jakmania. Gw yg coba melerai juga dihajar dengan rotan. Untung ada Betet Korwil Paseban dan Ajis Korwil Kelapa Gading Timur yang menyelamatkan gw. Anarkisme yang datang dari kelompok yg seharusnya jadi pelindung masyarakat?

Tidak hanya itu. Sepulangnya dari pertandingan, sekelompok the Jakmania ribut dengan masyarakat di wilayah Anyer. Yogi salah satu anggota dari Pramuka yg baru berumur 12 tahun terkena bacokan samurai pada tangannya. Esoknya bersama Bang Oni datang ke Kampung Anyer tuk menyelesaikan masalah. Ternyata di daerah Anyer juga terdapat 6 orang anggota the Jakmania. Melalui rundingan dengan RT/RW setempat dan para sesepuh kampung, dibantu juga seorang pelawak yg bermukim disana Rudi Sipit, akhirnya masalah ini selesai. Di kemudian hari di Anyer malah berdiri Korwil the Jakmania yg diketuai oleh Malik. Persija akhirnya hanya menduduki posisi runner up Wilayah Barat di bawah PSMS Medan. Tim Persija harus melakoni partai 8 besar di Stadion Mattoangin Makassar. Bersama Persija saat itu adalah urutan 4 Wilayah Barat Persita Tangerang, Juara Wilayah Timur PSM Makassar dan Juara 3 Wilayah TImur Arema Malang.

Sayang di tengah euforia prestasi Persija dan the Jakmania, Yudi atau Yuting atau biasa dipanggil Ronaldo, meninggal dunia. Pulang dari sekret sore hari, dia sempat salaman dan cium tangan gw. Dan itu diulangi lagi kedua kalinya. Ronaldo ga langsung pulang tapi berdiri di pinggir jalan dekat somay Hasan sambil terus natap ke gw dkk yang masih nongkrong di Menteng. Kemudian ketika akan naik bus, Ronaldo berteriak kencang... Buuung! ... sambil tersenyum dan melambaikan tangan. Sama sekali tidak ada firasat kalo itu adalah salam perpisahan darinya. Malam ketika akan pulang dari Sekret gw dapat telpon kalo Ronaldo jatuh dari kereta api dan sedang dirawat di RS Pasar Rebo. Bergegas gw kesana dan mendapati kondisi Ronaldo yang memprihatinkan. Dia pulang bersama-sama Sahid JM Korwil Pasar Minggu dll. Ketika melewati daerah Pasar Minggu, Ronaldo yg berdiri di pintu mencoba menunjukkan lokasi rumah Revi tempat dia bekerja. Tangannya menjulur keluar tanpa sadar kalo ada tiang listrik. Tangannya terbentur dan badannya langsung terlempar keluar. Sahid dkk turun di Stasiun berikutnya dan berlari mencari Ronaldo. Almarhum ditemukan tergeletak diantara semak2 di pinggir rel kereta. Di ruang gawat darurat, pelan2 gw singkirkan batu2 kerikil yang masih menempel di kepalanya. Napas Ronaldo sudah putus2 dan matanya sudah berubah menjadi abu2. Tak lama kemudian Ronaldo, salah satu pendiri the Jakmania menghembuskan nafas terakhir. Seluruh pendiri the Jakmania ramai2 mengantarkan perjalanan terakhir Ronaldo menuju pemakaman di bilangan Lenteng Agung Jakarta Selatan.

Saat itu gw sudah diterima bekerja di PT Ardes Perdana, perusahaan yang masih satu wadah dengan PT Tritunggal. Gw ditarik disana atas rekomendasi dari Pak Rahlan. Sayang, beberapa minggu setelah gw bekerja, datang tawaran dari Mr Trevor tuk mengerjakan proyek baru bersamanya. Kalo di Proyek mungkin waktu gw akan tersita banyak, apalagi Mr Trevor juga sempat ngajak tuk ikut ke negaranya di Inggris sana. Akhirnya gw ambil keputusan tuk tetap di PT Ardes Perdana, karena ga tega tuk ninggalin organisasi yang sedang gw bangun ini. Setiap pulang kantor, gw sering menyempatkan seorang diri ke Menteng tuk menyaksikan Persija latihan. Satu waktu, datang seorang pengusaha Cina yang aktif mendampingi Pak Ahmadin Ahmad. Lewat pembicaraan santai, Pak Hengky menawarkan bantuan tuk the Jakmania bisa berangkat ke Makassar. Tawaran mendadak dan ga kepikiran sebelumnya ini langsung gw jawab YA! Percakapannya masih gw inget :

Pak Hengky : Fer, anak2 the Jak berangkat ga ke Makassar?
Gw : Pengen sih pak
Pak Hengky : lalu apa kendalanya?
Gw : Kalo tiket nonton sih anak2 ga masalah pak
Pak Hengky : jadi yg masalah apa dong?
Gw : Klo soal tidur anak2 sih gampang tidur dimana aje
Pak Hengky : trus ?
Gw : Klo soal makan juga anak2 bisa masak sendiri atau jajan warteg disana.
Pak Hengky : Jadi saya musti bantu apa dong? (makin bingung)
Gw : Tiket Kapal laut pak! Tiketnya kan muahal banget, dan saya ga mau ngebiasain anak2 jadi Bonek
Pak Hengky : oke, tolong dicari tau tiketnya berapa nanti saya siap bayarin. Kira-kira 200 orang bisa ga?
Gw : bisa pak (jawaban spekulasi)

Jadilah persiapan dadakan untuk berangkat karena waktu tinggal 2 minggu lagi kalo ga salah. Biaya yang dipungut adalah 45 rebu rupiah tuk bayar tiket nonton 3 pertandingan. Publikasi ga dilakukan besar-besaran karena gw pengen yg berangkat memang tetap harus diseleksi. Jadilah pendaftar berjumlah 125 orang. Belakangan bertambah 3 orang yg mengendari pesawat dan kapal laut susulan. Banyak diantara kita yang belum pernah naek kapal laut, termasuk gw. Namun meski jadi rookie di Kapal Laut, selama 2 hari perjalanan the Jakmania menjadi primadona bagi penumpang kapal lainnya. Sikap yang simpatik dan selalu asik menjadi sebab penumpang lain menganggap suasana kapal jadi meriah karena kehadiran kita. Suatu malam, the Jakmania sempat nyanyi bersahut-sahutan dengan rombongan Kopasus yg sedang pendidikan. Nyanyi bareng ini sampai berlangsung 2 jam. Setiba di Makasar, gw sempat heran karena ada seorang the Jakmania yg memisahkan diri dan ikut rombongan Kopasus. Tapi begitu gw melihat anggota the Jakmania lain yang menggunakan kaos Kopasus, baru gw sadar kalo mereka rupanya sudah tukeran kaos.

Selama di Makasar kita mendirikan tenda yang terbuat dari spanduk2 yang kita bawa di Lapangan Karebosi. Alasnya juga dari spanduk dan plastik. Lapangan tsb dikelola oleh mantan manajer Persija Diza Rasyid Ali yang sudah buka Makassar Football School disana. Kegiatan kita selama disana menjadi pusat perhatian masyarakat setempat. Memang baru kali ini kota Makassar mendapat tamu suporter yang menginap sekian lama hanya bermodalkan tenda dan tidur di lapangan. Suporter Laskar Benteng Viola yg berangkat bersama-sama kita dengan kapal laut hampir tiap hari berkunjung. Jumlah mereka 18 orang dan dipimpin Ketuanya langsung Bang Lanjir. Kelompok2 Suporter PSM juga rajin bergantian berkunjung ke tenda kita. Mulai dari Hulubalang, Macz Man, dll. Ada yg sekedar berkunjung, tapi ada juga yg bawain makanan. Saat itu kita makan memang banyak dapat sumbangan. Selain dari suporter tuan rumah, kita jg suka dapat kiriman dari warga Jakarta yg bermukin di Makassar. Aremania juga sempat hadir disana. Juga Sigit Nugroho yang menjabat ketua Asosiasi Suporter Seluruh Indonesia. Sebuah Radio lokal juga sempat mengundang the Jakmania yg diwakili Aldo Korwil Menteng untuk siaran langsung.

Saat Persija akan bertanding melawan PSM, memang sudah terdengar ancaman kalo kita ga boleh hadir atau paling tidak datang tanpa mengenakan kaos kebesaran warna oren. Ancaman itu sangat kuat sehingga gw merasa perlu menggelar pertemuan. Dari semua yang hadir menyatakan tetap akan menggunakan kaos oren karena kita adalah suporter Persija dan Persija itu Oren. Sempat Wahyu Manggarai menolak dengan pertimbangan logis, tapi pada harinya dia justru orang pertama yg sudah naik truk menggunakan kaos oren tuk berangkat ke stadion. Di Mattoangin, kita mendapat pengalaman yang paling berkesan. Beberapa suporter PSM memaksa kita tuk melepaskan baju. Badik dan Busur diarahkan ke tubuh beberapa orang dari kita. 6 orang diantara kita malah sudah ditelanjangin. Salah satu diantaranya adalah siswa Makassar Football School yg ikut bersama kita mendukung Persija. Siswa tsb masih SMP dan karena takut langsung copot kaos Persijanya. Siapapun tidak akan menyangka kalo siswa tsb akhirnya menjadi pemain Persija di tahun 2011. Siswa tsb bernama : SYAMSUL CHAERUDIN. Melihat kondisi ini gw langsung protes pada Heri Pati, komandan Ikatan Suporter Makassar. Saat itu penonton di tribun VIP sudah berteriak ..... PERSIJA... PERSIJA.... sebagai tanda dukungan kepada the jakmania tuk tetap menggunakan kaos oren. Gw langsung raih tangan dia dan angkat ke atas. Melihat kondisi ini, Hery Pati langsung memberi komando ke anak buahnya tuk tidak mengganggu the Jakmania. Selama 2x45 menit kita terus menyemangati tim meski suara kalah jauh dengan mereka. 10 menit sebelum habis, kita menyanyikan lagu 'Persija Takkan Pernah Sendiri'. Nyanyi penuh semangat tanpa henti hingga pertandingan usai. Tangis bahagia tak tertahankan begitu peluit panjang berbunyi dan Persija menang 1-0 lewat gol Budi Sudarsono. Sangking bahagianya, seluruh rombongan merelakan kaos yg mereka gunakan tuk diberikan pada suporter Makassar yang minta buat kenang2an, Ketegangan berubah menjadi kenangan manis. Sepanjang jalan pulang ke Karebosi, kita nyanyi2 keras di atas truk....  Partai terakhir melawan Persita adalah partai perpisahan. Persija bermain santai karena seripun tetap keluar sebagai juara grup. Dalam partai ini, kita sempat membuat sebuah spanduk bertuliskan TERIMA KASIH MAKASSAR, dan gw juga membuat sebuah teks ucapan trima kasih yg dibacakan Panpel Makassar. Seluruh penonton yang hadir di Stadion Mattoangin hari itu memberikan applaus pada the Jakmania. Sebuah kenangan manis dan sebagai awal persaudaraan kita dengan Macz Man hingga sekarang.

Ketika berangkat pulang dari Karebosi menuju Pelabuhan, cukup banyak masyarakat Makassar yang menyalami kita. Seorang anak kecil yang rajin jualan kue di Karebosi sampai menangis seperti tidak ikhlas melepas kepergian the Jakmania. Kita sengaja jalan kaki karena ingin pamitan dengan warga Makassar. Di sepanjang jalan kita selalu dapat lambaian dari masyarakat. Anak kecil penjual kue tersebut terus mengikuti kita berjalan hingga pelabuhan. Macz Man juga ikut mengantar kita pulang. Anas, salah satunya juga menangis karena merasa sudah begitu dekat dengan the Jakmania. 6 hari kita disana, 6 hari yang penuh kesan. Banyak cerita yg tidak bisa gw sampaikan disini, diantaranya sebuah lagu yang diciptakan oleh Kapten, the Jakmania Karet Kuningan. Di Jakarta kita disambut bak pahlawan. Di stadion Menteng sudah menunggu rekan2 kita dan Budi Tulalit menyiapkan petasan panjang seperti orang betawi merayakan sesuatu. Aroma kemenangan sudah terasa disana.

Sebelum Semifinal, Pak Agum Gumelar Ketua Umum PSSI saat itu mengundang keempat tim beserta ketua suporternya dalam acara jamuan makan malam di Hotel Sahid. Sikap seorang Ketua Umum PSSI yg sangat terpuji dan menempatkan suporter sebagai bagian penting dari sepakbola. Di Semifinal, Persija mengalahkan Persebaya Surabaya dengan skor 2-1. Gol oleh Luciano dan Claudio sedangkan gol balasan Persebaya oleh Uston Nawawi. Di Final Persija bertemu lagi PSM. Suporter Makassar datang tapi tidak sebesar biasanya dan semua kita terima. Tapi Senayan hari itu sudah penuh dengan warna oren. Ratusan bis sudah memadati sekitar Senayan, warna oren jadi warna paling dominan hari itu di Jakarta. Gegap gempita para masyarakat Jakarta yang merindukan gelar betul2 tercipta disana. 2 orang suporter Persija sampai mengecat seluruh tubuhnya dengan warna oren. Begitu bangganya kala itu kalo kita mengenakan oren, beda dengan kondisi saat ini. Partai ini akhirnya dimenangkan Persija dengan skor 3-2.  Bambang Pamungkas menjadi bintang lapangan kala itu dengan 2 gol indahnya, satu lagi oleh Imran Nahumaruri. Gol PSM oleh Bento dan Kurniawan. 5 menit sebelum pertandingan berakhir, kita kompak menyanyikan lagu ...."Sudah tiba saatnya kita jadi juara, Marilah kita mohon pada Yang Maha Esa"..... Selesai pertandingan seluruh pemain dan pelatih Persija berlatih menghampiri the Jakmania, rame2 lempar kaos. Sempat ada ketegangan ketika Mbeng Jean akan lempar kaos, seorang pemuda berbadan besar yg berada di pinggir lapangan mencoba merenggut. Tapi Mbeng lebih kuat dan baju tetap dilempar ke tribun.

JUARA !!! Indahnya dunia !! Gw sudah kaulan tuk jalan kaki menuju bunderan HI dan nyemplung disana. Ratusan bis memadati jalan di Sudirman Thamrin. Ada yang sudah berbalik arah ada yang sedang menuju ke Bunderan HI. Beberapa anggota sudah tiba duluan disana dan basah kuyup abis nyemplung. Kaul tetap berjalan dan untuk pertama kalinya gw merasakan dinginnya air di kolam Bunderan HI. Dari sana gw tidak pulang karena gw ingin menghirup udara kemenangan selama mungkin. Gw lupa jalan kemana aja waktu itu, tapi yang gw inget, ketika akan pulang ke rumah, dalam kepala gw muncul wajah Ronaldo. Wajah rekan gw yang tidak sempat menikmati kebahagiaan ini. Wajah seorang sahabat, wajah seorang manusia yang selalu menimbulkan keceriaan bagi teman-temannya, wajah seorang suporter Persija sejati. Langsung terngiang di telinga gw sebuah lagu untuk mengenang almarhum..... RONALDO RONALDO THE JAK YANG PUNYA, RONALDO RONALDO THE JAK YANG PUNYA, SELAMAT JALAN, SELAMAT JALAN........

sumber: http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150183120219326

No comments:

Post a Comment