Monday, December 19, 2011

GUE ANAK JAKARTA (Liga Indonesia 6 : mulai keras, kreatif dan pembenahan organisasi)

RAGUNAN, 14 MEI 2011



Saat gw kuliah, gw aktif bersama-sama MANUNGGAL BHAWANA, nama pencinta alam di kampus gw. Dari mulai berorganisasi hingga pendidikan mendaki gunung banyak yg gw pelajarin disana. Tapi ada lagi yg secara ga sadar membentuk etos kerja gw.... GOTONG ROYONG. Setiap ada kegiatan, meski sudah ditunjuk Koordinatornya, tapi pelaksanaannya tetap dikerjakan rame-rame. Sampe ngebangun sekretnya aja juga rame-rame, mulai dari ngebangun kerangkanya dari kayu & bambu hingga nyemen dan ngecat. Semua seperti berlomba tuk bantu. Yg ga bantu ga pernah ditegor, tapi justru jadi malu sendiri dan berusaha ikut partisipasi. Kalo yg ga ikutan pasti merasa ketinggalan. Etos kerja inilah yang kemudian gw bawa ke the Jakmania ketika gw terpilih menjadi Ketua Umum the Jakmania menggantikan Gugun Gondrong.

Dalam laporan pertanggungjawabannya, Gugun dengan tegas menyatakan keinginannya tuk mendapatkan pengganti. Gugun, juga merasa sulit membagi waktu karena profesi artis adalah pekerjaan yg ga tentu waktunya. Ada 3 calon ketua berikutnya.... Gw, Mardan dan Danang. Gw pengen menciptakan suasana kebersamaan dari awal, makanya gw bikin kaos replika Persija saat itu untuk gw bagikan ke 2 orang calon lainnya. Jadilah kita tampil bertiga dengan kostum yang sama. Hasilnya? Semua juga tau kan, Alhamdulillah gw terpilih tuk mengemban tanggung jawab besar ini. Awalnya gw ragu. Siapalah gw ini? Gugun adalah seorang artis, seluruh Indonesia juga kenal dia, dan dengan predikatnya itu sedikit banyak memperlancar tugasnya sebagai Ketua Umum.

Gugun tetap gw angkat sebagai Ketua Kehormatan. Mardan jadi Wakil Ketua, Faisal Riza Sekretaris Umum dibantu Ferry Firmansyah (Tenabang), Danang Bendahara Umum dibantu Reynaldi. Nama2 lama masih menghiasi jajaran pengurus, terutama para JM. Gatot jadi Kepala Sekretariat, Chandra jadi Kabid Perlengkapan dibantu Mahasiswa Gunadharma yg bernama Iqbal, Erwan menjabat Kabid Merchandise, Budiarto Kabid Keamanan dan Rudi Tongkang Kabid Keanggotaan. Reynaldi adalah mantan temen gw di Commandos yg tetap menjabat dwi kewarganegaraan alias dukung Pelita tapi dukung Persija juga. Setelah Pelita memutuskan pindah ke Kota Solo, dia memantapkan dirinya menjadi the Jakmania. Dialah yg menciptakan yel .... ALE MACAN BATAVIA, VIVA THE JAK, VIVA THE JAKMANIA. Dia juga yang menggubah lagu Mars UI menjadi lagu the Jakmania : Kami adalah the Jakmania, smangat gembira jiwa kami, bernyanyi beratraksi menuju satu cita, maju kita maju, hidup Persija, hidup Persija, kesebelasan yang paling kubangga, hidup Persija hidup Persija kesebelasan yang paling kucinta. Rudi adalah Korwil Senen yg kemudian dipilih oleh para korwil yang laen tuk menjadi Kabid Keanggotaan.



Nama2 lain yg muncul dan masuk jadi tokoh2 penting dalam perjalanan the Jakmania adalah : Staf Sekretariat Agung Jadol (pernah jadi crew TV 7, sekarang jadi wartawan Bola), Staff Perlengkapan Adi Gunaryadi (sekarang jadi Dosen di UNJ), Rudi Santoso (adik dari Erwan JM), Risky Basuki Rahmat (adik dari Herry JM03, sekarang jadi karyawan di Radio Republik Indonesia), Surya Imansyah (adik Chandra JM, sekarang bekerja di Ambon), Bayu Santoso (Ampera), Desril atau Ndes (kakak dari Tirta JM). Staff keamanan Nana & Tika (mereka akhirnya menikah dengan pelaminan serba oren), Larico Ranggamone (tau dong siapa dia), Anto (di kemudian hari membentuk grup band Gondal Gandul), Geday Suganda (kemudian jadi Korwil Manggarai).

Di era ini, gw memberikan wewenang pengangkatan Korwil pada Sekum Faisal Riza yang banyak dapat masukan dari Kabid Sekret Gatot. Lahirlah korwil2 : Fajar JM Korwil SMU 46, Sahid JM (Korwil Pasar Minggu, Amir Korwil Depok, Dedi Sulaiman Korwil Kalibata, Adrie Korwil IAIN, Bayu Korwil Cengkareng, Wahyu Korwil Manggarai, Doel Korwil Cikini Menteng, Sami Aji Korwil Kemayoran menggantikan Sule, Beter Korwil Lebak Bulus, Mashuri Korwil Angke, Pandi Korwil Pasar Rebo, Yazis Korwil Kelapa Gading, Eko Korwil Tanjung Priok, Rio Korwil Senen menggantikan Rudi yg diangkat jadi Kabid, Pei Korwil Kebon Jeruk, Tri Pondok Pinang, Jawil Cipinang, Ewin Jatibaru, Edi Gajahmada, Aldo Cikini Kramat, Hafis Usahid, Franky Perbanans, Slamet Sumur Batu, Wahyudin Bintaro, Alwi Srengseng Sawah, Reza Warung Buncit, Moefti Korwil Roxi, Iwan Klender, Donay Pd Gede, Maulana Kalideres, Edy Ragunan, Dede Rawajati, dan Teddy Jelambar.

Dulu pengangkatan Korwil tidak serumit sekarang. Yang penting punya masa banyak dan punya potensi memimpin langsung diangkat. Itu sebabnya perkembangan korwil jadi cepat sejalan dengan jumlah anggota yang membengkak. Karena anggota Manggarai cepat bertambah, akhirnya terbentuk dari mereka Korwil Kalibata. Dedi yg tadinya temen SMU sama Banceng diangkat menjadi korwil. Kalibata berkembang pesat dan menghasilkan korwil baru ... Rawajati.  Demikian juga dengan Cengkareng. Karena cepat tumbuh berkembang, Bayu kemudian melepaskan anggotanya di daerah Kali Deres tuk dipimpin Maulana. Srengseng Sawah tadinya masuk Depok, tapi karena semakin banyak anggotanya, akhirnya mereka juga berdiri sendiri menjadi Korwil. Pasar Rebo seharusnya menjadi korwil ke 4 setelah Kemayoran, Kali Malang dan Tenabang. Namun sayang meski pentolannya sudah aktif menjadi anggota sejak lama, tapi perkembangan anggotanya sedikit lambat.

Karena pesatnya pendaftaran anggota, Gatot mulai kewalahan. Satu waktu dengan rambut yg sudah berdiri semua dan muka memelas, dia mengajukan permohonan agar pertemuan di Menteng diadakan 2x dalam seminggu, Selasa dan Jumat. Waktu 2 hari itu sering kita manfaatkan tuk mengadakan brifing di Tribun VIP Stadion Menteng. Dalam brifing, selain pengarahan, gw juga mengajak semua tuk berbagi pengalaman dan perasaan. Disitulah Wahyudin Korwil Bintaro yang pertumbuhan anggotanya paling cepat, mengutarakan strateginya. Dia mengangkat Sub Korwil di wilayah Bintaro dan sekitarnya. Cara ini kemudian dipake oleh semua Korwil hingga sekarang.

Di awal masa jabatan gw, yg pertama dilakukan adalah pembenahan organisasi. Mas Edy sudah tidak jadi pengurus Persija lagi, Mba Diza bukan lagi Manajer, demikian juga dengan Bang Mimi Alkamar. Merelah selama ini yg sangat membantu perkembangan the jakmania. Persija, seperti biasa selalu menjadi langganan konflik. Timbul lagi mosi tidak percaya pada Bang Biner. Ketua Umum baru terpilih : Bapak Ahmadin Ahmad Kepala Dinas Tata Kota DKI. Namun untuk mengurangi beban tugas, sementara dia juga harus menjalankan tugasnya di Pemda, Bapak Ahmadin menunjuk Bang Toni Badak sebagai Ketua Harian Persija dan bertugas menjalankan kompetisi internal Persija. Kedua tokoh inilah yg mengajak the jakmania untuk kembali memanfaatkan ruangan kecil di bawah tribun sebagai Sekretariat.

Kesempatan emas ini gw manfaatin tuk perubahan menuju keadaan lebih baik. Kartu Anggota dirubah desainnya menjadi lebih OREN. ID Card Pengurus berbentuk baju Persija. Formulir Anggota juga diperbaiki jadi lebih enak dilihat dan lengkap datanya. Cuma syarat melampirkan fotokopi KTP ditiadakan. Gw juga membuat Buku Induk Anggota. Sebuah map yg berisi data2 seluruh anggota lengkap dengan fotonya. Di era Gugun, gw pernah mendesak untuk dibuka pendaftaran secara terbuka, jangan cuma di Sekret. Tapi Gugun waktu itu masih kawatir dengan kebijakan Persija. Dulukan anggota the Jakmania dibiarkan masuk dengan gratis. Gugun kawatir ketika anggota sudah banyak, Persija akan melakukan pungutan bayaran tiket. Lalu bagaimana tanggung jawab kita pada anggota? Namun, gw mengambil keputusan tuk melakukan spekulasi. Yang nanti biarlah nanti, yang penting sekarang bagaimana mengajak masyarakat Jakarta tuk gabung mendukung Persija. Timbulah ide tuk buka pendaftaran di stadion setiap pertandingan Persija. Tempatnya adalah di Pos Satpam Kompleks Lebak Lestari Indah yang tempatnya persis dipinggir pelataran parkir Selatan Stadion Lebak Bulus. Cara ini sangat efektif, terbukti banyak sekali anggota yang daftar. Dan sebagian lagi jadi bertanya-tanya dimana sekretariat the Jakmania.

Persija mengangkat pelatih dari Bulgaria Ivan Kolev. Materi pemain juga banyak mengalami perubahan. Ada M. Halim, Tata Saptaji dan kiper muda dari Persija Junior Sofyan Hadi. Masuk juga Surya Lesmana, Warsidi, Hari Saputra, Dedi Umarela, Wahyu Teguh, Suwandi HS, Khair Rifo, Imran Nahumaruri, Sonny Kurniawan (Persija Junior), Ali Sunan (pemain terbaik Ligina 5), Bambang Pamungkas (Striker PSSI U19), dan Robby Mariandi. Manajer diangkat Bapak Aang Hamid Suganda yang sekarang menjabat Bupati Kuningan. Materi ini ternyata sangat kurang di posisi striker, hanya menyisakan Widodo dan seorang anak muda Bambang. Lahirlah sebuah pola baru, pola yg sangat mengandalkan barisan gelandang. Bahkan lebih dari pola Tim Perancis yang memakai 3-5-2. Persija tampil dengan formasi 3-6-1. Formasi ini mau ga mau memberikan kesempatan pada seorang anak muda bernama Bambang Pamungkas untuk berkembang lebih cepat.

Periode ini periode paling keras dalam sejarah the Jakmania. Ibarat Sang Macan yg berebut wilayah kekuasaan, the Jakmania harus mengaum sekerasnya tuk menunjukkan ini kampungnya. Dulu, semua orang begitu leluasa mendukung tim daerahnya masing2. Bahkan the Jakmania yg minoritas sering jadi bahan olok2. Di Liga 4 dan 5 itu tidak terjadi karena Pemda masih rajin mengerahkan masa dari kelurahan. Tapi di Liga 6 kali ini, cara tsb dihentikan. Banyak keluhan dari Kelurahan karena merasa terpaksa mengeluarkan dana tuk membeli tiket Persija. Karena tidak ada pemasukan dari tiket, kekhawatiran Gugun terbukti. Persija tanpa ada pembicaraan lebih dahulu memberikan tarif pada anggota the Jakmania sebesar Rp 15.000,-. Mungkin buat daerah lain hal itu adalah hal mudah. Tapi ingat, ini Jakarta, kota yang sangat heterogen. Diajak dukung Persija aje, banyak yg bertanya... "kita dapet apa nih?"... Kenapa sampe mereka bertanya seperti itu? Karena selama ini, tim2 daerah bila masuk bertanding di Jakarta, mereka akan mengerahkan suporter yang berasal dari Jakarta dengan menjanjikan imbalan berupa uang transport, kaos dan konsumsi.

Pertandingan melawan Semen Padang dijadikan partai unjuk rasa. Kita tetap hadir ke Lebak Bulus, namun kita semua kompak tidak ada yg masuk ke dalam. Kita semua ramai2 duduk bareng di parkir Selatan Lebak Bulus dan bernyanyi lagu2 the Jak. Melihat stadion kosong melompong, Bang Yos heran dan mempertanyakan... "ini stadion kenapa isinya suporter Padang semua? the Jaknya mana?"... Suporter Semen Padang waktu itu sudah menempati tribun Timur tempat biasa kita memberikan dukungan. Panpel panik dan minta the Jak segera masuk tanpa tiket. Tapi kita tetap tidak bergerak sampai Ketua Harian Persija Bang Toni Badak didampingi beberapa stafnya marah dan menghampiri gw yang didampingi Reynaldi dan Faisal. the Jak cuma ingin kenaikan tiket secara bertahap. Akhirnya dicapai kata sepakat, the Jakmania wajib beli tiket setiap pertandingan sebesar Rp. 3000,-.

Barulah kita masuk ke dalam tribun Timur. Namun Thombol dari Pasar Rebo dan 2 orang lagi yang masuk tribun timur duluan keluar lagi dalam kondisi terluka karena diserang suporter SP. the Jakers yg berada di luar tidak terima dengan kondisi ini. Terjadilah perang batu antara the Jakmania diluar dengan SP didalam. Suporter lawan berlompatan ke lapangan dan pindah menuju VIP Barat persis seperti kejadian di Commandos dulu. Gw mencoba meredam emosi the Jakmania, tapi tiba2 seorang keamanan narik gw dan berkata :....."biarin aja pak, kalo rusuh kan nanti kita dapat tambahan".... Awalnya gw ga ngerti maksud perkataan ini. Namun belakangan gw baru tau kalo terjadi kerusuhan, pihak keamanan akan minta tambahan biaya. Waktu itu mereka menyangka gw dari Militer karena kepala gw waktu itu cepak.

Partai keras lainnya bagi the Jak adalah derby melawan Persijatim. Partai derby memang selalu panas dan selalu ada aroma persaingan tidak sportif. Apalagi sikap pengurus Persijatim yang selalu melecehkan Persija karena merasa menjadi anak tiri di Jakarta. Di putaran pertama, Persija bertindak sebagai tuan rumah. Suporter Persijatim hadir dan kita tempatkan di Tribun Timur tanpa harus membayar tiket. Sayang selama di stadion mereka lebih banyak mencaci maki kita daripada memberikan dukungan pada timnya. Salah seorang dari mereka bahkan mengeluarkan pisau dan mengancam dengan menghantamkan pisaunya ke pagar. Terjadilah keributan, perang batu jadi pemandangan berikutnya. Selesai pertandingan suasana makin memanas. Suporter Persija melakukan pelemparan pada bis Persijatim yang melukai pemain asing mereka, Michael Pao. Partai ini dimenangkan Persija, 2-1.

Putaran kedua mereka menyiapkan tiket sebanyak 10.000 lembar. Mereka jual dengan harga Rp. 10.000,-. Kita sama sekali tidak diberi keringanan dengan alasan .... "Ah, lu kan dapat dana dari Pemda, jadi sanggup dong bayar".... Mereka tidak percaya ketika gw bilang kalo kita beli tiket sendiri. Ketika pertandingan akan berjalan tiket yang laku hanya 2000 lembar. Seorang Panpel Persijatim yg namanya Hendry marah2 ke gw dan bilang kalo banyak dari the Jakmania yang masuk tanpa tiket. Ada yg bayar penjaga pintu dan ada yg molos lewat selokan di stadion. Gw balik bertanya pada dia, siapa sebetulnya panpel? Seharusnya merekalah yang menutup semua akses masuk sehingga tidak ada jebolan atau masuk nyogok petugas. Sikap Hendry malah berlebihan, dia mengambil kamera dan foto2 semua the Jakers di luar stadion. Sikap yang memancing emosi gw. Akhirnya gw teriak pada the Jakers di luar stadion....."Bagi gw, kalo kalian beli tiket Persija, berarti kalian bantu Persija. Tapi kalo ga mau beli tiket Persijatim, bukan urusan gw, yang penting lu semua dukung Persija".... Kata2 ini seperti komando. Bergeraklah seluruh the Jakmania di luar secara serempak, mirip air keluar dari keran yang baru dibuka. Pintu Merah dijebol dan ratusan the Jakers masuk. Persija kalah 0-1 lewat gol tunggal Michael Pao.

Sikap Suporter Persijatim sebetulnya tidak hanya dengan kita. Pada partai melawan Persib Bandung di putaran kedua di Lebak Bulus. Mereka tawuran dengan bobotoh. Gw jadi saksi ketika berada di Tribun VIP Barat dimana kedua belah suporter turun ke lapangan dan terjadi aksi baku pukul. Suporter Persib banyak yg terluka ketika itu. Lagu2 yg dibawakan oleh Suporter Persijatim adalah lagu Si Doel Anak Sekolahan. Berbeda dengan mereka, the Jakmania justru menerima kehadiran bobotoh di stadion. Waktu itu jumlah bobotoh masih lebih besar dari kita dan menempati tribun Timur bagian tengah. Sementara kita di tribun Timur bagian Selatan sehingga berdampingan dengan mereka. Sempat terjadi kesalahpahaman, tapi gw ambil inisiatif tuk masuk ke tribun bobotoh dan naek pagar membentangkan Syal Persija. Disitulah aksi lempar batu dan saling ejek terhenti. Pulangnya, mereka diiringi oleh the Jakmania dengan lagu Halo Halo Bandung.

Melawan PSMS Medan juga ribut. Bersebelahan di Tribun Timur, mereka terus menerus mengejek kita yang dibalas ejekan juga. Berlanjut ke aksi lempar botol dan batu. Anehnya, Polisi justru menyerbu tribun kita. Gw yang sedang mimpin lagu di atas pagar melihat dengan jelas bagaimana Gatot Kabid Sekret gw ditangkap. Emosi meledak, lompat turun dari pagar langsung gw hantem tu Polisi. Dia ngelawan sampe robek baju gw. Temen2nya juga bergerak nyerang gw. Serentak the Jakers disana bergerak dan menghajar para MEOK tsb. Perlahan tapi pasti mereka mengundurkan diri keluar dari tribun kita. Gw dengan keras bicara ke komanndannya tuk lebih fokus menertibkan suporter PSMS yg memulai keributan. Persija menang 3-1 disana. Pulangnya tidak terjadi keributan. Kita tetap ngawal bis Persija keluar dari stadion. Tradisi indah yg sulit terulang. Ronaldo selalu jadi yg paling aktif di ritual ini. Namun ketika bis PSMS akan pulang, Banceng dan Leman melakukan tindakan tidak terpuji. Leman nyerang bis dengan bambu sementara Banceng berdebat dengan Julius Raja Manajer PSMS. Banceng emosi dan mukul kaca bis hingga pecah. Suatu tindakan bodoh karena berakibat putus urat nadinya terkena pecahan kaca. Banceng buru2 kita bawa ke RS Fatmawati. Beberapa minggu sesudahnya, gw kasi pengertian ke mereka berdua, kalo gw terpaksa menggantikan mereka sebagai Korwil karena bagi gw Korwil harus jadi panutan. Banceng diganti Wahyu, sementara Leman digantikan Sahid.

Partai tandang satu-satunya yg kita jalani adalah melawan Persikab Kabupaten Cimahi. Segalanya serba dadakan. Pak Buyung Atang Kepala DLLAJR DKI tiba2 nelpon gw dan nanyain apa the Jakmania akan berangkat? Kalo iya dia mau bantu nyiapin bus. Jadilah 97 orang, 8 diantaranya wanita dan anak2 berangkat ke Bandung. Dalam tur ini gw jadi kenal sama anak Kemayoran yang namanya Subur dan Boy. Lu bayangin, entah karena fanatik atau apa, sepanjang perjalanan keduanya memegang syal Persija dan dibentangin. Sejauh gw liat, mereka ga pernah turun tangannya!!! Adalagi yang berkesan dari Boy Kemayoran. Ketika gw ribut laper, dia nawarin lontong bikinan emaknya. Pas gw mau, dia langsung ngeluarin dari dalam tasnya.... alah mak? itu lontong yg paling panjang yg pernah gw liat. Ada kali 50 cm. Buset, ini lontong apa pentungan satpam? Di Stadion kita mendapat perlakuan tidak simpatik, baik dari suporter tuan rumah yg disebut LULUGU, maupun oleh panpelnya. Kita dilarang tuk gebuk drum, dilarang nyanyi, bahkan spanduk kita dikencingin. Sekali kita ngelawan, ratusan botol melayang ke arah kita dan panpel langsung marahin. Jadilah kita suporter culun yang nyanyi kagak, brantem kagak. Persija awalnya unggul 2-0. Tapi di babak kedua dibalas tuntas 2 gol lawan sehingga pertandingan berakhir seri.

Persija lolos ke Babak 8 besar. Grup Persija dimainkan di Senayan dan bertemu tim Arema, Pelita Solo dan Persikota. Gerakan suporter kreatif saat itu memang lagi mengemuka. Aremania, the Jakmania dan Pasoepati adalah 3 suporter yang dianggap paling kreatif saat itu oleh masyarakat bola. Dan kebetulan ketiganya bertemu dalam satu grup. Untuk menyiapkan babak ini, gw bikin sebuah spanduk. Spanduk berukuran 6x4 meter terbagi menjadi 4 warna kebanggan tim yg berlaga : Merah, Kuning, Biru, Oren. Tulisan berwarna putih dengan kata : 'Selamat Datang Sportivitas'. Babak ini kita dibuat kagum oleh atraksi Aremania yg begitu kompak. Sportivitas di tribun tidak dibarengi sportivitas di lapangan. Striker Arema bernama Pacho Rubio yg berasal dari Chili bermain sangat provokatif. Luciano Leandro terpancing hingga mendapat kartu merah. Pertandingan dimenangkan Arema 2-1. Melawan Pelita Solo kita menang 2-1 dan melawan Persikota seri 1-1.

Persija lolos ke Semifinal bertemu PSM Makasar. Sebelum berlangsung, Bang Yos ngundang the jakmania di acara ramah tamah di Balai Kota. Disitu sudah berkumpul 8 pengusaha besar di Jakarta dan 5 Walikota Jakarta. Karena semifinal partai menentukan, gw membujuk para walikota untuk mengerahkan masanya. Mereka malah balik bertanya ke gw, apakah gw bisa bantu membuatkan kaos tuk masanya. Jadilah gw orang paling repot menerima uang dari mereka yang pesan kaos. Ga tanggung2, masing2 walikota minta 1000 kaos jadi total 5000 kaos. Kesibukan gw oper ke Aji Kemayoran. Biarin aje deh dia yg repot ngurusin kaos. Sehari sebelum tanding, kaos tsb baru jadi dan langsung didistribusikan ke 5 kantor walikota. Masa itu mungkin berkesan buat Aji dan Ogek yang terpaksa begadang di Kantor Wakil Gubernur. Saat itu ada demo memprotes kebijakan2 Bang Yos selaku Gubernur. Jadilah kita begadang2 disana tuk sekedar nemenin Pak Made yang bertugas mendistribusikan kaos ke Walikota.

PSM musim itu ditaburi banyak bintang. Ada Miro Baldo Bento mantan pemain Persija. Ada Kurniawan Dwi Julianto yang menolak bergabung ke Persija waktu itu, Hendro Kartiko, Uston Nawawi dll. Miro Baldo Bento menuntaskan sakit hatinya merasa dibuang sama Persija dengan mencetak gol kemenangan. Aksi perayaan golnya juga sangat tidak sportif. Dia lompat ke atas bench pemain Persija (dulu kan bench pemain terbuat dari batu dan semen) dan melontarkan jari tengah ke pengurus2 Persija. Gw waktu itu bersama Faisal Sekum dan Danang Bendum kebagian nonton di atas. Ketika peluit berbunyi gw liat keduanya menunduk. Langsung gw bentak dan bilang ...."Jangan nangis! Kita ini pemimpin dan ga pantes menunjukkan kesedihan yang berlebihan. Ayo kita hibur temen2 kita yg laen'.... Bener aje, ketika kita turun ke bawah, ternyata suasana mengharukan terjadi. Tirta guling2an di aspal sambil meraung-raung. Temmy jatuh duduk ga kuat jalan sambil nangis. Demikian juga yang laen seperti Mahdi, Sarnubi, Leman, Chandra, pokoknya hampir semuanya.Tiba2 gw dapat kabar terjadi keributan di area barat Senayan antara suporter Persija dan PSM. Gw berlari kesana didampingi oleh Budi Keamanan. Tiba2 dari pepohonan datang suporter PSM dan menyerang dengan bambu. Jumlahnya belasan, sedangkan gw cuma bertiga. Budi tertusuk badik di punggungnya cukup dalam, Tirta ambil inisiatif cepat dengan menghisap racun di punggung sebelum menjalar ke seluruh tubuh. Tindakan cepat yang menyelamatkan nyawa Budi.

Persija gagal lagi. Slogan "Sekarang atau tidak sama sekali" lagi-lagi hanya sekedar slogan. Tapi tahun itu banyak sejarah lahir di the Jakmania. Tampilnya seorang dirijen paling atraktif sepanjang sejarah the Jakmana, Iqbal. Banyaknya lagu2 baru dari the Jakmania. Lagu2 yg di kemudian hari akan jadi sebuah album. Diantaranya lagu dari Mario Gondal Gandul : .... Oren Oren warna anak Jakarta. Lagu Abang dan None yg gw ambil dari lagu Koes Plus : O Kasian. Ada juga lagu yg terilhami adegan Maradona merayakan kemenangan Boca Junior, Persija Persija Kesebelasan Paling Gaya. Lagu2 lain lebih menggambarkan situasi saat itu dimana suporter dan pemain tamu masih berani bertindak seenaknya. Lagu yg gw buat tsb seperti 'Sopan Dong', 'Ini Lebak Bulus Kandangnya Persija', serta sebuah lagu pengiring pertandingan yg akan berakhir, lagu yg berasal dari lagu Burung Hantu yg gw ganti kata2nya : Matahari terbenam, hari mulai malam, Persija mau pulang bawa kemenangan, (nama pencetak gol kita sebutin) pahlawan Persija...Tapi dari semua itu ada yg patut dicatat. Dimana the Jakmania berhasil mengkampanyekan kebanggaan terhadap identitas sebagai orang Jakarta. Kebanggaan yg tampak dalam kaos anggota saat itu...... GUA ANAK JAKARTA !

sumber: http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150181780184326

No comments:

Post a Comment