Monday, December 19, 2011

FIGHT FOR GLORY (Liga Indonesia 9 : patah tumbuh hilang berganti)

Ragunan, 21 Mei 2011



Menghadapi Liga Indonesia 9, kita tidak membuat kaos baru. Tapi kita menetapkan kalo setiap pendaftar baru akan mendapatkan kaos Gue Anak Jakarta, sedang untuk perpanjang kartu mendapatkan kaos Satu Jakarta Satu. Namun tema yang kita angkat adalah FIGHT FOR GLORY yang menunjukkan keinginan kita tuk bersama-sama Tim Persija berjuang lebih keras tuk mencapai sebuah kemenangan. Keinginan itu kita wujudkan dengan membuat kaos bertuliskan Fight For Glory dan kita bagikan ke seluruh anggota Tim Persija ketika mengawali kompetisi. Periode ini gw memang lebih mengkonsentrasikan diri untuk penertiban organisasi. Konsekwensi dalam penegakan aturan organisasi adalah kita harus siap kehilangan rekan2 yg selama ini berjuang tapi ternyata tidak bisa bertahan dengan aturan main organisasi. Satu persatu temen2 gw mulai menghilang. Ada yg disibukkan dengan tugas kerjanya ke luar kota, ada yg kawin hingga gw julukin 'Persija Sampe Kawin', ada juga yang terkena dampak dari aturan ketat yang gw terapkan. Yang paling mencolok adalah masalah Laporan Pertanggungjawaban. Setiap Divisi Organisasi harus bisa membuat laporan yg bisa dipertanggungjawabkan. Kalo ga bisa, silahkan out dan jadi anggota biasa. Biasanya yg begini karena malu langsung hilang batang hidungnya. Tapi gw punya keyakinan yg kuat kalo apa yg gw lakukan adalah untuk kebaikan organisasi. Dan gw yakin dari sekian ribu orang the Jakmania, banyak yg bisa berperan mengisi kekosongan jabatan di the Jakmania.

Panpel Persija waktu itu sangat siap dan mengakomodir semua keinginan the Jakmania. Namun justru dalam internal kita, gw mulai melihat ketidak disiplinan. Utamanya Korwil ! Awalnya gw ngangkat Korwil itu untuk supaya kita bisa mendapatkan ujung tombak dalam perekrutan anggota. Korwil juga diharapkan bisa menggalang dan mengkoordinir masa di wilayahnya masing2. Namun yang ada, mereka malah rame2 jual tiket di Stadion Lebak Bulus. Hal ini sangat gw hindarin. Karena tindakan ini justru menimbulkan imej negatif, terkesan pengurus the Jak itu seperti calo. Banyaknya Korwil yg jual tiket di stadion juga membuat banyak anggota yg merasa tidak perlu mencari tiket di wilayah masing2, toh di stadion juga ada. Hal ini membuat terjadi penumpukan masa di sekitar stadion dimana mereka mayoritas belum pegang tiket. Kondisi ini tentu tidak boleh dibiarkan, karena bila sudah di stadion dan belum dapat tiket, sementara di dalam stadion sudah banyak penonton, biasanya menimbulkan kepanikan dan mereka akan coba cari jalan pintas dengan jebol pintu. Gw juga melihat korwil banyak yg nonton tidak bersama-sama anggotanya, karena mereka sibuk jual tiket di luar dan ketika akan masuk tribun Timur sudah penuh sehingga mereka masuk di Tribun Barat. Lalu kalo anggotanya bentrok, siapa dong yg bisa nenangin?


Meski dilanda beberapa masalah tapi keakraban the Jakmania tetap semakin terjalin. Acara kumpul di Menteng semakin heboh. Seperti yg gw bilang, saat itu siapapun yg absen dalam sekali pertemuan sudah merasa ketinggalan pelajaran, ketinggalan info2 terbaru. Namun tidak hanya itu. Kumpul2 tsb ternyata berbuah kreativitas2 positif dalam the Jakmania. Sekelompok orang norak tiba2 punya ide untuk membentuk grup band. Orang2 norak tsb adalah Leman, JM dari Pasar Minggu yg penampilannya ga lebih baik dari gembel Pasar Raya, Dao Korwil Jatinegara Kaum yg sangat yakin kalo suara emasnya harus didengar khalayak ramai, Mario Perbanas anak Ambon yang paling norak yg pernah gw kenal, Erwin Korwil Jatibaru yg bercita-cita punya usaha organ tunggal biar bisa berkenalan dengan banyak biduanita, Kiki Kota Bambu pemukul bedug mesjid yg pengen meningkatkan karir, serta Omay Cengkareng, orang yang selalu merasa paling ganteng dibandingkan rekan2nya. Mereka membentuk sebuah grup band yg kelak menjadi band paling favorit dan banyak menghasilkan lagu2 the Jakmania. Band tsb mereka namakan GONDAL GANDUL. Band ini punya motto 1% skill dan 99% nekad. Kenekatan mereka tunjukkan dengan membentuk fans club khusus meski manggung aja belon pernah. Nama fans mereka adalah BEGUNDAL. Belakangan Omay yg terlalu asik menikmati gitarnya sehingga seringkali lupa memetik digantikan oleh Anto Cengkareng. Mereka awalnya khusus menyanyikan lagu2 ciptaan Benyamin Suaeb, tokoh Betawi yg legendaris.

Suatu saat gw lagi maen ke Manggarai dan denger Wahyu maen gitar menyanyikan lagu2 the Jakmania. Gw mikir... ternyata lagu the Jak enak juga kalo diiringi musik. Timbullah ide untuk mengumpulkan lagu2 the Jakmania dalam sebuah album. Gayung bersambut, Danang melanjutkan pemikiran tsb dengan mengumpulkan band2 the Jakmania saat itu. Selain Penyot Sexi dan Gondal Gandul, ada juga grup band beraliran rock dari Villa Pertiwi Bogor, Korwil KM 37 yg bernama Hoolijak. Personil Hoolijak terdiri dari Abet Vokalis, Ijul Gitar, Bani Bass, Kiki Drum dan Ncek Gitar. Jadilah album pertama the Jakmania yg berjudul SATU JAKARTA SATU. Album itu menampilkan banyak lagu2 yg sering dinyanyikan di Stadion. Diantaranya 2 lagu dari Sam Brindil yakni 'Tinggalkan Ras Tinggalkan Suku' dan 'Tentang Kemenangan'. Ada juga lagu dari Hoolijak yg diambil dari lagu Go West namun diganti kata2nya 'Ayo Dukung Persija'. Gw juga iseng2 nyiptain lagu yg terinspirasi setelah mendengarkan lagu Lazio. Sebuah lagu hymne yg kelak menjadi lagu wajib the Jakmania.... SATU JIWA. Hingga kini album Satu Jakarta Satu masih menjadi album paling sukses yg pernah kita keluarkan.

Eksistensi the Jakmania juga semakin diakui. Sebuah stasiun Radio 68H mengikat kerjasama dengan the Jakmania untuk membuat sebuah program acara baru 'Jakarta Ngumpul". Sam Brindil yg kocak gw tunjuk sebagai pembawa acara ditemani oleh Chandra yg saat itu masih menjabat sebagai Ketua 1 dan seorang crew dari R68H : Chisya. Acara ini berlangsung setiap Senin malam 21.30 hingga 22.00 di gelombang 89,35 FM atau 603 AM. Dalam acara ini dibicarakan info terkini seputar Persija Jakarta dan suporternya the Jakmania. Dari cuma 30 menit, karena ratingnya melonjak, pihak R68H kemudian menambah jam tayang menjadi 1 jam. Acara ini memang menjadi jembatan komunikasi alternatif bagi para the Jakers yg tidak sempat menghadiri pertemuan di Menteng, terutama yg bermukim jauh dari ibukota karena R68H juga bisa direlay beberapa stasiun daerah bahkan hingga Papua. Selain R68H, anak2 Jakmania Pondok Gede juga menjalin kerjasama dengan Radio Sinthesa FM 99,15 untuk gawangin sebuah acara yg mereka namakan Jakmania On Air. Meski jangkauan siarannya lebih terbatas, tapi tetap menunjukkan klo saat itu the Jakmania benar2 jadi tuan rumah di kampung masing2.

Persija tahun itu mengangkat Bapak Aang Hamid Suganda sebagai Manajer. Perekrutan pemain saat itu menimbulkan kecemasan dalam diri the Jakers. Hadir pemain2 yg tidak dikenal masuk dalam tubuh Tim Persija. Banyak pertanyaan yg digeluti rasa penasaran dari anggota atas pergerakan Persija dalam merekrut Pemain. Sebagai Ketua, gw wajib tuk menjadi penyambung lidah aspirasi anggota tuk disampaikan ke Manajemen. Saat itu gw sering banget diskusi dengan Pak Aang dan mempertanyakan masalah perekrutan pemain. Pak Aang tetap meyakinkan gw kalo materi pemain yang diambil memang sesuai jalur dan dibutuhkan oleh tim. Meski masih penasaran, tapi gw coba menenangkan anggota karena pada prinsipnya kita adalah suporter. Gw ga mau kita terlalu jauh mencampuri urusan manajemen. Persija juga memutuskan untuk tidak mengikuti turnamen di Brunei. Sebagai juara bertahan Persija memang mendapat undangan lagi. Namun waktunya yg mepet dengan persiapan kompetisi membuat Persija terpaksa melepaskan Piala yang sudah 2 kali direbut.

Persija mengawali kompetisi dengan kekalahan 1-2 di kandang melawan Persijatim yg sudah pindah ke Solo. Partai berikutnya giliran PSS Sleman yang berhasil menahan seri Persija di Lebak Bulus, 1-1. Kemudian bertandang ke Tangerang melawan Persita, kita kalah 0-2. Itulah puncak dari kekesalan. Gw merasa sudah berdialog dengan Manajemen dalam hal materi pemain, dan ternyata kekawatiran the Jakmania terbukti. Ketika itu posisi Persija berada di urutan paling buncit. Disitulah secara spontan kita menyanyikan lagu.... Dua Kosong, Aang Boong, Dua Kosong, Aang Boong, Ayo Turun, Ayo Turun......  Kita cuma nyanyi di Tribun setelah pertandingan selesai. Bahkan hampir semua anggota mengeluarkan uang kertas dan nempelin di jidad sebagai tanda kekecewaan karena sudah mengeluarkan dana besar tapi materi yang didapat tidak sepadan. Tidak tahan dengan kritikan tsb, Pak Aang secara gentle mengajukan pengunduran diri ke Bang Yos selaku Pembina Persija. Gw sempat dipanggil ke rumah Bang Yos dan dipertanyakan masalah ini, ditegur dengan keras. Rupanya ketika kita demo damai, di tribun VIP justru ada seorang oknum suporter Persija yg turun ke lapangan dan memberikan bogem mentah pada Pak Aang. Semua itu diluar dari kendali the Jakmania. Beberapa hari kemudian seorang wartawan senior nelpon gw di kantor dan minta untuk ketemu. Di Plaza Senayan, gw ketemu dengan Ropan wartawan senior tsb dan beliau mohon dukungannya karena ditunjuk Bang Yos menjadi Manajer pengganti Pak Aang. Pada prinsipnya gw selalu mendukung siapapun yang jadi manajer, pelatih, atau pemain Persija.

Partai tandang the Jakmania ke Tangerang berikutnya melawan Persikota juga tidak berjalan mulus. Diawali dengan sambutan dari Benteng Mania dan acara tukar kaos sebelum Pertandingan. Semuanya terlihat damai, sampai Benteng Mania menyanyikan lagu ...."Macannya Jadi Kucing" ... yg menimbulkan amarah di kalangan the Jakmania, sesuatu yg sebetulnya ga perlu kita tanggapin. Partai ini berakhir seri 1-1. Pulang dari stadion gw sendirian masih sempat berpamitan ke sekretariat Benteng Mania. Pulangnya gw ngawal bis rombongan the Jakmania dengan menggunakan kijang bak terbuka milik Ewin Jatipadang. Bayu Cengkareng yg bersama gw di mobil tiba2 mendapat kabar kalo anggotanya yg pulang ke lain arah mendapat serangan dari Benteng Mania. Mobil langsung gw suruh putar balik menuju lokasi kejadian. Tiba disana, gw sudah tidak melihat lagi anggota the Jakmania, tapi masih terlihat bekas2 terjadi keributan dengan adanya batu dan pecahan botol berserakan. Benteng Mania yg berjumlah ratusan masih berada disana dan begitu melihat gw, mereka langsung mencoba menyerang. Emosi meledak, bertiga dengan Bayu Cengkareng dan Adi Pamulang gw mengejar mereka yang langsung kocar kacir ke berbagai arah. Tidak ada korban dalam keributan itu. Rombongan utama juga akhirnya mengalihkan jalur pulang menjadi ke arah Kali Deres tuk mengawal rekan2 kita yg ke arah sana.

Partai berikutnya Persija bertandang ke kandang Persib Bandung. Gw sempat mengirim surat ke Panpel Persib tuk mohon diperkenankan membawa the Jakmania kesana. Jawabannya sudah kita ketahui, demi menghindari terjadinya kerusuhan, the Jak diharapkan tidak datang. Persija berhasil mengalahkan Persib di kandangnya dengan skor 2-1 lewat Gol Antonio Claudio dan Emanuel Ayuk. Sebuah pembalasan yg setimpal, karena selama di Bandung, Persija kerap kali menerima teror dari para bobotoh. Teror mereka lakukan hingga ke hotel tempat penginapan Tim Persija seperti yang mereka biasa lakukan pada tim-tim laen. Selesai pertandingan terjadi aksi sweeping pada mobil2 berplat nomor Jakarta. RASIS ! Surat protes gw layangkan ke PSSI. Harus ada pembelajaran dengan kejadian ini. Gw juga nulis surat ke Bang Yos dan minta tuk melakukan perlindungan pada warga Jakarta yg sedang bermukim di Bandung. Di sisi lain, gw juga nerima ucapan salut dari suporter2 lain melihat the Jakmania tidak memaksakan hadir di Bandung. Mulai dari Panser Biru Semarang,  Pasoepati Solo, Benteng Viola Tangerang, Aremania Malang dan Bomber Bandung. Ucapan yg menyejukkan hati yg sedang penasaran ini.

Perjalanan Persija berlanjut di Jakarta melawan Pelita Krakatau Steel. Pada partai ini, Korwil Garis Keras bikin kejutan dengan membentangkan bendera merah putih raksasa di Tribun Timur. Irlan sebelumnya datang ke rumah gw dan bilang kalo dia punya bahan besar berwarna merah dan putih cuma ga punya dana tuk jahit. Tanpa ragu, gw dukung kreativitas kaya gini dan Bendahara Hendri langsung siap mengeluarkan uang kas tuk jahit sebuah bendera merah putih raksasa yg hingga kini tetap menjadi ciri khas the Jakmania. Ketika bendera merah putih terlipat, nongol lagi spanduk dari Pengurus the Jakmania bertuliskan STOP WAR ! Bentuk himbauan pada Viking tuk tidak terus mengumbar kebencian. Munculnya spanduk ini langsung mendapat applaus dari penonton di Tribun VIP Barat dan Volcano Mania yang hadir.  Persija menang telak 4-0 lewat hattrick Bepe dan satu gol lagi dari Ayuk. Perjalanan berikutnya 100 orang the Jakers berangkat naek kereta menuju Gresik. Dalam partai inilah kita pertama kali berkenalan dengan seorang petinggi suporter yang simpatik, pemimpin suporter sejati dari Lamongan, Mas Dayat. Beliau sengaja datang untuk menyaksikan partai ini. Hadir juga rekan-rekan dari Pasoepati. Betul2 pertemuan yg berkesan. Kita ditampung di Sekretariat Ultras Mania suporter setia Petrokimia Gresik.

Tapi disisi lain dengan materi pemain yang memang kurang baik, Persija hanya bisa menduduki posisi ke 10 di putaran pertama. Memang jarak nilai dengan peringkat pertama hanya 6 poin tapi hasil itu tetap membuat Pengelola Persija melakukan keputusan drastis. Manajer Roni Pangemanan atau Ropan digantikan oleh Bapak IGK Manila. Konon perubahan ini karena Ropan mundur akibat merasa terus mendapatkan tekanan. Masuknya IGK Manila dibarengi dengan perekrutan pemain asing baru. Sandro Riva dan Fabio Figo yg kurang kontribusinya digantikan oleh muka lama Luciano Leandro. Pemain idola the Jakmania ini ternyata tidak tampil sesuai yang diharapkan. Penampilannya sudah jauh menurun. Persija akhirnya hanya bisa menduduki posisi ke 7 di akhir klasemen. Juara saat itu adalah Persik Kediri yang berhasil menyingkirkan pesaing kuatnya Persikota Tangerang.

Saat jeda putaran pertama, gw berinisiatif untuk membuat sebuah kegiatan yg lebih mengutamakan pembelajaran organisasi pada para pengurus. Sebuah kegiatan yg kemudian dinamakan Latihan Dasar Kepemimpinan, kita selenggarakan di salah satu villa di wilayah puncak. Acara berlangsung 3 hari dan bertemakan POWER OF THE JAKMANIA, sebuah tema dari Mas Edi Supadmo. Gw sendiri sebetulnya awalnya ingin menggunakan tema "Cermin". Karena dalam kegiatan ini, gw pengen kita semua seperti berkaca tuk mengevaluasi diri. Selama ini mungkin kita menganggap kita sudah berada di jalur yang benar, tapi kita harus bisa mendengarkan tokoh2 lain tentang kita sendiri. Dalam acara itu kita menghadirkan pembicara Kyai Jenggot Naga, Ketua Komdis PSSI Togar Manahan Nero dan wakil dari Polda Metro Bapak Yusuf Sitompul. Setiap peserta LDK ini mendapat hadiah berupa Jaket bertuliskan OREN SEJATI, sebagai bentuk penghargaan gw sekaligus rasa terima kasih pada para pengurus yang selama ini membantu tanpa pamrih.

the Jak Angel juga makin eksis. Sekitar 20an the jak Angel mewakili kita untuk tampil di acara Kuis Kocok Kocok yang diselenggarakan oleh SCTV. Peserta lain juga berasal dari suporter seperti Pasoepati, dan Aremania. Tidak percuma para angel kita rajin berlatih. Dalam acara itu mereka keluar sebagai peserta dengan yel-yel terbaik. Bukan cuma SCTV. Lativi mengundang the Jakmania tuk ikut acara 'PANJAT PINANG PANJAT REJEKI' di GOR Bekasi. Gw tunjuk korwil Kali Malang dan Pondok Gede tuk mewakili the Jakmania. Saat itu gw selalu melibatkan korwil terdekat dalam setiap even kegiatan sehingga gw berharap korwil tsb akan semakin eksis di wilayahnya. Keluar sebagai pemenang adalah Korwil Pondok Gede. Kegiatan lain yg kita ikuti adalah Mini Soccer Kontes Bechkam Mania di Lapangan Panahan Senayan. Sepakbola mini soccer hanya dimainkan oleh 6 orang dan the Jakmania berhasil lolos ke semifinal. Sayang kita kalah adu penalti dengan Selebritis Football Club yg dipimpin Gugun Gondrong. Namun Anto Gondal Gandul memberikan hadiah hiburan ketika berhasil keluar sebagai pemenang dalam kontes adu penalti. Anto menjadi manusia paling beruntung karena mendapat kesempatan tuk berangkat ke Bangkok dan berfoto bareng dengan David Beckham.

Kita juga diminta untuk mengkoordinasikan Suporter Merah Putih untuk mendukung Tim Nasional dalam Piala Tiger. Awalnya memang the Jakmania hanya berkoordinasi dengan Panitia untuk kebutuhan tiket anggota kita sendiri. Namun banyaknya animo dari daerah, dan sikap Pengurus PSSI yg sudah percaya 100% pada kita, akhirnya semua suporter yang hadir diminta tuk berkoordinasi dengan kita. Terjalinlah hubungan yang makin erat dengan Aremania (yg diwakili oleh Sdr Dani), Pasoepati (Ryan), Benteng Viola (Adam), Bomber (Endar), Ganesha (Slemania), Macz Man (Indra) dan Bonek (Eko). Namun yang paling berkesan dari kumpul2 suporter ini adalah ketika gw melihat seorang Aremania pamit pulang bawa koper digeret layaknya seorang turis. Aremania ini dikemudian hari menjadi sosok yang paling dekat dengan the Jakmania. Rumahnya menjadi tempat penampungan orang oren bila hadir di Malang meski Persija tidak bertanding. Aremania itu bernama Handoko.

Indonesia berhasil masuk ke Final Piala Tiger. 110 ribu orang tumplek blek disana. Gw masuk terakhir karena sibuk ngurusin suporter daerah masuk duluan. Ga kebagian tempat akhirnya gw nonton di tribun atas. Namun ga lama karena gw takut dengan kondisi saat itu dimana ketika suporter Indonesia serentak menyanyikan lagu Garuda Di Dadaku, tribun atas bergoyang keras seperti akan rubuh. Turun lagi gw nonton di kantor PSSI melalui layar TV. Sayang kita kalah, tapi yg membanggakan tidak terjadi kerusuhan disana. Memang ada penonton di beberapa titik yg mencoba melakukan aksi bakar, tapi dengan cepat diperingatkan oleh the Jakmania yang berada disekitarnya. Saat itu the Jakmania memang mendominasi Stadion Gelora Bung Karno. Ketika itu kita masih menggunakan kaos oren dalam mendukung Tim Nasional. Tim-tim tamu sampai heran kenapa suporter Indonesia menggunakan kaos oren. Melihat atraksi the Jakmania yang kompak dan diikuti oleh penonton lain, dalam sebuah siaran di Star Sport sempat tercetus sebuah julukan tuk the Jakmania... FOOTBALL CRAZY FANS.

sumber: http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150192277589326

No comments:

Post a Comment