Monday, December 19, 2011

KEBANGKITAN YANG TERTUNDA (Liga Indonesia 4 : terhenti akibat situasi politik)

Ragunan, 12 Mei 2011



Sebelum menjadi Gubernur, Bang Yos pernah berkumpul dengan Lurah Menteng dan seorang wanita cantik yang penuh semangat Diza Rasyid Ali. Dalam percakapan itu Bang Yos mengutarakan keinginannya tuk memajukan Persija bila terpilih menjadi Gubernur. Kedepannya, Bang Yos benar2 menjadi Gubernur, dan Diza diangkat menjadi Manajer Persija di Liga Indonesia 4. Lurah Menteng yang kadang dipanggil Datuk, tetap menjadi pendukung setia. Setelah beliau wafat, keluarganya mendirikan Mesjid di Menteng yang sering kita pakai tuk sholat taraweh di jaman bulan puasa dulu.

Bang Yos mau Persija diperkuat pemain2 terbaik di tanah air. Dana ga usah jadi masalah. Para pengusaha di ibukota dikerahkan tuk rame2 bantu Persija. Materi pemain Persija saat itu diisi oleh gabungan pemain2 Arema, Bandung Raya dan Persija Jakarta. Masih ingat kan nama2 seperti : Joko Susilo, Kuncoro, Joko Kuspito, Putu Gede, Haryanto (Arema), Rehmalem Perangin-rangin, Dahiru Ibrahim, Olinga Atangana, Nuralim (Bandung Raya), serta Vennard Hutabarat, A. Yani, Zahlul Fadil, Mahruzar Nasution, Zaenal Jambak, Febriadi Bobihoe, Joseph Lewono (Persija). Belakangan Persija menambah lagi satu striker yang kemudian menjadi idola the Jakmania : Widodo C. Putro. Penyambutan terhadap Widodo juga menjadi pioner di Indonesia. Widodo kita daulat di Menteng tuk menerima kaos kebesaran Persija.

Warna kostum Persija berubah menjadi oren. Tidak pernah ada penjelasan kongkrit kenapa warna berubah jadi oren. Ada beberapa asumsi. Yang pertama, Diza yang kebetulan seorang desainer dan pengurus Persija lainnya berasal dari ormas Pemuda Pancasila. PP kan warna kebesarannya oren, jadi mungkin itu penyebabnya Persija berubah. Asumsi kedua, Bang Yos minta Mba Diza milih warna yang tidak sama dengan warna 3 Partai Politik kala itu.... Kuning, Hijau atau Merah. Asumsi ketiga, pada logo DKI Jaya terdapat 3 warna : Putih, Merah dan Biru. Bila ketiga warna tsb dicampur maka akan muncul warna oren. Entah benar atau tidak, bagi gw bomat... bodo amat. Gw dukung Persija, tim gw mau pake warna apa ya gw ikutin. Toh, pemilihan warna itu menurut gw tepat sekali. Oren menjadi warna khas dan identik dengan Persija bahkan dengan Jakarta. Meskipun belakangan muncul tim2 lain yang juga menggunakan oren, tapi tetap Persija yang disebut-sebut sebagai Tim Oren.



Tampilnya Gugun Gondrong sebagai Ketua Umum the Jakmania juga keputusan yang tepat sekali. Saat itu kita kan butuh publikasi tuk mengangkat nama Persija dan the Jakmania agar menarik warga Jakarta tuk berpartisipasi. Dengan profesinya sebagai artis, Gugun juga dengan mudah mampu menjembatani hubungan antara suporter dengan Bang Yos dan Pengurus2 Persija. Kerap kali kita diundang pada acara2 jamuan tim, baik itu di rumah Bang Yos maupun di Balai Kota DKI. Masa itu memang masa dimana the Jakmania sangat dimanja. Maklum, kan masih bayi. Satu waktu ketika gw maen ke rumah Gugun, gw terpana begitu melihat sebuah foto dibingkai dipajang di dinding kamar Gugun. Foto yang menunjukkan 2 pemuda berkulit gelap sedang berlari mengibarkan bendera merah putih. Adegan yang ga asing bagi gw. Ketika gw tanya ke Gugun, ternyata salah seorang anak muda itu adalah Gugun Gondrong. Dialah pemuda yang dulu pernah gw liat lompat ke lapangan dan mengibarkan bendera merah putih merayakan kemenangan Indonesia.

Gugun juga tidak lupa akan orang2 di sekitarnya. Dia bikin baju khusus tuk beberapa orang pengurus inti the Jakmania, meski maaf, baju tsb terbuat dari bahan spanduk.....hehehehe. Revi dan Yani adalah 2 orang rekan Gugun yang selalu aktif diajak kemanapun. Revi adalah warga Pasar Minggu yang sehari-harinya bekerja sebagai penyiar Radio DMC. Karena kesibukannya kerja, dan untuk menjaga kondisinya, Revi mengangkat Yudi atau Yuting atau biasa dipanggil Ronaldo tuk menjadi supirnya. Ronaldo ini temen gw di Commandos. Ciri khasnya adalah kalo tim yg dia dukung ngegolin, dia pasti naek ke atas pager, dan buka celana memperlihatkan kemaluannya. Cara ngomongnya juga sering menjadi bahan celaan, maaf, karena bibirnya memang sumbing. Tapi Ronaldo menjadi salah satu panutan kita karena punya semangat yang luar biasa tinggi. Pernah satu waktu dia naik ke atas pagar dan joged2 lucu. Tiba2 dia nunjuk ke arah kita dan teriak "alingin.... alingin..." Kita bingung maunya dia apa dan langsung rame2 lontarin pertanyaan... tapi Ronaldo tetep teriak ..."alingin... alingin"... Karena liat kita semua tetep bingung, Ronaldo akhirnya menunjukkan gerakan pake tangan seperti orang minum. Barulah kita ngarti kalo dia sebetulnya kehausan dan minta ..... "air dingin".......

Oleh Pengurus Persija, kita dikasih tempat di bawah tribun Stadion Menteng untuk dijadikan Sekretariat. Tempat itu sangat kecil, berukuran kurang lebih 3x2 meter. Kotor sekali karena bekas gudang. Kalo musim hujan, banjir bisa sampe pinggang. Dipimpin oleh Gugun, kita rame2 kerja bakti membersihkan sekret. Mungkin kalian tidak percaya kalo gw bilang Gugun ngosrek wc. Tapi itu memang kenyataan, Gugun dengan predikat artis, ternyata cuek dan mau bersihin wc umum di depan sekret. Mulai dari nyikat, nyiram sampe ngepel dia lakukan juga. Untuk ngecat sekret, yang paling rajin Imam dan Bambang. Temmy bantu nyiapin konsumsi. Gw? Gw juga punya peran yang ga kalah penting saat itu, bantuan gw juga termasuk besar, selama teman2 gw kerja, gw sibuk dengan bantu doa ........ Pertemuan rutin ditetapkan setiap hari Jumat. Temmy jadi orang yg paling setia nungguin sekret. Cewe, sendirian lagi, tiap hari dia jaga sekret dari jam 10 sampai jam 4 sore. Padahal kala itu pendaftaran anggota masih sepi banget.

the Jakmania dicetuskan pada tgl 19 Desember 1997. Namun saat itu kita belum punya logo. Herry berinisiatif membuat sebuah kop surat dengan logo karyanya sendiri. Kita semua yang ada puas dengan karya Herry. Sebuah bola mantul membentuk huruf J dengan latar belakang warna merah putih sesuai lambang DKI. Logo tsb kalo ga salah sempat kita gunakan sebagai kop surat dan formulir anggota selama 3 bulan sebelum muncul logo yang baru. Mas Eddy tidak setuju dengan logo tsb. Dia bilang itu logo yang biasa dan tidak pas untuk sebuah organisasi suporter ibukota. Pernyataan yang sempat bikin gw tersinggung. Tapi ketika Mas Eddy mengeluarkan logo karyanya sendiri, kita langsung terpaku, diam, dan .... sumpah... kagum! Akhirnya kita semua sepakat logo itu yang kita gunakan. Sebuah logo bergambar tangan dengan jari jempol dan telunjuk membentuk huruf J.

Menyadari penting adanya sebuah aturan main organisasi, kita akhirnya mencoba membuat AD/ART the Jakmania yang pertama. Tidak ada yang bawa konsep selain Revie Dut. Ketika kita bahas, gw heran kok AD/ART kaya gini sih? Revie ketawa dan jelasin kalo itu adalah aturan maen ibu2 arisan di RT nya. Buset, kerja keras nih. Perlahan tapi pasti, kita buat menjadi sebuah AD/ART yang lengkap dan cukup efektif saat itu. Apapun itu berasal, tapi kita semua menghargai upaya Revie tuk menyiapkan konsep. Toh, sebagian dari kita juga punya pengalaman berorganisasi yang cukup. Faisal Riza aktif di Partai Demokrasi Indonesia. Ari Bekasi dan Herry aktif di kampus masing2 dan termasuk mahasiswa2 yang suka demo. Tapi gw bangga dengan temen2 gw tsb. Meski dari latar belakang yang beragam, mereka semua tidak pernah bawa2 profesinya ke dalam tubuh organisasi ini. Kita semua sadar kalo the Jakmania adalah murni organisasi suporter jadi ga pada tempatnya kalo kita kaitkan dengan kegiatan2 lain yang tidak ada hubungannya dengan sepakbola.

Format Formulir Anggota yang pertama dibuat oleh Gugun dkk. Tapi penomorannya adalah usulan gw. Gw pengen nomor itu menandakan darimana pendaftar berasal, kapan dia daftar dan no urut berapa. Jadilah nomor yang hingga kini masih dipake. Misalkan no nya adalah JP 4 00100 12 97. Artinya dia berasal dari Jakarta Pusat, masuk pada Liga Indonesia 4, no urut 100, bulan masuk Desember, dan tahun masuk 1997. Untuk no anggota memang kita cuma bikin sementara 5 digit karena ga kebayang anggota akan lebih dari itu. Untuk 2 huruf pertama disesuaikan dengan wilayah dia berasal. Kalo dari Jakarta Selatan ya JS, Jakarta Timur - JT, Jakarta Barat - JB dan Jakarta Utara - JU. Khusus untuk para pendiri the Jakmania, gw mengusulkan JM yang berarti Jak Mania. Kartu Anggota yang buat waktu itu Mas Eddy sendiri. Desainnya keren, agak besar dan warnanya merah. Sayang arsip kartu pertama yang tersimpan di sekret ikut hilang ketika terjadi penggusuran Stadion Menteng.

Untuk menentukan nomor para pendiri, gw pake urutan jabatan. Gugun Ketua Umum dapat no JM 4 00001 12 97 atau JM 01. Gw Ketua 1 jadi JM 02, Herry Ketua 2 JM 03, Revie Sekum JM 04, Temmy Sekretaris 1 JM 05 dan Bambang Bendahara Umum JM 06. Selebihnya gw lupa, maaf. Pada saat the Jakmania dicetuskan, jumlahnya belum 40 orang. Gw sendiri lupa lengkapnya siapa aja. Cuma kita juga menghargai rekan2 yang aktif merintis organisasi ini jadi kita masukin juga nama mereka sebagai pendiri. Namun, ditengah jalan terjadi perubahan. Seperti yang gw ceritakan sebelumnya, beberapa teman ada yang balik kembali ke The Metropolis, organisasi pengganti Commandos. Oleh karena itu pada bulan April 1998, gw berinisiatif tuk mengevaluasi ulang dan melengkapi nama2 para pendiri bertepatan dengan lahirnya logo baru the Jakmania. Jadilah semua berjumlah 40 orang. Dibawah ini akan gw sebutin nama2 ke 40 orang tsb disertai keterangan darimana asalnya dia bisa jadi pendiri. Tidak pake no urut ya, karena gw ga apal nih.

Yang berasal dari Comandos adalah : Gw ma Fals (Lebak Bulus), Chandra, Tirta, Santo, Leman, Sahid, Tile, Dede, Muderikah (Pasar Minggu), Banceng dan Bambang (Manggarai), Erwan (Pasar Rebo), Herry (Grogol), Fajar (Jurangmangu), Ari (Bekasi), Gatot dan Sarnubi (Cengkareng), Temmy (Cipete), Mahdi (Taman Kota), Danang (Ragunan), Tito dan Joansyah (Bintaro), Ronaldo (Lenteng Agung), Affwan (Juanda), Imam (Paseban) dan Andi (Tg Priok). Yang berasal dari Tallent Production, grup artis yang Gugun dirikan adalah : Gugun Gondrong (Warung Buncit), Revie Dut (Pasar Minggu), Faisal Gimbal (Tenabang), Yani (Pasar Baru). Yang lainnya adalah temen2 yang diajak : Ogek dan Faisal Riza (temennya Affwan), Mardan (Abangnya Affwan), Poltak, Adi dan Otoy (temennya Fajar), M. Riza (Abangnya Fajar), Riza Taher (temennya Herry), Jebil (temennya Ari).

Mulailah perjuangan kita tuk membesarkan organisasi ini. Tur tandang pertama adalah ke Surabaya. Gugun sudah berangkat duluan menggunakan pesawat bersama rekan2nya. Sementara kita dikasih dana 2,5 juta rupiah. Sempat terjadi perdebatan di Menteng dalam menentukan siapa2 yang berangkat. Perdebatan sengit yang membuat gw emosi berat dan gebrak meja. Ups, kaca meja tsb pecah. Dalam perdebatan itu hadir juga Puleng dan Hendry Pd Cabe , Revie Dut, Affwan, serta Gatot yang paling rajin debat. Akhirnya keputusan kita berangkat 10 orang dengan kereta api. Herry berangkat duluan sebagai Tim Advance. Sementara sisanya bareng diantaranya : Gw, Sahid, Adi, Bambang, Chandra, Mahdi, Sarnubi dan Tirta. Sesampai di Surabaya kita bingung ga tau harus kemana. Maklum belon pernah kesono. Sempat mampir dulu di rumah saudaranya Sahid tuk numpang mandi, kita lanjut menuju hotel pemain. Kita sempat kehilangan 2 orang anggota rombongan. Ternyata Adi ketinggalan karena kencing di Terminal, sementara Bambang tanpa ngomong2 malah pergi ke tukang cukur tuk cukur jenggot !!?? Di hotel pemain, kita dapat tiket sebanyak 25 lembar. Bingung harus gimana, gw liat ada seorang anak muda yg berusaha ketemu Widodo. Gw panggil dan ternyata Andi, nama orang tsb, cuma ingin minta tiket sama Widodo. Jadilah sebuah simbiose mutualisme. Andi gw kasi tiket sisanya tapi dia yang bantu kita jadi guide di Surabaya. Pilihan yang ga salah, karena ternyata Andi itu premannya Stadion Tambak Sari Surabaya. Segala tukang asongan tinggal dia panggil dan ambil dikasih ke kita.

Kita hadir tanpa menggunakan atribut karena orang sana sudah bilang kalo Bonek itu belum bisa menerima suporter tamu. Selama nonton kita coba menahan diri tuk tidak terlalu menunjukkan identitas kita. Pernah suatu ketika Persija melakukan serangan tajam. Sangking tegangnya ga sadar kita berdiri semua. Penonton dibelakang kita teriak... "lunggo cak... lunggo". Berkali-kali mereka teriak tanpa ada reaksi dari kita. Akhirnya setelah Chandra yang brasal dari Malang ngasi tau klo lunggo tu artinya duduk baru kita senyum2 kecut dan duduk buru2. Namun ketika Rocky Putiray hampir cetak gol, spontanitas udah ga bisa ditahan lagi. Kita semua teriak... goooool. Ada seorang nyeletuk di belakang... wah iki DKI rek..... Celetukan itu seperti komando buat Bonek di belakang gawang. Mereka ramai2 lompat pagar dan berusaha menyerang kita yg cuma 10 orang. Gugun waktu itu duduk di Tribun Kehormatan bersama Ari Sihasale dan artis2 lainnya. Untung di belakang kita ada Bang Alhadad mantan pemain Persebaya yang melakukan perlindungan dan diikuti oleh para penonton di VIP Barat tsb. Amaaaan, fyuh.

Tur berikutnya adalah ke Bekasi. Waktu itu Persija harus melakoni pertandingan melawan tuan rumah Persikabo di Bekasi. Mas Eddy menyediakan 10 buah metro mini. Kita waktu itu belum pengalaman dan akhirnya 10 metro berangkat dalam keadaan kosong melompong. Yg berangkat memang sedikit banget, tapi tetap eksis di Bekasi. Selesai pertandingan, kita memberikan topi sarjana dari karton buat Putu Gede yang baru saja menyelesaikan kuliahnya. Rame di lapangan, ga sadar kalo ada beberapa bonek yang menyusup dan mencopet dompet Kuncoro. Spontan para Bonek tsb digebukin sama pemain2 Persija. Pasti heran kan kenapa Bonek bisa ada disitu? Dulu kita ga ada masalah sama mereka, dan mereka baru saja bikin keributan dalam pertandingan melawan Persita di Tangerang. 70 diantara mereka ditangkap dan masuk penjara. 3 diantaranya lepas dan nyasar kabur ke Bekasi karena ga tau jalan. Ketiga Bonek itu ga jadi ditangkap karena Andi yang juga hadir memohon agar rekan2nya dilepas.

Di kandang, tidak hanya menonton. Kita juga dilibatkan dalam persiapan pertandingan. Salah satunya dengan pemasangan umbul2 dan spanduk Jarum. Waktu itu kita ditawarin pihak Jarum tuk bantu pasang umbul2 dan spanduk di sekitar stadion, tentunya dengan imbalan. Lumayan uangnya buat nambah2in kas organisasi karena waktu itu kita memang blum punya kas seperti sekarang. Jadilah kita tiap semalem sebelum pertandingan sibuk di lingkungan stadion. Widodo yang tau akan hal itu, satu waktu ngasi gw duit 200 ribu. Uang itu langsung gw beliin nasi goreng gerobak yg kebeneran lewat. Jadilah kita malam itu abis kerja bakti makan nasi goreng Widodo.

Selain itu, kita juga diminta tuk menyebarkan 500 buah poster tentang info pertandingan Persija lengkap dengan gambar pemainnya. Jadilah gw sama para JM yang laen keliling keluar masuk kampus dan sekolah tuk menempelkan poster. Sasaran kita memang anak sekolah dan kampus. Selain itu, Ogek dkk juga dibekali sebuah mobil kijang Pemda yang dilengkapi dengan pengeras suara. Ogek dkk keliling Jakarta, keluar masuk kampung sambil teriak2 promosi pertandingan Persija. Semua itu tentu ada imbalannya dan uang tsb sebagian masuk kas organisasi sebagian lagi dibelikan konsumsi untuk yg bertugas.

Kedekatan antara Pengurus Persija dengan suporternya berlanjut. Mba Diza butuh seorang Kepala Sekretariat di Tim Persija untuk menjaga semua arsip2 Persija agar tidak dibaca oleh orang2 yang tidak berkepentingan. Mba Diza langsung minta gw tuk ngisi posisi tsb. Jadilah gw bekerja setiap hari di Graha Wisata Kuningan tempat Tim Persija menginap. Disana gw sedikit tau tentang seluk beluk Persija, polah tingkah para pemain bola, dan official2 yang bisanya hanya jadi penghasut dan berbahaya tuk keharmonisan sebuah tim. Selama disana gw sempat coba masukin Fals dan Adi tuk jadi karyawan juga, tapi sayang mereka ga lolos saat interview.

Antara the Jakmania dengan Metropolis seperti terjadi persaingan terselubung. Sama2 Jakarta, dan sama2 punya tim bagus. Duo Jakarta saat itu memang mendominasi Liga Indonesia. Soal kreativitas, gw juga ga mau kalah sama mereka. Justru gw punya motivasi tinggi tuk membuktikan siapa yang lebih kreatif dan bisa menghargai anggotanya. Lagu pertama yg gw usulkan adalah "Anak the Jak asik-asik", lagu yang paling disukai sama Nuralim. Klo di Commandos dulu sering nyanyi lagu Jali-jali, gw juga ga mau kalah. Gw usulin kita juga pake lagu khas Betawi lainnya yakni Kicir-kicir. Terbukti dengan kedua lagu ini, kita jauh lebih semangat dibanding mereka. Urusan drum memang jadi urusan Gugun cs. Apalagi Yani, cowok paling centil yang pernah gw kenal. Dia malah ngusulin bentuk dukungan dengan gerakan lembut seperti penari. Alhamdulillah usulan tsb ditolak sama semua. Yanilah yang pertama ngajarin ketukan drum ke Chandra, Tirta, dkk. Dia juga tetap menunjukkan kecentilannya dengan selalu bawa kecimpring setiap nonton Persija. Dia juga nyumbang gendang kecil 2 buah tuk dipake organisasi. Baik kecimpring sama gendang udah dia cat berwarna oren.

Sayang, euforia itu harus terhenti. Ketika Jakarta sedang menunjukkan hegemoninya sebagai kota sepakbola, terjadi kerusuhan politik yang menyebabkan kompetisi dihentikan. Saat terjadi kerusuhan, gw dan beberapa temen lagi berada di Stadion Menteng. Melihat berita di tv dan radio, satu persatu temen2 meninggalkan sekret. Gw jadi orang terakhir dan sempat naik tiang lampu tuk melihat situasi. Ternyata di sekeliling Menteng juga sudah terjadi bakar-bakaran. Gw mutusin tuk pulang. Sekian lama gw nunggu Kopaja P20 tapi tetap ga ada yg lewat. Akhirnya gw terpaksa jalan kaki dari Menteng sampai Blok M. Di sepanjang jalan gw jadi saksi anarkisme yang dilakukan bahkan oleh bocah2 kecil. Setiap mobil lewat langsung mereka lempar dengan batu2 besar sampai pecah kacanya. Hhhhhh.... terpaksa ngelus dada. Kondisi ini membuat Persija sejenak melupakan mimpinya. PSSI menghentikan kompetisi Liga Indonesia 4 karena situasi keamanan sangat tidak memungkinkan. Kompetisi boleh terhenti. Tapi semangat kita tidak akan berhenti. Gugun sudah menetapkan logo kebanggaan itu menjadi salam kita sesama the jakmania.... salam yang disertai teriakan penuh semangat..... THE JAAAAAAAAAK...... MANIAAAA.

sumber: http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150179939389326

No comments:

Post a Comment