Monday, December 19, 2011

MIMPI ITU MASIH BERKEPANJANGAN (Liga Indonesia 5 : ketika terusir dari Menteng)

RAGUNAN, 13 MEI 2011



the Jakmania tidak tinggal diam dengan dihentikannya kompetisi ini. Gugun dkk langsung melakukan demo di kantor PSSI yang dulu bermarkas di Gedung Menpora. Tuntutan dari kita waktu itu adalah bagaimana Sepakbola tidak dicampuradukan dengan Politik. PSSI harus bisa lebih berani tuk menjalankan roda kompetisi tanpa harus dibayangi ketakutan akan kerusuhan politik. Demo tidak berhenti hingga disitu. Kita melakukan aksi tempel di Mes Persija Graha Wisata Kuningan. Tuntutannya? Tuntaskan hak pemain. Itu kita lakukan karena beberapa pemain mengeluh nasib mereka belum jelas dan gajinya masih nyangkut. Akhirnya Manajemen Klub langsung mengumpulkan pemain dan menjelaskan semuanya. Meski masih ada beberapa yang tidak puas, tapi dalam pandangan kita semua sudah berjalan dengan adil. Resiko ini kan ga harus ditanggung oleh klub doang. Pemain dan Pelatih juga harus memahami situasi seperti ini yang disebut sebagai 'force majeur'.

Liga berhenti bulan Mei, tapi kegiatan the Jakmania tidak berhenti. Gugun ngajak gw sama Revi tuk melakukan negosiasi dengan pihak Televisi Pendidikan Indonesia. Gugun kan diminta menjadi pembawa acara disiaran langsung Piala Dunia 98 Perancis. TPI pengen ada penonton di studio yang atraktif dan pilihan jatuh pada the Jakmania. Nego berlangsung singkat dan cepat. the Jakmania berkewajiban tuk menyiapkan manusia2 kreatif yg siap begadang nonton di studio TPI di Pd Gede. TPI berkewajiban menyediakan konsumsi, peralatan kostum dan uang transport bagi pesertanya. Jadilah the Jakmania menjadi kelompok yang sebulan penuh ditonton seluruh Indonesia. 30 the Jakers dibagi jadi 2 kelompok. Masing2 kelompok mendukung tim yang berbeda. Adu yel dan lagu dilakukan demi timnya masing2. Dari situlah muncul ide-ide kreatif dalam mendukung sebuah tim sepakbola. Satu waktu gw kebagian dukung TIm Denmark. Gw pimpin kelompok gw tuk teriak yel-yel 234 Denmark. Teriakan itu begitu kompak dan seru. Yel tsb akhirnya kita gunakan tuk dukung Persija .... 234 the Jak.... duk duk, duk duk duk, duk duk duk duk, the Jak! Waktu kebagian tim Perancis... gw nyanyiin lagu batak tilo2 sitara tilo2... diganti dengan ...."Prancis Prancis juara dunia Prancis juara dunia Prancis Juara Dunia Prancis". Karena kita memang kreatif dan keliatan enjoy, makin lama makin banyak jumlah anggota yg TPI minta didatangkan. Karena setiap siaran langsung terlihat heboh, studio TPI kebanjiran orang yang ingin nonton disana. Konon ada yg sampe rela bayar ratusan ribu tuk bisa masuk ke studio TPI.



Waktu itu kita punya anggota mahasiswa yang mayoritas berasal dari Universitas Sahid. Beberapa diantara mereka punya bakat konyol dan seni. Mereka punya band yang doyan bawain lagu-lagu Benyamin S. Nama grup band mereka adalah PENYOT SEXI. Yang paling menonjol dari mereka adalah kocak abis! Gugun yang kerja di Gudang Cafe di daerah Jakarta Utara sampai mengundang mereka tuk ngisi acara di tempatnya. Jadilah the Jakmania goes to Cafe. Tempat yang isinya dipenuhi anak gaul Jakarta kali ini campur aduk sama orang oren dengan atribut kebesarannya. Tapi kita ga norak, kita ga rusuh, justru kehadiran kita mendapat aplaus dari pengunjung disana. Simpati lebih banyak didapat daripada kesan serem.

Setelah tim dibubarkan, gw bertugas bantu Mba Diza buat Laporan Pertanggungjawaban Persija. Dari situ gw dapat pengalaman berharga bagaimana susunan laporan sebuah tim Sepakbola. Setelah Tim Persija dibubarkan, Mba Diza minta gw kerja sama dia di rumahnya di bilangan Quini. Kali ini Mba Diza pengen bikin sebuah kafe di pelataran parkir Stadion Menteng. Kafe itu rencananya open air dan dinamakan "Trotoar Cafe". 3 bulan gw kerja sama Mba Diza sampai Trotoar Kafe mulai berjalan. Setelah itu gw mengundurkan diri karena menganggap kurang cocok dengan sistem kerja disana. Sempat nganggur beberapa bulan, akhirnya gw dapat kerjaan di PT Tritunggal, sebuah perusahaan konsultan tehnis yang berpusat di Bandung. Disana gw bukan sebagai karyawan, tapi sebagai tenaga profesional yg dipekerjakan di proyek bersama Pimpinan Proyek yang berasal dari Inggris... Mr Trevor. Pekerjaan gw asik juga, dampingin Mr Trevor tuk melakukan presentasi di 3 kota : Banda Aceh, Kendari dan Bandung. Banyak banget ilmu yang gw dapat dari Mr Trevor. Bukan hanya Mr Trevor, tapi disana juga banyak tenaga ahli yang bergelar Profesor seperti Pak Rahlan, pria usia 70 tahun yang masih sanggup daki gunung. Ada 7 tenaga ahli dan gw satu-satunya orang yang beruntung mengawal mereka semua dan bisa menimba ilmu dari mereka.... Trimakasih ya ALLAH. Hal yang paling membahagiakan adalah, setiap gajian gw jadi bisa berbagi sedikit rejeki ke nyokap gw yang masih setia ngurusin anak2nya. Nyokap gw memang masih punya tanggungan satu orang putri yang masih kuliah. Abang gw udah kerja di Bandung, sementara ade laki2 gw dapat beasiswa di Belanda.

Persija mengalami konflik. 18 klub anggota Persija membuat mosi tidak percaya pada Ketua Umum Bapak Djajat Sudrajat. Menurut mereka, kompetisi internal Persija sudah tidak tertangani dengan baik sehingga Persija butuh seorang pemimpin baru yang lebih memperhatikan mereka. Muncullah tokoh bernama Biner Tobing menjadi Ketua Umum Persija yang baru. Pria pendek, botak dan berpeci ini mencoba merangkul semua pihak tuk membentuk kepengurusan baru. Gugun sebagai Ketua Umum the Jakmania sempat diundang 3x tuk hadir, namun karena kesibukannya Gugun tidak pernah hadir. Hal ini menimbulkan persepsi negatif bagi Bang Biner. Dalam suatu wawancara di ANTv, beliau mengatakan kalo the Jakmania sudah bubar. Persija punya 30 klub yang masing2 klub akan mengerahkan 50 orang tuk mendukung Persija. Bukan cuma di TV, tapi setiap orang datang ke Menteng tanya dimana Sekretariat the Jakmania, jawaban mereka "the Jakmania sudah bubar". Efeknya juga terlihat di pemberitaan media. Tabloid GO dengan tegas mengatakan : ..."meski the Jak sudah bubar, Persija tidak kehilangan pendukung, terbukti dengan hadirnya mereka pada setiap pertandingan Persija"... Tabloid GO itu bodoh. Dia tidak melihat kalo yang ada dalam foto mereka itu adalah kami, the Jakmania.

Saat itu Gugun Gondrong sudah mulai kurang aktif. Gw sama Revi yang ambil inisiatif. Kita angkut seluruh inventaris kita dari Menteng, Sebagian surat2 dibawah ke rumah Revi sebagai Sekum. Sedangkan peralatan ditaro di rumah gw yang deket sama Stadion. Gw ketemuin Bang Biner dan dengan tegas mengatakan : ..."Trima kasih Bang, sudah bisa mendatangkan 1500 orang suporter Persija seperti yang sudah Abang katakan di media. Jujur saya berharap sekali itu memang kenyataan. Karena semakin banyak suporter Persija saya semakin senang meski dengan bendera organisasi yang berbeda. Tapi the Jakmania tidak bubar Bang. Kami tetap ada! Kami hanya bisa bubar bila Persija bubar atau dibubarkan oleh anggotanya. Kami organisasi independen Bang. Tidak di bawah Persija, tidak di bawah Pemda, tidak juga di bawah organisasi manapun." ... (Saat itu, anggota the Jakmania memang masih sedikit sekali).

Demikianlah kita menjadi suporter tanpa markas, atau lebih tepatnya tanpa Sekretariat karena rumah gw boleh dibilang jadi markas. Pertemuan di Menteng tetap kita adakan setiap Jumat. Pertimbangannya adalah Tim Persija kan berada di Menteng. Ya, di Liga Indonesia 5 ini, Tim Persija pindah markas ke Menteng. Materi pemain bertambah dengan masuknya nama2 seperti Adrian Madriansyah jebolan Bareti yang asli Betawi Kemayoran, Miro Baldo Bento mantan Persija Perserikatan dulu, serta Sang Dirijen lapangan tengah Luciano Leandro. Jadilah trio Wironto yang sangat ditakuti lawan.... Widodo-Rocky-Bento. Temmy sangking ngefansnya sampe bikin lagu seperti berikut ini.... Widodo! Rocky Bento! Kamu harus ciptakan gol, Siapa saja yang menghadang, Kami yakin the Jak menang.....

Meski terusir dari Menteng, tapi pada periode inilah kita mulai mengangkat korwil. Awalnya gw ketemu sama rombongan Kemayoran yang dipimpin oleh Sule. Mereka datang tuk daftar jadi anggota. Minggu depannya kita ketemuan lagi di Menteng dan mereka bawa lagi beberapa formulir, Demikian juga minggu depannya. Melihat ini, gw tawarkan ke mereka tuk jadi korwil karena gw liat potensinya tuk menarik masa. Tugas korwil adalah bagaimana menggalang masa di daerahnya. Sule ditunjuk rekan2nya tuk menjadi Korwil. Jadilah Kemayoran sebagai Korwil pertama di the Jakmania. Tidak lama setelah itu, dengan pengalaman yang sama, terjadi juga pada Suryadi Kalimalang. Melihat potensinya, gw tawarin Suryadi tuk jadi Korwil yang langsung disambut antusias. Korwil berikutnya adalah Rudi Tenabang.

Persaingan dengan The Metropolis, suporter Pelita Jaya juga tetap berjalan meski tidak dengan suasana sepanas dulu. Ketika naek bis menuju Menteng, gw denger seorang pengamen nyanyi lagu batak .... "say selamat masih neger negeri, agenisi bual buali, tusiantar tusipirok padang panjang ford de kock, say selamat masih neger negeri".... Irama lagu itu enak dan terbersit di pikiran gw tuk ganti kata2nya jadi lagu the Jak ... Saya paling suka sama Persija, Dari dulu suka sama Persija, walau ada Commandos ataupun Metropolis, Tapi saya tetap suka Persija.....  Ketika lagu itu gw perdengarkan di rapat, terjadi perdebatan. Sebagian ingin kata Commandos dan Metropolis diganti menjadi Pelita dan Persijatim. Tapi akhirnya usulan Revi yang diterima. Level kita jangan lokal dong, jadi ganti dengan Juventus dan AC Milan. Tapi lagu yang paling disuka kala itu adalah lagu Ayo Macan Kemayoran. Lagu itu gw ambil dari sebuah lagu Boney M tahun 70an dengan judul In the River of Babylon. Lagu itulah yang paling bikin semangat kita semua.

Awalnya the Jakmania nyanyi tanpa dirijen. Komando dilakukan di tribun timur bagian selatan dengan posisi sedikit ke atas bersama-sama dengan drum. Belakangan mulai ada ide untuk naek ke atas pake dirijen. Seinget gw dirijen kita pertama tu Ari Purwanto, pendiri dari Bekasi. Dia dibantu dengan Herry Banceng, pendiri dari Manggarai dan Mardan pendiri dari Juanda. Ketiga orang inilah yang kerap mimpin lagu di atas. Pada masa itu, datang seorang mahasiswa dari Gunadarma. Dia menyatakan keinginannya tuk aktif bersama-sama anak2 penabuh drum. Awalnya gw cuekin dan ga mau kasih harapan dulu namun diem-diem gw awasin. Setiap pertandingan dia selalu bantuin ngurus spanduk dan drum tanpa pamrih. Mahasiswa itu sangat akrab sama salah satu pendiri the Jakmania termuda dari Bintaro, Joansyah. Suatu saat nanti, mahasiswa itulah yang akan menjadi dirijen terbaik yang pernah ada di the Jakmania.

Selain lagu, kita juga mulai bikin kaos dan spanduk. Kebetulan waktu itu kita dapat dana 5 juta rupiah sumbangan dari mana gw ga tau. 2,5 juta dipake Revi tuk bikin kaos pertama the Jakmania. Kaos itu berwarna oren dengan gambar di dada sebuah wajah sparuh macan separuh bola. Kaos itu kita bagikan secara gratis ke anggota. Gw sama Bambang bertugas bikin spanduk. Kebetulan Bambang tau pembuatan spanduk di dekat rumahnya di daerah Manggarai. 4 buah spanduk dengan macam2 gambar dan tulisan berukuran 4x6 meter kita buat. Selain itu kita juga pengen buat spanduk raksasa yang panjangnya sama dengan panjang tribun belakang gawang. Jadilah spanduk dengan panjang 66 meter lebar 3 meter berlatar belakang warna merah putih dan bertuliskan THE JAKMANIA SUPORTER MACAN KEMAYORAN. Spanduk itu didesain oleh Revi. Sangking gedenye, gw aja bisa tiduran di huruf K pada kata Jakmania. Spanduk itulah yang menjadi pioner spanduk2 raksasa di Senayan. Karena setelah spanduk itu, berlomba-lomba suporter lain juga bikin spanduk raksasa.

Persija lolos ke babak 10 besar dan maen di Senayan. Dalam babak ini gw kagum sama temen gw Faisal Gimbal. Ketika pulang dari kantor dan bergegas ke Senayan, dari kejauhan sayup2 gw dengar lagu Ayo Macan Kemayoran. Ternyata Faisal Gimbal sedang mimpin puluhan the Jakers tuk mengelilingi area lingkar luar Senayan sambil membentangkan spanduk raksasa.  Ada rasa bangga luar biasa melihat mereka berjalan dengan gagah dan menunjukkan identitas sebagai suporter Persija. Ritual ini selalu dijalankan Gimbal sebelum masuk ke stadion. Semangat yang luar biasa! Dibabak ini kita menang dari Pelita Bakrie 1-0, PSM 1-0, seri dengan PSMS 2-2 dan Pupuk Kaltim 2-2. Di semifinal kita ketemu sama PSIS Semarang. Sebelum partai kita, terjadi partai antara Persebaya Surabaya melawan PSMS Medan yang dimenangkan Persebaya. Kita papasan sama suporter Persebaya yang baru bubaran. Salah satu diantara mereka sempat meluk gw dan berharap ketemu Persija di final. Sebelum pertandingan terjadi keributan antara kita dengan suporter PSIS Semarang. Mereka dengan seenaknya nyopotin spanduk2 kita. Gw sama Heri Banceng dari Manggarai ga tahan dan langsung manjat pager tuk nyerbu lawan. Jatuh korban justru bukan gw berdua, tapi Faisal Gimbal sama Herry yang berada jauh di belakang. Keduanya terkena lemparan batu di kepala. Gimbal langsung pulang karena kepalanya bocor dan terus mengeluarkan darah. Herry lanjut terus dengan kepala dibalut perban. Sayang pengorbanan itu tidak diimbangi dengan kemenangan. Persija kalah 0-1 lewat gol tunggal Tugiyo.

PSIS taon itu memang jadi fenomena. Suporternya begitu militan dan mirip2 Bonek. Ketika ke Jakarta mereka datang dalam jumlah besar dengan menggunakan kereta api. Turun di Senen dan berharap bisa melanjutkan dengan bis. Ada sebuah kejadian yang hingga kini masih jadi hal misterius buat gw. Sejumlah suporter Semarang dari Senen diangkut dengan beberapa kendaraan militer. Namun mereka bukan diantar menuju Senayan tapi malah arahnya ke luar kota. Begitu menyadari hal ini, beberapa dari mereka melompat keluar truk dan melarikan diri. Kelompok kecil itu kemudian mencoba naik ke atap kereta api yang kebetulan ada di sekitar area tsb. Sayang, mereka tidak sadar kalo itu adalah kereta api listrik. Kalo ga salah 9 orang dari mereka tewas tersengat listrik. Jumlahnya memang masih simpang siur.

Melihat kondisi ini, Bang Yos tidak mengijinkan partai final dilaksanakan di Jakarta karena sebagai Gubernur dia juga wajib menjaga keamanan dan kenyamanan warganya. Banyak orang yg mengkaitkan larangan ini dengan kegagalan Persija ke Final. Sejarah sudah tercatat. PSIS keluar sebagai Juara Liga Indonesia 5 dengan mengalahkan Persebaya di Stadion Klabat Manado. Bang Yos tidak mengendurkan dukungannya pada Persija. Beliau malah memerintahkan Pak Ahmadin Ahmad Kepala Dinas Tata Kota untuk membentuk tim yang lebih tangguh lagi di musim depan. Semangat Bang Yos adalah Semangat the Jakmania. Meski gagal, the Jakmania tetap bertekad tuk terus memberikan dukungan sekuat tenaga pada tim kebanggannya. AYO MACAN... KEMAYORAN.... PANTANG MUNDUR...... PANTANG MUNDUR......

sumber: http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150180264699326

No comments:

Post a Comment